
Bola.net - Tadi malam, langit kota Roma menjadi saksi. Di Stadio Olimpico, Bologna mengalahkan AC Milan 1-0 dan menggenggam trofi Coppa Italia ketiga mereka. Dan Ndoye menjadi aktor utama, pencetak gol yang membawa klubnya menembus batas waktu.
Kemenangan itu menandai perayaan setelah lima dekade puasa gelar besar. Bologna akhirnya kembali ke panggung utama dengan kepala tegak dan sejarah di tangan.
Bagi banyak orang, Bologna hanyalah nama dari masa lalu Serie A. Namun, malam itu, Rossoblu menunjukkan bahwa masa lalu bisa terhubung lagi dengan masa kini—lewat satu trofi dan seribu cerita.
Coppa Italia: Panggung yang Selalu Ramah

Bologna dan Coppa Italia adalah cerita yang selalu berakhir bahagia. Sejak pertama kali mereka menjejak final pada 1970, hasilnya selalu sama: kemenangan. Musim ini, pola itu kembali berulang.
Final 1970 dilangsungkan dengan format grup. Bologna menjadi kampiun setelah menyingkirkan lawan-lawan lewat sistem liga mini. Empat tahun kemudian, mereka kembali ke final dan menang lewat drama adu penalti melawan Palermo.
Kini, di musim 2024/25, rekor itu tetap utuh. Tiga final, tiga trofi. Statistik sempurna ini menjadikan Bologna sebagai spesialis final di ajang Coppa Italia.
Scudetto: Kilau Lama yang Tak Pernah Padam

Jauh sebelum trofi Coppa Italia menghiasi etalase, Bologna pernah menjadi raja di Serie A. Tujuh kali mereka merebut scudetto (1924/25, 1928/29, 1935/36, 1936/37, 1938/39, 1940/41, 1963/64), dengan masa keemasan di era 1930-an. Tim ini pernah menjadi kekuatan besar Italia.
Musim 1963/64 adalah gelar liga terakhir mereka. Bologna mengungguli Inter Milan dan mengunci posisi teratas klasemen. Itu bukan sekadar kemenangan, tapi pernyataan bahwa Rossoblu punya tempat dalam sejarah besar calcio.
Sejak saat itu, dominasi memudar, tetapi memori tetap hidup. Tujuh scudetto tetap menjadi pengingat: Bologna bukan klub biasa, mereka pernah berada di singgasana.
Eropa: Langkah Kecil yang Bermakna

Walau tak sedigdaya di kancah domestik, Bologna tetap punya catatan yang layak dikenang di panggung Eropa. Tahun 1998, mereka menjuarai UEFA Intertoto Cup. Trofi itu datang di era Giuseppe Signori, legenda yang pernah berseragam Rossoblu.
Gelar itu memberi tiket ke Piala UEFA dan menambah warna dalam sejarah klub. Sebelumnya, Bologna juga pernah berjaya di ajang Mitropa Cup, dengan tiga kemenangan pada 1932, 1934, dan 1961.
Eropa bukan rumah utama Bologna, tapi mereka pernah mengetuk pintunya. Saat itu terjadi, mereka tak sekadar hadir—mereka membawa pulang kebanggaan.
Dari Kekacauan Menuju Kebangkitan

Di balik deretan trofi, Bologna juga melewati jalan terjal. Era 1990-an dan awal 2000-an diwarnai degradasi, kebangkrutan, dan pergantian kepemilikan. Mereka sempat tenggelam di Serie B dan bahkan Serie C.
Namun, semangat klub tak mati. Di bawah kepemimpinan Joey Saputo, stabilitas perlahan dibangun. Klub kembali ke Serie A, memperkuat fondasi, dan menatap masa depan dengan arah yang lebih jelas.
Gelar Coppa Italia 2025 adalah bukti dari pembangunan yang sabar. Sebuah kisah tentang klub yang pernah runtuh, tapi kini berdiri lagi dengan dada membusung.
Trofi dan Identitas Sebuah Klub

Apa arti sebuah gelar setelah penantian panjang? Bagi Bologna, itu adalah pengingat jati diri. Klub ini lahir untuk menang, meski tak selalu diingat.
Trofi bukan sekadar benda perak. Ia adalah cerita, napas sejarah, dan jembatan antara masa lalu dan masa kini. Dengan trofi Coppa Italia 2025, Bologna kembali menyusun identitasnya—sebagai klub yang pantas dikenang dan dihormati.
Mimpi tak pernah mengenal kasta. Bologna telah membuktikan, bahwa dalam sepak bola, yang sabar dan setia pada proses, bisa kembali naik ke panggung utama.
Baca Artikel-artikel Menarik Lainnya:
- Cerita Indah Bologna dan Newcastle, Sebuah Penantian Panjang untuk Meraih Gelar Juara
- Sikap Dingin di Olimpico: Conceicao Abaikan Calabria di Seremoni Juara Coppa Italia
- Satu Kota, Dua Realita: Barcelona Berburu Gelar, Espanyol Berjuang untuk Bertahan
- Prediksi Espanyol vs Barcelona 16 Mei 2025
- Sampdoria Degradasi, Tifosi Genoa Pesta Flare dan Kembang Api!
- Jika Juara di Kandang Rival, Belajar dari Pengalaman, Barcelona Takkan Selebrasi Berlebihan
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Dear AC Milan, Man City Akan Segera Datang Untuk Tijjani Reijnders
Liga Italia 15 Mei 2025, 18:46
-
AC Milan: Satu Musim, Banyak Penyesalan
Liga Italia 15 Mei 2025, 15:42
-
AC Milan dan Episode yang Nyaris Tanpa Cerita Indah
Liga Italia 15 Mei 2025, 15:33
LATEST UPDATE
-
Italia Dibantai Norwegia di San Siro, Ini Pengakuan Pahit Locatelli
Piala Dunia 17 November 2025, 13:23
-
Gacor di Timnas Inggris, Harry Kane Lampaui Rekor Gol Pele
Piala Dunia 17 November 2025, 12:26
-
Apakah Portugal Lebih Baik Tanpa Cristiano Ronaldo? Ini Jawaban Roberto Martinez
Piala Dunia 17 November 2025, 12:12
-
Jadwal Live Streaming Formula 1 Las Vegas 2025 di Vidio, 21-23 November 2025
Otomotif 17 November 2025, 11:47
-
Link Live Streaming Formula 1 2025, Jangan Lupa Dukung Pembalap Jagoanmu!
Otomotif 17 November 2025, 11:47
-
Otomotif 17 November 2025, 11:47

-
Akhirnya! Lisandro Martinez Bakal Comeback di MU Pekan Ini?
Liga Inggris 17 November 2025, 11:44
-
Reaksi Penuh Gairah Cristiano Ronaldo Usai Portugal Resmi Lolos ke Piala Dunia 2026
Piala Dunia 17 November 2025, 11:36
-
Spill Fabrizio Romano Spill Gelandang Incaran Utama Manchester United, Siapa?
Liga Inggris 17 November 2025, 11:30
-
Setelah Alejandro Garnacho, Chelsea Mau Bajak Marcus Rashford dari MU?
Liga Inggris 17 November 2025, 11:10
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55

























KOMENTAR