Alberto Gilardino dan Fabio Grosso, Pahlawan Italia di Piala Dunia 2006 yang Kini Bersaing di Serie A

Bola.net - Sebagian penggemar sepak bola Italia mungkin masih mengingat wajah-wajah penuh euforia Alberto Gilardino dan Fabio Grosso saat mengangkat trofi Piala Dunia 2006.
Kini, kisah lama mereka berlanjut ke babak baru, bukan sebagai pemain, tapi arsitek di balik strategi klub-klub Serie A. Bagaimana perjalanan keduanya yang pernah menjadi pahlawan nasional, kini bersaing di panggung tertinggi sepak bola domestik?
Pertemuan kembali di Serie A menjadi magnet tersendiri, mengingat keduanya memiliki rekam jejak luar biasa selama bermain dan kini di ruang ganti sebagai pelatih ambisius.
Pisa dan Sassuolo menjadi saksi langkah baru mereka untuk menciptakan sejarah berbeda dengan harapan dan tekanan serupa. Genre kepahlawanan kini berubah rupa, dari laga 90 menit di lapangan ke adu kecerdikan taktik di lini pinggir lapangan.
Seiring kembalinya dua nama besar ini di kancah kompetisi Serie A, masyarakat sepak bola Italia menanti duel mutu, bukan sekadar pertarungan antar tim, tetapi ajang pembuktian kemampuan dua sosok yang dulu menuliskan sejarah emas negeri ini.
Dari Pahlawan hingga Pelatih: Profil Gilardino dan Grosso

Alberto Gilardino lahir di Biella pada 5 Juli 1982, pernah bersinar sebagai striker dengan torehan gol di AC Milan, Fiorentina, dan Parma. Di Piala Dunia 2006, ia turut berkontribusi untuk Italia meski bukan algojo penalti utama.
Setelah gantung sepatu, Gilardino mengantongi lisensi UEFA Pro lalu memulai karier kepelatihan di tim-tim kecil sebelum menapaki jenjang pelatih utama di Genoa U19 dan tim senior.
Sebaliknya, Fabio Grosso adalah bek sayap legendaris berkat gol ke gawang Jerman di semifinal dan tendangan penalti penentu juara dunia 2006 untuk Italia.
Selepas karier sebagai pemain, Grosso membangun reputasi kepelatihan dengan menukangi Juventus Primavera hingga membawa Frosinone promosi ke Serie A pada 2022/2023, dan kemudian mengambil alih kursi pelatih Sassuolo.
Langkah kedua mantan pahlawan Azzurri ke dunia kepelatihan mempertegas jejak karier mereka yang transformatif. Dari lapangan sebagai pemain hingga strateg di pinggir lapangan, keduanya berhasil membuktikan kemampuan lintas generasi.
Persaingan Taktik dan Filosofi: Menanti Kejutan di Serie A

Gilardino dikenal mengusung formasi utama 3-5-2 dalam filosofi bermainnya. Setelah pengalaman bersama Genoa dan promosi yang sukses, ia kini menjadi andalan Pisa yang menginginkan stabilitas dan struktur tim yang kuat.
Penunjukannya pada 26 Juni 2025 jadi bukti kepercayaan klub setelah periode menantang di karier kepelatihannya, dengan kontrak dua tahun plus opsi perpanjangan.
Berbeda dengan Gilardino, Grosso memilih pendekatan taktikal yang menyesuaikan kekuatan skuad. Bersama Sassuolo, ia mampu membawa permainan agresif dan efektif, terbukti dari rekor tajam tim selama promosi dari Serie B musim 2024/2025.
Kreativitas pemain seperti Berardi dan Verdi di bawah arahannya menjadi salah satu kunci kebangkitan tim.
Duel keduanya di Serie A musim 2025/2026 bukan sekadar soal formasi, melainkan persaingan dua arsitek muda Italia yang membawa semangat baru dan potensi kompetisi lebih ketat di puncak sepak bola negeri ini.
Dinamika Baru Serie A: Legenda Bertemu di Tanah Air

Serie A musim depan diramaikan oleh dua klub promosi, Pisa dan Sassuolo, yang dipimpin oleh eks pahlawan nasional di era yang sama.
Gilardino diplot menggantikan Filippo Inzaghi sebagai nakhoda Pisa, sedangkan Grosso mengukuhkan reputasinya sebagai spesialis tim promosi setelah prestasi bersama Frosinone.
Bahkan, 12 dari 20 klub Serie A musim 2025/2026 memulai musim dengan pelatih anyar, menandakan perubahan besar di ranah kepelatihan.
Daya tarik dari kisah ini tidak semata pada reputasi masa lalu, namun pada inovasi strategi dan kemungkinan regenerasi pelatih-pelatih muda dengan visi modern di Italia.
Gilardino dan Grosso menjadi inspirasi bagi talenta muda Italia yang bermimpi mengalami transformasi serupa, dari pemain bintang menjadi pelatih papan atas.
Jangan sampai ketinggalan infonya
- Revolusi Juventus Butuh Lebih dari Tonali, Yildiz Satu-satunya Pemain Tak Tersentuh
- Bagi AC Milan, Melawan Perth Glory Lebih Sulit Ketimbang Lawan Liverpool dan Arsenal, Kok Bisa?
- Gasperini di Roma: Pelatih Tertua Serie A 2025/2026 dan Filosofi Menyerangnya
- Dua Tawaran dari Inggris Ditolak, Berapa Sebenarnya Harga yang Diinginkan Inter untuk Yann Bisseck?
- Carlos Cuesta: Nakhoda Baru Parma dan Pelatih Termuda di Serie A 2025/2026
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Real Madrid Resmi Jual Jacobo Ramon ke Como
Liga Spanyol 31 Juli 2025, 23:59
-
7 Mantan Bintang yang Kini Melatih di Serie A: Ada 4 Juara Piala Dunia
Editorial 31 Juli 2025, 15:26
LATEST UPDATE
-
Diskon Tiket Pesawat untuk Natal dan Tahun Baru, Penerbangan Dimulai 22 Desember 2025
News 17 November 2025, 14:35
-
Nestapa Pecco Bagnaia, Akui 2025 Musim Terburuknya di MotoGP: Tapi Saya Nggak Boleh Marah!
Otomotif 17 November 2025, 14:31
-
Italia Dibantai Norwegia di San Siro, Ini Pengakuan Pahit Locatelli
Piala Dunia 17 November 2025, 13:23
-
Gacor di Timnas Inggris, Harry Kane Lampaui Rekor Gol Pele
Piala Dunia 17 November 2025, 12:26
-
Apakah Portugal Lebih Baik Tanpa Cristiano Ronaldo? Ini Jawaban Roberto Martinez
Piala Dunia 17 November 2025, 12:12
-
Jadwal Live Streaming Formula 1 Las Vegas 2025 di Vidio, 21-23 November 2025
Otomotif 17 November 2025, 11:47
-
Link Live Streaming Formula 1 2025, Jangan Lupa Dukung Pembalap Jagoanmu!
Otomotif 17 November 2025, 11:47
-
Otomotif 17 November 2025, 11:47

-
Akhirnya! Lisandro Martinez Bakal Comeback di MU Pekan Ini?
Liga Inggris 17 November 2025, 11:44
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55

























KOMENTAR