Airlangga lahir pada tahun 990. Ayahnya bernama Udayana, raja kerajaan Bedahulu dari wangsa Warmadewa, sedangkan ibunya bernama Mahendradatta, putri wangsa Isyana dari kerajaan Medang. Medang saat itu merupakan kerajaan yang kuat dan bahkan melakukan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan Barat, serta melakukan serangan ke Sriwijaya. Airlangga memiliki dua adik, yaitu Marakata Pangkaja yang menjadi raja Bali setelah ayah mereka meninggal, dan Anak Wungsu yang naik takhta setelah Marakata.
Dalam berbagai prasasti yang dikeluarkannya, Airlangga mengakui sebagai keturunan raja Mpu Sindok dari wangsa Isyana yang memindahkan pusat kekuasaan Kerajaan Medang dari Bhumi Mataram di Jawa Tengah ke Jawa Timur, yang dikenal dengan sebutan Medang periode Jawa Timur.
Pada saat pesta pernikahannya dengan putri pamannya, Dharmawangsa Teguh, di kota Wwatan, Kerajaan Medang diserbu oleh Raja Wurawari dari Lwaram yang merupakan sekutu Kerajaan Sriwijaya. Kejadian tersebut tercatat dalam prasasti Pucangan. Airlangga dan putri Dharmawangsa berhasil lolos dari serangan tersebut dan menyelamatkan diri ke hutan pegunungan Wonogiri. Setelah tiga tahun bersembunyi, Airlangga didatangi oleh utusan rakyat dan senopati yang masih setia, yang meminta agar ia mendirikan kembali kerajaan Medang. Dengan dukungan para pendeta dari ketiga aliran agama, Airlangga membangun kembali kerajaan Medang dengan ibu kota baru bernama Watan Mas di lereng Gunung Penanggungan.
Hingga saat ini, nama Airlangga masih dikenang oleh masyarakat Jawa dan diabadikan dalam berbagai cerita rakyat, literatur, serta tempat-tempat di Indonesia. Nama Airlangga memiliki makna "air yang melompat" dan dikaitkan dengan keberhasilannya lolos dari bencana Mahapralaya yang seperti air bah.