The Tactical Miracle: Bagaimana Sunderland Mengalahkan Logika Premier League

The Tactical Miracle: Bagaimana Sunderland Mengalahkan Logika Premier League
Pemain Sunderland merayakan kemenangan atas Chelsea pada laga pekan ke-9 Premier League 2025/2026 di Stamford Bridge (c) AP Photo/Joanna Chan

Bola.net - Kiprah Sunderland di Premier League musim ini telah menjadi cerita yang paling mengejutkan di kancah sepak bola Inggris. Hanya setahun yang lalu, klub berjuluk The Black Cats ini masih berjuang keras di Championship, bahkan harus melalui babak playoff untuk sekadar meraih tiket promosi. Kini, mereka tidak hanya sekadar bertahan, tetapi justru bertengger di posisi empat besar klasemen sementara, menantang tim-tim raksasa.

Perjalanan dramatis ini dimulai dari sebuah mimpi yang tipis, di mana Sunderland berhasil mengalahkan tim-tim unggulan Championship dengan semangat pantang menyerah. Mereka menunjukkan ketahanan luar biasa, terutama saat bangkit dari ketertinggalan di final playoff Wembley. Keberhasilan ini mengakhiri penantian delapan tahun untuk kembali ke kasta tertinggi.

Pencapaian Sunderland saat ini bukan hanya tentang keberuntungan, melainkan buah dari strategi transfer yang berani dan filosofi taktis yang cerdas dari pelatih Regis Le Bris. Dari pengeluaran fantastis untuk pemain baru hingga taktik unik di lapangan, Sunderland telah membuktikan bahwa dengan perencanaan matang dan keyakinan, mereka bisa mengalahkan logika dan ekspektasi di Premier League.

1 dari 6 halaman

Perjalanan Dramatis Sunderland Menuju Premier League

Logo Premier League/Liga Inggris  (c) EPL

Logo Premier League/Liga Inggris (c) EPL

Setahun yang lalu, Sunderland masih berjuang keras untuk kembali ke Premier League, sebuah liga yang telah lama mereka tinggalkan. Mereka berhasil memuncaki klasemen Championship setelah mengalahkan Luton Town, tapi harapan untuk promosi otomatis masih sangat tipis. Tim ini hanya mencetak 58 gol dari 46 laga di Championship musim lalu, menunjukkan bahwa kekuatan ofensif mereka belum optimal.

Perjalanan mereka menuju kasta tertinggi semakin dramatis ketika membutuhkan gol di masa tambahan waktu untuk menyingkirkan Coventry di semifinal playoff. Puncaknya, di final playoff Wembley, Sunderland menunjukkan ketahanan luar biasa dengan bangkit dari ketertinggalan melawan Sheffield United, tim yang 14 poin lebih baik di klasemen. Kemenangan itu diraih berkat gol menit akhir Tom Watson, mengakhiri delapan tahun absennya Sunderland dari Premier League.

2 dari 6 halaman

Performa Mengejutkan Sunderland di Kasta Tertinggi

Manchester United vs Sunderland di Old Trafford stadium. (c) AP Photo/Dave Thompson

Manchester United vs Sunderland di Old Trafford stadium. (c) AP Photo/Dave Thompson

Setelah promosi, tidak ada yang menyangka Sunderland akan memulai musim sebaik ini di Premier League. The Black Cats telah mengumpulkan 19 poin dari 11 pertandingan pertama, sebuah pencapaian yang menempatkan mereka di posisi empat klasemen sementara. Mereka bahkan berhasil menaklukkan juara Piala Dunia Antarklub, Chelsea, dan kini hanya terpaut tujuh poin dari Arsenal di puncak klasemen.

Michael Carrick, seorang pengamat sepak bola, menyatakan keheranannya atas performa Sunderland. “Siapa pun yang jujur pasti mengakui bahwa tak ada yang menyangka Sunderland akan memulai musim sebaik ini, jadi semua kredit untuk mereka,” ujarnya kepada BBC Radio 5 Live. Carrick memuji ketenangan, kepercayaan diri, dan bahaya yang ditunjukkan Sunderland dalam kemenangan tandang melawan tim besar, menegaskan bahwa mereka adalah ancaman nyata di liga.

3 dari 6 halaman

Strategi Transfer Berani Sunderland yang Membuahkan Hasil

Selebrasi pemain Sunderland usai membobol gawang Chelsea pada laga pekan ke-9 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Joanna Chan

Selebrasi pemain Sunderland usai membobol gawang Chelsea pada laga pekan ke-9 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Joanna Chan

Salah satu kunci keberhasilan Sunderland adalah keberanian mereka dalam bursa transfer. Klub ini menggelontorkan £161 juta (sekitar Rp3,3 triliun) untuk merekrut 15 pemain baru, menjadikannya angka tertinggi dalam sejarah tim promosi Premier League. Angka ini mematahkan pola umum di mana tim promosi yang menghabiskan banyak uang justru terdegradasi, seperti Leicester, Southampton, dan Ipswich yang musim lalu menghabiskan total £276,5 juta (sekitar Rp5,6 triliun) dan semuanya terdegradasi.

Sunderland mengganti hampir seluruh tim inti, termasuk penjaga gawang, tapi justru tampil solid dan padu. Mantan kapten Watford, Troy Deeney, mengakui keberanian ini. “Kebanyakan tim promosi tetap mempertahankan pemain yang membawa mereka naik, tapi Sunderland benar-benar tegas. Mereka ubah hampir semuanya dan sekarang berada di posisi kedua. Fans pasti tak akan percaya jika mendengar ini dua bulan lalu,” kata Deeney.

4 dari 6 halaman

Filosofi Regis Le Bris: Solidaritas dan Efisiensi

Pelatih Sunderland di Premier League 2025/2026, Regis Le Bris (c) Official Sunderland

Pelatih Sunderland di Premier League 2025/2026, Regis Le Bris (c) Official Sunderland

Kunci utama sukses Sunderland terletak pada harmoni dan identitas yang ditanamkan oleh pelatih Regis Le Bris sejak pramusim. Meskipun banyak pemain baru, tim bermain dengan disiplin dan semangat kolektif tinggi. Le Bris menekankan pembangunan identitas tim yang meliputi kebersamaan, kemampuan untuk bertahan, dan “menderita bersama”, serta kerja keras dan bermain sepak bola yang bagus.

Filosofi “menderita bersama” bukan sekadar retorika. Sunderland rata-rata hanya menguasai bola 42,5% di sembilan pertandingan pertama, lebih rendah dari hampir semua tim di liga. Meski begitu, hanya Arsenal dan Manchester City yang kebobolan lebih sedikit selama periode tersebut, menunjukkan struktur pertahanan yang rapat, disiplin, dan efisien. Kerja keras dan komitmen kolektif tanpa bola menjadi fondasi utama dalam sistem Le Bris, didukung oleh peran krusial Granit Xhaka, yang menjadi pemimpin di lapangan dan jantung pengatur ritme permainan.

5 dari 6 halaman

Taktik Cerdas di Balik Keajaiban Sunderland

Granit Xhaka resmi bergabung dengan Sunderland. (c) AFC Sunderland Official

Granit Xhaka resmi bergabung dengan Sunderland. (c) AFC Sunderland Official

Apa yang dilakukan Sunderland sejauh ini adalah anomali. Mereka tim promosi, berisi banyak pemain baru, dan tidak punya dominasi penguasaan bola. Namun, mereka efisien, solid, dan berani. Le Bris menggabungkan disiplin defensif khas Ligue 1 dengan intensitas sepak bola Inggris, menghasilkan tim yang tahu kapan harus menderita dan kapan harus menyerang.

Sunderland mungkin tidak selalu bermain indah, tetapi selalu bermain efektif. Salah satu contoh kecerdasan taktis Le Bris terlihat saat mereka menahan imbang Arsenal 2-2. Le Bris secara terbuka mengonfirmasi bahwa Sunderland memindahkan papan iklan lebih dekat ke lapangan sebelum pertandingan dimulai. Tujuannya jelas: membatasi ruang bagi pemain Arsenal untuk melakukan lemparan ke dalam jarak jauh, yang belakangan menjadi salah satu senjata bola mati utama mereka.

Pencapaian Sunderland sejauh ini adalah keajaiban taktik. Ini adalah pembuktian bahwa sepak bola masih punya ruang bagi strategi, kerja keras, dan keyakinan untuk mengalahkan logika. Hasil imbang melawan Arsenal juga memperpanjang rekor tak terkalahkan mereka menjadi empat laga (2 menang, 2 imbang), memperkuat kesan bahwa pasukan muda The Black Cats tampil tanpa rasa takut di Premier League. Gol akrobatik Brian Brobbey di menit ke-94 adalah gol kelima Sunderland yang tercipta pada menit ke-90 atau lebih di Premier League musim ini, menegaskan semangat pantang menyerah tim ini.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL