
Bola.net - Bola.net - Ajax Amsterdam tampil di semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1997. Perjalanan mereka untuk menuju ke sana cukup memukau karena mampu menyingkirkan raksasa Eropa seperti Real Madrid dan Juventus.
De Godenzonen akan menghadapi Tottenham pada babak semifinal. Leg pertama akan berlangsung di Tottenham Hotspur Stadium pada Rabu (01/05) dini hari WIB.
Pasukan Erik Ten Hag tidak terlalu difavoritkan saat berjumpa dengan Spurs. Namun, status underdog justru sangat menguntungkan mereka.
Ajax bisa bermain maksimal ketika mereka tidak dijagokan saat bertemu dengan tim-tim besar. Untuk itu, Spurs tidak boleh menganggap remeh wakil Belanda tersebut.
Ajax saat ini punya kesempatan emas untuk mengangkat trofi Liga Champions kelima mereka pada musim ini. Oleh karena itu, mereka tidak boleh menyia-nyiakannya.
Berikut ini tiga alasan Ajax bisa juara Liga Champions musim ini seperti dilansir Sportskeeda.
Gaya Permainan

Ancaman terbesar yang dimiliki Ajax adalah keberanian mereka untuk mengikuti filosofi mereka. De Joden berhasil menyingkirkan juara bertahan Real Madrid di Santiago Bernabeu dan mendepak Juventus yang diperkuat Cristiano Ronaldo di kandang mereka.
AFC Ajax mematuhi visi Johan Cruyff, bermain sepak bola yang sederhana dan mengalir bebas. Mereka meraih hasil yang luar biasa di Bernabeu dan Turin. Hal ini menunjukkan bahwa para pemain tidak terpengaruh oleh status lawan mereka dan memaksa mereka untuk tampil dengan penuh percaya diri. Penampilan Ajax di Madrid sangat mengesankan karena mereka benar-benar memperdayai Blancos dan itu menandakan kepercayaan mereka.
Menjadi underdog sangat membantu tim Eredivisie itu karena mereka tidak diharapkan menjadi yang terdepan di kompetisi. Hal itu memungkinkan pemain untuk mengekspresikan diri mereka tanpa takut kalah.
Menghadapi pasukan Mauricio Pochettino yang secara taktik terbuka dalam pertandingan sepenting ini adalah tantangan yang akan dinikmati tim asuhan Erik ten Hag.
Pengalaman di Eropa Sebelumnya

Ajax menelan kekalahan di final Liga Eropa pada 2017 melawan Manchester United. Peter Bosz, yang saat itu manajer Ajax, menggunakan cetak biru yang sama dan timnya lolos ke final.
Di final, Jose Mourinho mengatur timnya untuk mengganggu ritme dan permainan tim asuhan Bosz. Marouane Fellaini mendominasi permainan dengan bola-bola panjang yang mengarah ke dirinya. Kubu United ingin memanfaatkan minimnya pengalaman yang dimiliki Ajax untuk mencapai kesuksesan.
Matthijs De Ligt bermain di final dan dia menyadari pentingnya dari pertandingan besar Eropa. Hakim Ziyech, playmaker Ajax musim ini, tampil di final 2017 juga, dan para pemain sepertinya sudah belajar dengan cepat dari kesalahan mereka di masa lalu.
Kemenangan di Allianz Stadium adalah lambang kedewasaan dari para pemain inti Ajax karena mereka mengincar kelemahan di tim Juve dan meraih kemenangan 2-1. Erik ten Hag secara bertahap cenderung ke arah pragmatisme dan timnya mengalami kemajuan setelah melalui babak penyisihan.
Taktik Ten Hag terhadap kompetisi Eropa lebih baik daripada Peter Bosz, dan tidak akan mengejutkan jika Ajax bisa bermain tanpa beban di markas Tottenham.
Lawan yang Lebih Mudah di Semifinal

Ajax menghadapi Tottenham yang tidak dalam kekuatan penuhnya. Striker Harry Kane sedang mengalami cedera engkel dan Son Heung Min terkena akumulasi kartu. Moussa Sissoko dan Jan Vertonghen masih diragukan untuk pertandingan leg pertama. Sementara itu, Eric Dier, masih belum nyetel setelah pulih dari cedera.
Mauricio Pochettino kekurangan gelandang karena badai cedera. Harry Winks tidak akan tersedia karena menderita cedera pinggul pada pertandingan perempat final melawan Manchester City. Kekurangan pemain pada tahap sepenting ini bisa menggagalkan musim Spurs.
Ajax akan menghadapi Tottenham yang kekuatannya berkurang dan itu membuat mereka punya peluang besar untuk lolos ke final. Dengan tidak meremehkan Tottenham Hotspur, tim Belanda itu menghadapi Liverpool atau Barcelona di final Liga Champions.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Pjanic Klaim Juve Cuma Tak Beruntung Saat Dikalahkan Ajax
Liga Champions 29 April 2019, 23:27
-
Menurut Pochettino, Mengalahkan Guardiola Butuh Lebih dari Sekedar Taktik
Liga Champions 29 April 2019, 20:19
-
Pochettino: Tim yang Diperkuat Messi Favorit Juara Liga Champions
Liga Champions 29 April 2019, 18:44
-
Wright Sebut Arsenal Cuma Bakal Bikin Malu Pendukungnya Jika Main di UCL
Liga Champions 29 April 2019, 16:58
-
Data dan Fakta Liga Champions: Tottenham vs Ajax Amsterdam
Liga Champions 29 April 2019, 16:02
LATEST UPDATE
-
Adrien Rabiot dan Dilema Derby: Analisis Kebugaran, Strategi, dan Alternatif AC Milan
Liga Italia 18 November 2025, 20:08
-
Langkah dan Strategi Luciano Spalletti untuk Mengembalikan Juventus ke Jalur Kejayaan
Liga Italia 18 November 2025, 19:35
-
Tempat Menonton Timnas Indonesia U-23 vs Mali U-23 di Indosiar - Friendly Match
Tim Nasional 18 November 2025, 18:01
-
Link Live Streaming La Liga 2025/26: Barcelona vs Athletic Bilbao, Tayang di Vidio
Liga Spanyol 18 November 2025, 17:51
-
Simak Jadwal La Liga 2025/26 Pekan ke-13, Tayang Eksklusif di Vidio
Liga Spanyol 18 November 2025, 17:41
-
Man United vs Arsenal: Duo EPL Berebut Wonderkid 18 Tahun Olympiakos yang Lagi Naik Daun
Liga Inggris 18 November 2025, 17:01
-
Nonton Live Streaming Timnas Indonesia U-23 vs Mali di Indosiar Malam Ini
Tim Nasional 18 November 2025, 17:01
-
Rekam Jejak Timur Kapadze di Timnas Uzbekistan: Berapa Kemenangan yang Mampu Diraih?
Tim Nasional 18 November 2025, 16:54
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55
























KOMENTAR