Bola.net - adalah klub yang memiliki sejarah panjang dan reputasi hebat di Italia maupun Eropa. Dari generasi ke generasi, sederet pemain ternama sudah memakai seragam kebesaran La Vecchia Signora.
Memilih lima dari semua pemain yang pernah atau hingga kini masih bermarkas di Turin sebagai 'The Greatest' alias yang terhebat bukanlah perkara mudah. Masalah utamanya adalah apa yang dijadikan acuan. Jumlah gelar, rekor gol, atau loyalitas?
Mungkin daftar dan ulasan berikut bisa dijadikan gambaran. [initial]
Alessandro Del Piero (1993-2012)
Del Piero adalah salah satu pemain terbaik di eranya dan juga termasuk simbol persepakbolaan Italia.
Loyalitas Del Piero sudah terbukti ketika bersama Buffon dan sejumlah pemain lain memutuskan ikut terjun ke Serie B pascaskandal Calciopoli beberapa tahun silam, padahal dia bisa saja menyelamatkan diri sendiri dan mencari tantangan baru di tempat lain.
Del Piero juga merupakan salah satu pilar generasi hebat Juventus yang memenangi enam buah Scudetto (delapan sebelum Calciopoli) dan menjuarai Liga Champions 1996 serta tiga kali menjadi runner-up pada edisi 1996/97, 1997/98 dan 2002/03.
Tak ada pemain Juventus lain yang jumlah penampilan (705) maupun torehan golnya (290) melampaui Del Piero hingga saat ini. Gol-gol itu pun kebanyakan diciptakan Del Piero bak seorang seniman menggoreskan kuas di atas kanvas, indah dan berkelas, baik lewat open play maupun dengan tendangan bebas andalannya.
Ketika Del Piero meninggalkan Turin dengan sederet rekor setelah dua dekade mengabdi untuk menikmati satu petualangan terakhir bersama Sydney FC pada tahun 2012, Juventus dan seluruh tifosi-nya telah kehilangan seorang legenda serta pemain paling hebat dalam sejarah mereka.
Ya, Del Piero pantas disebut sebagai legenda nomor satu serta 'The Greatest Player' dalam sejarah Juventus. Kontribusi dan loyalitasnya tak perlu dipertanyakan.
Setelah menutup lembaran karier profesionalnya nanti, besar kemungkinan dia bakal kembali menjadi bagian dari La Vecchia Signora.
Gaetano Scirea (1974-1988)
Dia selalu bermain dengan tenang, efisien di atas lapangan, dan ahli membaca serangan lawan. Mungkin, tak ada pemain lain yang sanggup memainkan peran sebagai libero sebaik dirinya.
Scirea tangguh dalam bertahan dan berbahaya saat melakukan overlap ke lini depan. Selama memperkuat Juventus, pemain yang dibekali skill dan kemampuan taktis mumpuni ini menorehkan 24 gol liga dalam 377 penampilan.
Namun, keunggulan utama Scirea bukan itu. Dia dikenal karena fair play dan sportivitasnya di atas lapangan. Kebanyakan bek biasanya tak kenal kompromi, termasuk Claudio Gentile sang partner waktu itu, tapi Scirea punya kelas tersendiri.
Dia bek tangguh, tapi tak pernah sekali pun menerima kartu merah sepanjang kariernya.
Scirea meninggal dalam kecelakaan mobil tragis di Polandia pada musim panas 1989. Namun, jiwa sportivitas dan teladannya tetap hidup hingga sekarang.
Giampiero Boniperti (1946-1961)
One-club man. Itulah yang membuat Giampiero Boniperti istimewa.
Bersama Juventus dari akhir Perang Dunia II sampai 1961, Boniperti membukukan 444 penampilan liga.
Torehan 178 gol juga membuatnya menempati peringkat 12 daftar top scorer sepanjang masa Serie A. Pada Maret 2004, Boniperti disebut Pele sebagai salah satu dari 125 pesepakbola terhebat sepanjang masa.
Kerjasama Boniperti dengan John Charles dan Omar Sivori di lini depan Juventus, yang dikenal dengan sebutan 'Magical Trio', adalah salah satu kombinasi terbaik dalam sejarah.
Komitmen peraih lima Scudetto dan dua gelar Coppa Italia itu tak perlu dipertanyakan lagi. Di usianya yang sekarang 85, dia bahkan masih merupakan presiden kehormatan La Vecchia Signora.
Gianluigi Buffon (2001-Sekarang)
Jadi, Dino Zoff atau Gianluigi Buffon?
Zoff dan Buffon sama-sama merupakan dua kiper hebat dalam sejarah sepak bola dengan rentetan prestasi yang mungkin hanya bisa diimpikan oleh kiper-kiper kebanyakan.
Zoff pernah menorehkan catatan 1.142 menit tanpa kebobolan untuk Italia - sebuah rekor clean sheet terlama di pentas internasional yang masih bertahan hingga sekarang. Selain itu, Zoff juga tercatat sebagai pemain tertua yang pernah menjuarai Piala Dunia ketika dia menjadi kapten Azzurri di Spanyol 1982.
Buffon sendiri bukannya tak berprestasi di pentas internasional. Dia termasuk penggawa inti Italia ketika menjuarai Piala Dunia 2006. Pada tahun itu, dia juga menorehkan prestasi yang tergolong hebat untuk ukuran seorang penjaga gawang, yaitu menjadi runner-up dalam pemilihan pemenang Ballon d'Or.
Namun, kita bicara level klub, bukan tim nasional.
Zoff memang memberi Juventus dua Scudetto Serie A lebih banyak (6) daripada Buffon (4). Namun, Buffon menang satu hal, yaitu loyalitas.
Saat Juventus dilempar ke Serie B akibat skandal Calciopoli pada tahun 2006, di usia yang profesionalitas dan kesetiaan kebanyakan pemain sering diuji, Buffon menunjukkan kecintaannya terhadap La Vecchia Signora.
Buffon memilih ikut berkubang di kasta kedua, padahal waktu itu dia bisa saja pindah ke klub top lain seantero Eropa guna menyelamatkan kariernya.
Kembalinya Juventus ke Serie A setahun berselang merupakan momen yang sangat membanggakan bagi sang pemilik nomor punggung 1. Kini, dia memimpin Juventus untuk kembali menancapkan dominasi di Italia dan mengibarkan nama di Eropa.
Michel Platini (1982-1987)
Bagaimana itu bisa terjadi? Padahal, banyak pemain lain yang punya masa pengabdian lebih panjang darinya.
Michel Platini adalah seorang pass master dan memiliki kemampuan mumpuni dalam mengeksekusi bola-bola mati. Meski berposisi sebagai gelandang, Platini adalah ancaman konstan bagi lawan. Selama memperkuat Juventus pada periode 1982-1987, Platini hampir selalu menciptakan satu gol dalam setiap dua penampilannya. Koleksi golnya bahkan melampaui torehan dua penyerang handal Juventus waktu itu, Zbigniew Boniek dan Paolo Rossi.
Ketika Juventus menjuarai European Cup 1984/85, pemilik nomor punggung 10 itu tak hanya berperan sebagai motor serangan utama timnya, tapi juga menjadi top scorer turnamen bersama striker IFK Goteborg Torbjorn Nilsson.
Trofi yang dimenangi dengan diwarnai Tragedi Heysel dalam final melawan Liverpool itu bisa dibilang sebagai puncak karier Platini di Juventus. Dia mencetak gol tunggal penentu kemenangan Juventus pada partai final tersebut.
Itu bukanlah satu-satunya trofi persembahan Platini bagi Juventus. Lima musim di Turin, dia juga membantu La Vecchia Signora dua kali meraih Scudetto Serie A, menjuarai Coppa Italia 1983, European Cup Winners' Cup 1984 dan UEFA Super Cup 1984 serta Intercontinental Cup 1985.
Platini layak disebut sebagai salah satu legenda dan pemain terbaik dalam sejarah Juventus bukan hanya karena sudah memberi sang raksasa Italia banyak gelar. Yang lebih penting adalah bagaimana dia dengan talenta istimewanya sanggup membuat serangan Juventus begitu atraktif sekaligus mematikan dan sulit dihentikan, baik di Italia maupun Eropa.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Reina Anggap Napoli Berada di Jalan Yang Benar
Liga Italia 19 November 2013, 23:39 -
Ancelotti Bantah Pertukaran Pirlo-Alonso
Liga Champions 19 November 2013, 23:26 -
Liga Champions 19 November 2013, 20:52
-
Vieira Menyesal Tak Curi Pogba Untuk City
Liga Champions 19 November 2013, 19:28 -
Chiellini: Conte Seorang Psikolog Ulung
Liga Italia 19 November 2013, 16:41
LATEST UPDATE
-
Hasil Latihan Moto2 Mandalika 2025: Manuel Gonzalez Tercepat, Asapi Daniel Holgado
Otomotif 3 Oktober 2025, 13:54 -
Manchester United Diminta Mainkan Mbeumo di Depan Demi Kembalikan Performa Bruno
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 13:42 -
Di-Backing Sir Jim Ratcliffe, Ruben Amorim Belum akan Dipecat MU!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 13:39 -
Manchester United Boleh Kok Angkut Adam Wharton, Tapi....
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 13:22 -
Prediksi Real Madrid vs Villarreal 5 Oktober 2025
Liga Spanyol 3 Oktober 2025, 13:14 -
Haram Hukumnya Sunderland Remehkan MU: Mereka Tim yang Berbahaya!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 13:02 -
Hasil Latihan Moto3 Mandalika 2025: Angel Piqueras Ungguli Maximo Quiles
Otomotif 3 Oktober 2025, 13:01 -
Keran Gol Viktor Gyokeres Seret, Mikel Arteta Woles Aja!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 12:46
LATEST EDITORIAL
-
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29 -
5 Top Skor Sepanjang Masa Liga Champions, Mbappe Mulai Mendekat
Editorial 2 Oktober 2025, 13:55
KOMENTAR