Bola.net - Komentar pelatih selalu jadi salah satu bumbu paling menarik untuk sajian sepak bola. Di La Liga pun demikian, ada sederet komentar legendaris dari pelatih-pelatih yang pernah bekerja di liga nomor satu Spanyol itu.
Nama-nama besar yang pernah dan tengah meniti karier sebagai pelatih di panggung La Liga punya ciri khas dalam berkomentar. Ucapan yang keluar dari mulut mereka punya ciri khas, yang terkadang sudah dihafal lawan ataupun kalangan jurnalis.
Sepanjang sejarah, La Liga punya sederet pelatih dengan 'nuansa' komentar yang tergolong panas dan penuh kritik. Tak menjadi musuh, golongan ini justru terkadang membuat rasa rindu membuncah bagi para fan.
Berikut ini beberapa pelatih legendaris di La Liga dan komentar menarik yang menjadi ciri khas :
Alfredo Di St?fano dan Johan Cruyff
Johan Cruyff (c) AFP
Alfredo Di Stéfano : “Un partido sin goles es como un domingo sin sol”
Legenda Real Madrid ini menyampaikan apa yang diinginkan dalam sebuah pertandingan: “Pertandingan tanpa gol adalah seperti akhir pekan tanpa cuaca yang cerah.”
Johan Cruyff : “La calidad sin resultados es inútil. Los resultados sin calidad aburren”
“Bermain bagus tanpa hasil itu sia-sia. Kemenangan tanpa permainan bagus itu membosankan.” Kata-kata bijak dan filosofi bermain yang sangat sederhana dari Johan Cruyff. Tidak banyak orang yang berhasil merevolusi permainan sepak bola seperti pelatih Belanda ini, yang bermain untuk Barcelona di tahun 1970-an dan meramu “Dream Team” pada medio '90-an.
Luis Aragones dan Rafa Benitez
Rafael Benitez (c) AFP
Luis Aragones : “Ganar, ganar y volver a ganar”
Pelatih yang berhasil membawa timnas Spanyol menjuarai Euro 2008 dan legenda Atlético de Madrid, Luis Aragonés, memberikan pandangannya terhadap permainan sepak bola: “Menang, menang, dan menang, lalu menang lagi. Kemudian menang, menang, menang, dan menang. Itulah sepak bola.”
Rafa Benítez : “Pedí un sofá y me trajeron una lampara”
Mantan pelatih Valencia, Rafa Benítez, pernah meminta klubnya untuk mendatangkan seorang penyerang, tetapi direksi klub malah memberinya seorang pemain sayap, yakni Fabián Canobbio. Ia lalu protes dengan mengatakan “Saya meminta sebuah sofa, tapi mereka memberi saya sebuah lampu.”
Jose Mourinho dan Luis Enrique
Jose Mourinho (c) AFP
Jose Mourinho : “Si no tienes perro para ir a cazar y tienes un gato vas con él”
Jose Mourinho, harus ‘pasrah’ ketika lini depannya hanya memiliki Gonzalo Higuaín dan Karim Benzema ketika melatih Real Madrid. Ia lalu mengeluarkan pernyataan khas. “Ketika Anda tidak memiliki anjing untuk berburu, tapi hanya memiliki kucing, Anda harus membawa kucing itu berburu," katanya.
Luis Enrique : “Me veo en los cromos vestido del Real Madrid y no me reconozco”
Pelatih Timnas Spanyol, Luis Enrique, membuat sebuah kontroversi pada 1996 ketika pindah dari Real Madrid ke Barcelona. Ia lalu menjadi legenda di Camp Nou, dan mengatakan lebih betah bermain di Barcelona dibanding di Madrid. “Ketika saya melihat diri saya mengenakan jersey putih di album stiker, saya tak mengenalinya," ucapnya.
Diego Simeone dan John Toshack
Diego Simeone (c) AFP
Diego Simeone : “Partido a Partido”
Respons pelatih yang dijuluki El Cholo ini ketika ditanya apakah tim Atlético Madrid akan menjuarai La Liga. Ia hanya memberikan senyum, terutama ketika meraih trofi pada 2013/14: “Kami menjalani pertandingan demi pertandingan.” Kalimat tersebut sekarang telah menjadi sebuah mantra di La Liga," sebutnya.
John Toshack : “El sábado ya pienso que tiene que volver a jugar los once mismos cabrones”
Mantan pelatih Real Madrid asal Wales, John Toshack, menjelaskan opininya setelah pertandingan tandang yang sangat buruk di Rayo Vallecano: “Pada hari Senin ia berpikir mengganti 10 pemain dalam tim. Pada hari Selasa, tujuh atau delapan pemain. Hari Kamis, empat pemain. Jumat, dua pemain, dan hari Sabtu kembali memainkan 11 pemain yang sama. "Sepertinya sepak bola adalah tergantung pada para pemainnya," tegasnya.
Louis Van Gaal dan Joaquin Caparros
Louis van Gaal. (c) AFP
Louis van Gaal : “Siempre negativo, nunca positivo”
Mantan Pelatih Barcelona, Louis van Gaal, pernah mengamuk kepada seorang jurnalis yang bertanya dan memberi kritikan dalam sebuah konferensi pers di awal karir sebagai pelatih Blaugrana di tahun 1999.
“Anda sangat buruk, selalu negatif, tak pernah positif," katanya. Ia mengatakan dengan aksen Belanda yang sangat kuat, yang membuat kata ‘positivo’ dan ‘negativo’ terdengar seperti ‘positifo’ dan ‘negatifo’. Sejak sesi konferensi pers itu, Van Gaal selalu dikenal dengan ‘selalu negatif’ selama melatih Barcelona.
Joaquín Caparrós : “Jugar tanto ante el Barcelona es ir tres veces al dentista”
Pelatih Levante ini tak menahan diri ketika timnya harus berhadapan dengan Lionel Messi dan Barcelona tiga kali di bulan Januari 2014, dalam ajang LaLiga dan Copa del Rey: “Untuk bermain melawan Barcelona sesering ini seperti harus pergi ke dokter gigi tiga kali," katanya.
Sumber : La Liga
Disadur dari: Bola.com (Nurfahmi Budi)
Published on: 27 April 2020
Baca ini juga ya!
- Mo Salah Hanya Nomor Empat, Ini 5 Pemain Afrika Terbaik yang Pernah Tampil di Premier League
- Termasuk Diego Costa, Ini 5 Pemain yang Didepak Klub dengan Cara Menyakitkan
- Perkuat Pos Bek Kiri, Juventus Incar 3 Nama Ini
- Wayne Rooney Nomor Satu, Ini Ranking 24 Striker Terbaik Man United
- Ernesto Valverde Masuk Daftar 5 Pelatih dengan Jumlah Kemenangan Terbanyak di La Liga
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Eks Bek Prancis: Madrid Ingin Pogba dan Pogba Siap ke Madrid
Liga Spanyol 27 April 2020, 20:57
-
Berbatov Pernah Kecewa Diminati Tottenham dan Bukannya Barca Atau Madrid
Liga Inggris 27 April 2020, 18:23
-
PSG Tertarik Datangkan Sergio Reguilon, Kasih Gak Nih Real Madrid?
Liga Inggris 27 April 2020, 17:40
-
Agen Ingin Bawa 'The New Kaka' ke Real Madrid
Liga Spanyol 27 April 2020, 17:20
-
Daftar 30 Pemain dengan Nilai Jual Termahal di Tengah Pandemi Corona
Liga Champions 27 April 2020, 15:55
LATEST UPDATE
-
Manchester United Bisa Jual Marcus Rashford dan Kobbie Mainoo untuk Patuhi PSR
Liga Inggris 19 November 2025, 00:30
-
3 Opsi Pengganti Mohamed Salah di Liverpool, Termasuk Pemain dari Klub Rival
Liga Inggris 19 November 2025, 00:00
-
Lupakan Ronaldo, Bruno Fernandes Buktikan Jadi Pemain Paling Penting di Timnas Portugal
Piala Dunia 18 November 2025, 23:41
-
Analisis Calon Pengganti Robert Lewandowski: Menimbang 4 Kandidat Ideal untuk Barcelona
Liga Spanyol 18 November 2025, 23:22
-
Kiper Persis Solo Gianluca Pandeynuwu Ukir Sejarah di BRI Super League 2025/2026
Bola Indonesia 18 November 2025, 23:11
-
Benjamin Sesko Absen Kontra Everton, Kembalinya Diperkirakan Desember
Liga Inggris 18 November 2025, 22:46
-
Blunder Pemain Naturalisasi Malaysia Saat Sidang FIFA: Salah Sebut Asal Nenek
Tim Nasional 18 November 2025, 22:37
-
2 Laga Timnas Indonesia U-22 vs Mali: Kalah di Laga Pertama, Imbang di Laga Kedua
Tim Nasional 18 November 2025, 22:36
-
Bermain Api: Risiko Besar Perlakuan Tuchel pada Bellingham di Timnas Inggris
Piala Dunia 18 November 2025, 21:51
-
Calhanoglu dan Misi 'Anti-Modric': Kunci Taktik Chivu Menghadapi Panasnya Derby Milan
Liga Italia 18 November 2025, 21:02
-
Adrien Rabiot dan Dilema Derby: Analisis Kebugaran, Strategi, dan Alternatif AC Milan
Liga Italia 18 November 2025, 20:08
-
Langkah dan Strategi Luciano Spalletti untuk Mengembalikan Juventus ke Jalur Kejayaan
Liga Italia 18 November 2025, 19:35
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55

























KOMENTAR