Dendam Pembajakan Neymar, La Liga Siapkan Skenario Depak PSG dari UCL

Dendam Pembajakan Neymar, La Liga Siapkan Skenario Depak PSG dari UCL
Nasser Al-Khelaifi dan Neymar. (c) AFP

Bola.net - Bola.net - Dendam Presiden La Liga, Javier Tebas, terhadap nampaknya masih terus membara. Tebas sudah berkali-kali mengutuk keras tindakan PSG yang membajak dari pada bursa transfer lalu.

PSG membeli Neymar dengan cara yang cukup rumit. PSG tak bisa langsung begitu saja membajak Neymar karena mereka harus mematuhi aturan Financial Fair Play. Karena itu, perusahaan induk PSG, Qatar Sports Investment pun turun tangan. Lewat para pemiliknya yang merupakan petinggi negara Qatar, QSI membayar Neymar 300 juta euro untuk menjadi duta Qatar di Piala Dunia 2022.

Secara de facto, 222 juta euro di antaranya dipakai Neymar untuk memutus kontraknya di Barcelona. Setelah berstatus free transfer, Neymar pun kemudian bergabung ke PSG dengan 'gratis'. Secara teknis, PSG tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk mendapatkan Neymar.

Tahu pemainnya bakal dibajak, Barcelona meminta bantuan ke semua pihak untuk menggagalkannya. Mereka minta La Liga, RFEF, UEFA, ECA, dan klub-klub berpengaruh untuk tidak membiarkan PSG mengambil permata mereka itu. Namun Neymar sendiri juga tergiur dengan uang yang disodorkan oleh Qatar sehingga ia pun memaksa pindah dengan membeli kontraknya sendiri di La Liga. Karena tindakan Neymar didukung hukum Spanyol, Barca dan La Liga tak bisa berbuat banyak untuk menghentikannya.

Namun upaya sabotase transfer Neymar tak berhenti di situ. RFEF dan La Liga sengaja mengulur-ulur memberikan sertifikat transfer untuk Neymar. Gara-gara tindakan ini, Neymar pun harus absen dalam dua laga PSG pada awal musim. Namun dendam Tebas tak berhenti di situ.

Kemarahan Tebas

Tebas menyadari bahwa jika tindakan PSG yang membajak Neymar tidak dibalas, maka bintang-bintang La Liga nantinya juga akan terancam dibajak oleh klub-klub kaya Eropa lainnya. Jika hal itu terjadi, La Liga sudah pasti akan kehilangan daya tariknya.

Karena itu, sasaran kemarahan Tebas pun melebar. Bukan cuma PSG yang membajak Neymar, tetapi juga Manchester City yang dikabarkan ingin mendapatkan Lionel Messi setelah kontraknya berakhir pada musim panas nanti.

Kemarahan Tebas itu dilampiaskan saat menghadapi acara Soccerex di Manchester pada awal September silam. Tebas menyebut PSG sudah kencing di kolam dan Manchester City juga sama karena mereka mendapatkan doping finansial dari Timur Tengah.

"KIta semua sudah menangkap basah PSG kencing di ranjang dan juga di kolam. Neymar juga sama. Dia naik papan loncat dan kemudian kencing di kolam. Kita tidak boleh membiarkan mereka lolos dengan semua pelanggaran itu. PSG dan Manchester City dibiayai oleh negara tertentu, merusak kompetisi di Eropa. Mereka membuat bursa transfer mengalami inflasi yang merusak sepakbola," ketus Tebas.

"UEFA harus menerapkan aturan FFP kepada mereka dan tidak pilih kasih kepada klub tertentu. La Liga meminta UEFA untuk melanjutkan penyelidikan mereka terhadap PSG, kalau perlu seluruh tindakan PSG diselidiki. Sebagai tambahan, La Liga juga meminta UEFA untuk melakukan penyelidikan serupa terhadap Manchester City," imbuhnya.

Akibat ucapannya itu, Tebas dikutuk keras oleh Ligue 1. Manchester City juga mempertimbangkan untuk menyeret Tebas ke pengadilan karena mencemarkan nama baik mereka.

PSG Tak Boleh Lebih Besar dari Madrid dan Barca

Tebas juga terang-terangan mengatakan alasannya ingin menuntut PSG. Ia tak mau klub Prancis itu menjadi lebih besar dari Barcelona atau Real Madrid. Belakangan ini La Liga sudah dikritik lantaran dianggap sebagai liga dua klub saja. Akan semakin rumit jika sampai ada pesaing baru yang muncul di Prancis.

"Walaupun pada akhirnya mereka tidak membeli Neymar dengan nilai buyout-nya, kami akan tetap menuntut PSG. Mereka tidak bisa begitu saja menuliskan angka yang lebih besar dari Barcelona atau Real Madrid. Tak ada yang percaya kepada PSG. Pasti negara Qatar yang menyuntikkan uang dan itu melanggar aturan Financial Fair Play," cetus Tebas kepada Marca sehari sebelum Neymar resmi pindah ke Paris.

Setelah Neymar pindah, Tebas kembali melontarkan serangan verbal kepada PSG (dan juga Manchester City). Tebas menegaskan bahwa tidak mungkin PSG dan Man City bisa belanja dengan hanya mengandalkan pendapatan mereka sendiri.

Dalam aturan Financial Fair Play, semua klub idealnya harus bisa berkembang secara organik. Artinya, semua pengeluaran mereka harus dibayar dengan uang yang sudah mereka dapat sendiri, bukan dari suntikan dana pemilik atau perusahaan induk.

Dari data keuangan PSG dan Man City, Tebas bisa menyimpulkan bahwa keduanya mendapat suntikan dana tidak sah dari para pemilik masing-masing. Menurut Tebas, itu adalah sebuah tindak pelanggaran FFP yang jelas.

"Kita semua sudah melihat bahwa PSG dan Man City menghabiskan uang jauh lebih banyak dibanding klub lain dalam lima tahun terakhir. Pendapatan finansial mereka tidak mencukupi untuk membiayai belanja besar yang sudah mereka lakukan sehingga mereka membuat sponsor palsu yang dibiayai negara tertentu. Uang yang mereka dapat dari sponsor fiktif ini melebihi pendapatan Real madrid, Barcelona, Bayern Munchen atau Manchester United. Pendapatan mereka datang langsung dari negara Qatar. PSG terus menerus berbuat curang dalam sisi finansial," cetus Tebas seperti dilansir L'Equipe.

Laporan Resmi ke UEFA

Saat Neymar masih menjalani proses transfer ke PSG, Tebas menegaskan akan menuntut PSG ke semua pengadilan di Eropa. Ia mengaku siap mengajukan gugatan terhadap PSG di pengadilan Spanyol, Prancis, Uni Eropa, hingga FIFA, dan mungkin juga CAS.

Meski pernyataannya itu konyol, namun Tebas membuktikan kenekadannya. Ia kemudian mempersiapkan laporan resmi kepada UEFA terkait pembajakan Neymar. Tebas memperkarakan asal dana yang dipakai PSG untuk membeli Neymar itu.

Ia dan para bawahannya di La Liga mempersiapkan tuntutan setebal 44 halaman kepada UEFA, demikian dilansir L'Equipe. Dalam tuntutan itu, Tebas membeberkan data-data belanja dan pendapatan PSG dalam beberapa tahun terakhir. Ia mempermasalahkan sponsorship yang didapat PSG dari Ratar Tourism Agency (QTA) sebesar 200 juta euro per musim. Pada tahun 2014, PSG menghabiskan 344 juta euro untuk belanja. Pada periode yang sama, Manchester United menghabiskan 237 juta euro, Real Madrid 224 juta euro dan barcelona 185 juta euro.

Soal hak siar televisi pun, PSG jauh tertinggal dari para raksasa Eropa lainnya. Meski PSG berada di bawah perusahaan induk yang sama dengan BeIN Sports, namun pendapatan mereka dari hak siar televisi cuma sebesar 47 juta euro per musim. Real Madrid, sebagai bandingan, mendapatkan 121 juta euro.

Secara keseluruhan, uang sponsor dari Qatar menghasilkan 73% dari seluruh uang yang didapat PSG. Sponsorship besar itu cukup aneh mengingat QTA tidak mendapatkan imbal balik sesuai harga yang mereka bayar. Sebagai pembanding, Manchester United mendapatkan sekitar 60 juta euro per musim dari Chevrolet, namun Chevrolet mendapat hak untuk menjadi menjadi sponsor utama dan logo mereka dipajang di bagian dada jersey United.

Laporan tebal Tebas itu pun mendapatkan sambutan dari UEFA. Otoritas sepakbola Eropa itu sudah memulai penyelidikan. Tebas berharap PSG bisa segera didepak dari Liga Champions jika terbukti bersalah.

"Kita lihat saja sampai akhir musim ini, apa yang bisa dilakukan UEFA. Jika mereka tak bertindak, maka kami di La Liga akan melaporkannya ke Uni Eropa. kalau mereka terbukti bersalah, mereka tak boleh lagi berpartisipasi di Liga Champions," pungkasnya.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL