Tragedi Donnarumma di PSG: Juara Liga Champions Malah Dibuang Demi Revolusi Taktik Luis Enrique

Tragedi Donnarumma di PSG: Juara Liga Champions Malah Dibuang Demi Revolusi Taktik Luis Enrique
Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma saat beraksi melawan Inter Miami di Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Brynn Anderson

Bola.net - Gianluigi Donnarumma baru saja menyelesaikan musim cemerlang bersama PSG. Dia berhasil mengangkat trofi Liga Champions dan membawa klub menuju final Piala Dunia Antarklub.

Namun, prestasi gemilang tersebut ternyata tidak cukup untuk mempertahankan posisinya di Parc des Princes. Kiper berusia 26 tahun itu mengungkapkan rasa kecewa setelah mendapat kabar bahwa dirinya tidak lagi masuk dalam rencana tim.

Pernyataan tersebut memicu pertanyaan besar di kalangan penggemar. Mengapa PSG melepas salah satu penjaga gawang terbaik di dunia?

Keputusan ini muncul setelah PSG mendatangkan Lucas Chevalier dari Lille pada bursa transfer musim panas. Pelatih Luis Enrique menegaskan bahwa alasannya bukan terkait kemampuan Donnarumma dalam menepis bola, melainkan profil kiper yang cocok dengan gaya mainnya.

Perubahan ini menandai pergeseran taktik signifikan di PSG. Dari mengandalkan kiper konvensional yang fokus pada shot-stopping, kini mereka memilih sosok yang juga berperan integral dalam membangun serangan dari lini belakang.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.

1 dari 4 halaman

Luis Enrique Ungkap Alasan Lepas Donnarumma

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma saat tampil melawan Bayern Munchen di perempat final Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Mike Stewart

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma saat tampil melawan Bayern Munchen di perempat final Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Mike Stewart

Donnarumma mengaku merasa frustrasi karena dirinya disingkirkan secara sepihak. "Seseorang memutuskan bahwa saya tidak lagi bisa menjadi bagian dari tim dan berkontribusi untuk kesuksesan," ungkapnya.

Perwakilan Donnarumma, Enzo Raiola, bahkan menilai langkah PSG sebagai bentuk ketidakhormat terhadap kliennya. Raiola memaparkan bahwa mereka sempat menerima tawaran kontrak baru dengan gaji lebih rendah demi bertahan.

Namun, pembicaraan terhenti setelah PSG berubah haluan. "Hanya sebulan lalu kami bicara soal perpanjangan, lalu tiba-tiba pelatih mengubah pandangan tentang Gigio," tegasnya.

Luis Enrique menilai keputusan ini sulit namun perlu diambil demi rencana jangka panjang. "Saya hanya punya pujian untuk Donnarumma, tapi kami mencari profil pemain berbeda," kata Enrique sebelum laga Piala Super UEFA melawan Tottenham.

Baginya, kiper harus mendukung gaya bermain berbasis penguasaan bola.

2 dari 4 halaman

Profil Kiper yang Diinginkan PSG

Saat Donnarumma tiba di Paris pada 2021, dia sudah berstatus juara Euro bersama Italia dan veteran lebih dari 250 laga untuk Milan. Kemampuannya sebagai shot-stopper elit kembali terbukti musim lalu, khususnya di semifinal Liga Champions melawan Arsenal.

Namun, PSG kini menginginkan kiper yang lebih aktif dalam fase build-up. Data musim lalu menunjukkan mereka memimpin Ligue 1 dengan rata-rata penguasaan bola 68,4 persen.

Meski begitu, dengan Donnarumma, mereka kerap memilih umpan panjang daripada membangun serangan dari lini belakang. Chevalier menawarkan solusi berbeda.

Di Lille, dia kerap menjadi 'pemain ke-11' dalam penguasaan bola, berani menerima tekanan, mengubah sudut permainan, dan memutuskan momen tepat untuk memecah pressing lawan. Kemampuannya mendistribusikan bola pendek maupun panjang dianggap sejalan dengan visi Enrique.

3 dari 4 halaman

Perbedaan Gaya Bermain Donnarumma dan Chevalier

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma ketika gagal membendung tembakan Cole Palmer di final Piala Dunia Antarklub 2025 melawan Chelsea, Senin 14 Juli 2025. (c) AP Photo/Adam Hunger

Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma ketika gagal membendung tembakan Cole Palmer di final Piala Dunia Antarklub 2025 melawan Chelsea, Senin 14 Juli 2025. (c) AP Photo/Adam Hunger

Dari sisi fisik, Donnarumma unggul dalam tinggi badan (196 cm) namun tidak terlalu agresif menghadapi umpan silang. Sebaliknya, Chevalier (188 cm) lebih proaktif keluar dari gawang, memotong bola udara, dan cepat merespons cutback.

Hal ini memungkinkan lini belakang bermain lebih tinggi. Dalam hal shot-stopping, Donnarumma tetap berada di level teratas dunia.

Penyelamatan pentingnya di Liga Champions menjadi bukti nyata. Meski begitu, PSG menilai Chevalier cukup tangguh dalam aspek ini, dengan catatan penyelamatan impresif di Lille.

Bagi PSG, keunggulan Chevalier adalah keseimbangan antara kemampuan menjaga gawang dan kontribusi dalam permainan terbuka. Mereka menginginkan kiper yang tidak hanya menyelamatkan bola, tapi juga membantu tim mempertahankan penguasaan di area lawan.

4 dari 4 halaman

Masa Depan Donnarumma

Meski Manchester United dikabarkan tidak tertarik, pintu bagi Donnarumma tetap terbuka di klub-klub papan atas Eropa. Keahliannya cocok untuk tim yang menitikberatkan pada pertahanan solid dibanding penguasaan bola ekstrem.

Raiola menyebut bahwa faktor finansial bisa menjadi penentu transfer. "Mungkin hanya tim Premier League yang mampu memenuhi permintaan PSG yang berlebihan," ujarnya.

Bagi Donnarumma, ini bukan akhir segalanya. Dengan segudang pengalaman di usia muda, dia masih berpotensi menjadi penentu di level tertinggi.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL