Bola.net - Bola.net - Kesuksesan Alfred Riedl membawa timnas Indonesia melangkah ke final Piala AFF 2016 rupanya tidak membuatnya bisa duduk manis di kursi pelatih. PSSI memilih untuk tidak lagi memakai jasa pelatih asal Austria untuk menukangi timnas.
Lantas, seperti sudah diketahui, PSSI telah menunjuk Luis Milla sebagai pelatih baru. Milla akan bertanggung jawab untuk posisi pelatih timnas senior dan juga timnas U-22.
Target yang dibebankan kepada Milla yakni: juara Sea Games 2017 di Kuala Lumpur dan masuk dalam empat besar di Asian Games 2018 dimana Indonesia menjadi tuan rumah.
Mampukah Milla memenuhi target tersebut? Patut untuk dinantikan kiprah pelatih asal Spanyol ini. Namun, sebelum menyaksikan kiprah Milla, berikut rangkum profil Milla sejak masih aktif sebagai pemain.
Memulai Karir di Barca
Luis Milla Aspas, itulah nama lengkap sosok pelatih yang lahir pada 12 Maret 1966. Kini usainya sudah menginjak 50 tahun. Milla lahir di Teruel, Spanyol.
Milla memulai karir sepakbolanya bersama tim asal kampungnya, Teruel. Ia kemudian menimba ilmu di klub sepakbola raksasa, Barcelona. Ia bergabung dengan tim muda Barca pada 1983.
Milla mulai masuk di tim utama Barca sejak musim 1984/85. Posisi bermainnya adalah gelandang bertahan. Ia dikenal punya kemampuan mengatur ritme permainan timnya sekaligus memutuskan serangan lawan.
Namun, Milla harus meninggalkan Barca pada tahun 1990. Kontraknya tidak diperpanjang oleh Barca yang kala itu dilatih oleh Johan Cruyff. Dengan status bebas transfer, Milla kemudian menyeberang ke Real Madrid.
Selama membela Barca, ada tiga gelar yang diberikan oleh Milla yaitu: Juara Piala UEFA 1988-1989, La Liga 1984-1985, Copa del Rey 1989-1990.
Jadi Legenda di Real Madrid
Tak dipakai oleh Barcelona, Milla akhirnya pindah klub yang menjadi rival utama yakni Real Madrid. Tak ada dana transfer yang dikeluarkan oleh Madrid. Karena ia pindah dengan status free transfer.
Pada awalnya, karir Milla sempat terhambat oleh cedera. Namun, ia mampu bangkit dan menjadi pemain tak tergantikan di lini tengah El Real. Bergabung pada tahun 1990, Milla mampu bertahan di Madrid hingga tahun 1997. Tujuh tahun dihabiskan bersama klub bermarkas di Santiago Bernabeu.
Bisa dibilang Milla sebagai salah satu legenda Madrid. Pasalnya, ia sukses mencatatkan 165 penampilan selama berada di klub asa ibukota Spanyol. Hanya tiga gol yang dicetaknya. Maklum. posisinya adalah gelandang bertahan.
Karir Milla di Madrid mulai menurun setelah kedatangan Fernando Redondo. Posisi mereka sama-sama sebagai gelandang bertahan.
Selama tujuh tahun membela Madrid, Milla memberikan La Liga (1994-1995, 1996-1997), Copa del Rey (1992-1993) dan Supercopa de Espana (1990, 1993).
Pensiun Sebagai Pemain
Setelah kalah bersaing untuk mendapatkan posisi inti di Real Madrid, Luis Milla memutuskan untuk pindah ke klub asal Spanyol lain, Valencia. Milla menjadi bagian dari Los Che selama empat tahun yakni mulai tahun 1997 hingga 2001.
Milla masih bisa menunjukkan kapasitasnya sebagai gelandang bertahan yang tangguh selama bermain di Valencia. Ia sukses merangkum 79 pertandingan hingga akhirnya memutuskan untuk pensiun.
Seolah meneruskan tradisi yang diraih di dua klub sebelumnya, Milla juga sukses memberikan gelar juara di Valencia. Tiga gelar diberikan kepada klub yang bermarkas di Stadion Mestalla ini.
Tiga gelar tersebut yakni: Copa del Rey (1998-1999), Supercopa de Espana (1999) dan Piala Intertoto (1998).
Milla pensiun setelah 16 tahun berkarir di pentas sepakbola profesional. Meski cukup gemilang di level klub, Milla hanya memiliki tiga caps bersama timnas Spanyol sepanjang karirnya.
Memulai Karir Pelatih
Pensiun sebagai pemain pada tahun 2001, Luis Milla tak langsung menjadi pelatih. Ia baru mulai menekuni karir sebagai pelatih saat melatih tim amatir Pucol.
Pucol rupanya hanya sebuah persinggahan bagi Milla. Setahun melatih di sana, Milla mendapat panggilan untuk menjadi asisten pelatih di Getafe. Saat itu, Getafe mendapuk Milla sebagai pelatih atas rekomendasi Michel Laudrup, rekan satu timnya di Real Madrid.
Setahun berselang, atau pada tahun 2008, Milla memulai karirnya sebagai pelatih kepala. Ia dipercaya sebagai pelatih timnas Spanyol U-19. Milla bertahan selama dua tahun hingga tahun 2010.
Selama periode ini, Milla memberikan gelar runner-up Euro U-19 pada tahun 2010.
Saat itu, tim yang dilatih Milla diperkuat oleh pemain-pemain seperti: Martin Montoya, Marc Bartra, Thiago Alcantara, Sergio Canales, Koke dan Iker Muniain.
Menjadi Juara Eropa
Melihat ada prospek yang cukup menjanjikan pada tim U-19, federasi timnas Spanyol juga mempercaya Milla untuk menjadi pelatih timnas U-20, U-21 dan U-23. Posisi ini diemban oleh Milla hingga tahun 2012 yang lalu.
Puncak prestasi Milla diraih pada saat melatih Spanyol U-21. Kala itu, Milla sukses mengantar tim asuhannya menjadi juara Euro U-21 edisi tahun 2011. Ajang paling akbar di Eropa ini digelar di Denmark.
Spanyol U-21 menjadi juara setelah mengalahkan Swiss pada pertandingan puncak. Juan Mata dan kawan-kawan menang dengan skor 2-0. Dua gol kemenangan dicetak oleh Ander Hererra dan Thiago Alcantara.
Dari skuat saat itu, beberapa pemain kini sukses menjadi pilar tim-tim terbaik di Eropa. Beberapa di antaranya: David De Gea, Juan Mata, Ander Hererra [Manchester United], Javi Martinez, Thiago Alcantara [Bayern Munchen], Iker Muniain, Mikel San Jose [Athletic Bilbao], Cesar Azpilicueta [Chelsea] dan nama-nama lain seperti Bojan Krkic, Dani Parejo dan Martin Montoya.
Namun, Milla harus mengakhiri karirnya setelah gagal di fase grup pada ajang Olimpiade 2012. Kala itu, Spanyol kalah bersaing dengan Jepang, Honduras, dan Maroko. Padahal, waktu itu skuat yang dilatih Milla nyaris sama dengan tim juara Eropa.
Gagal di Level Klub
Setelah menuntaskan kerja di timnas Spanyol kelompok usia dengan status dipecat, Luis Milla kemudian melanjutkan karir untuk melatih di level klub. Klub pertama yang dilatih oleh Milla bukan klub asal Spanyol atau negara Eropa lain.
Milla berkelana ke Uni Emirat Arab (UEA) pada tahun 2013. Ia melatih klub UEA Pro League yaitu, Al Jazira. Namun, karir Milla tidak bertahan lama. Ia hanya sempat memimpin selama enam pertandingan saja [1 menang, 2 seri, 3 kalah].
Usai di Al Jazira, Milla kemudian melatih CD Lugo pada tahun 2015. Klub ini bermain di Divisi Segunda atau kasta kedua di Spanyol. Milla memainkan sebanyak 28 pertandingan.
Rinciannya: 9 menang, 12 imbang dan 7 kalah.
Milla kemudian menjadi pelatih Real Zaragoza pada awal musim 2016/17 ini. Namun, kerja sama mereka harus berakhir pada bulan Oktober tahun yang lalu. Milla dinilai tidak mampu mengangkat performa tim dari 12 laga yang dimainkan.
Zaragoza di bawah komando Milla hanya mampu meraih 3 menang, 4 imbang dan 5 kalah.
Bagaimana di Indonesia?
Luis Milla tidak ingin banyak sesumbar pada saat diperkenalkan sebagai pelatih timnas Indonesia. Ia enggan bicara target karena merasa masih belum paham betul dan baru dua hari berada di Indonesia.
Namun, Milla harus tahun bahwa publik Indonesia sudah lama mengidamkan gelar juara. Tekanan yang berada di pundaknya sangat tinggi. Apalagi, ia disebut-sebut mendapatkan gaji dalam jumlah yang fantastis dibandingkan yang didapat oleh Alfred Riedl.
Meski gagal sebagai pelatih di level klub, ia punya catatan apik di Spanyol U-21 dan saat masih menjadi pemain.
Pelatih berusia 50 tahun ini dihadapkan pada terget medali emas Sea Games 2017 bersama timnas U-22. Sementara di Asian Games ia ditarget membawa Indonesia ke posisi empat besar. Selain itu, tugas Milla adalah mengatrol peringkat FIFA timnas Indonesia.
Selain itu, Milla juga harus bisa mewujudkan ambisi PSSI yang kini sedang fokus melakukan regenerasi. Milla harus bisa mengorbitkan generasi baru untuk timnas Indonesia. Mampukah? Menarik untuk menanti hasilnya.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Luis Milla Belum Tentu Gunakan Jasa Penerjemah
Tim Nasional 21 Januari 2017, 19:07 -
Luis Milla Akan Didampingi Oleh Pelatih Lokal
Tim Nasional 21 Januari 2017, 07:21 -
Lebih Dekat Dengan Sosok Luis Milla
Editorial 21 Januari 2017, 00:36 -
Luis Milla Berburu Pemain di Piala Presiden
Bola Indonesia 20 Januari 2017, 21:51 -
Lewat Video, Milla Sudah Pahami Karakter Indonesia
Tim Nasional 20 Januari 2017, 19:31
LATEST UPDATE
-
Eliano Reijnders Optimistis Timnas Indonesia Bisa Tembus Piala Dunia 2026
Tim Nasional 3 Oktober 2025, 18:39 -
Jadwal Liga Inggris Pekan Ini Live di SCTV, MOJI, dan Vidio, 4-5 Oktober 2025
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 17:47 -
Hansi Flick Dorong Barcelona Rekrut Bintang Bayern Sebelum Liverpool
Liga Spanyol 3 Oktober 2025, 17:32 -
Dilema Kiper Inter Milan: Dua dari Tiga Penjaga Gawang Kontraknya Segera Berakhir
Liga Italia 3 Oktober 2025, 17:09 -
Jadwal Lengkap Premier League 2025/2026 Live di SCTV dan Vidio
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 17:03 -
Jadwal Serie A Pekan Ini, 4-6 Oktober 2025
Liga Italia 3 Oktober 2025, 16:36 -
Incaran Harbolnas 10.10: Kenali Ciri Khas 6 Merek Batik Pria Premium Ini
News 3 Oktober 2025, 16:33 -
Jadwal La Liga Pekan Ini, 4-6 Oktober 2025
Liga Spanyol 3 Oktober 2025, 16:16 -
Cek Jadwal dan Live Streaming LaLiga 2025/26 Minggu Ini: di Vidio
Liga Spanyol 3 Oktober 2025, 16:10 -
Prediksi Napoli vs Genoa 5 Oktober 2025
Liga Italia 3 Oktober 2025, 16:06 -
Saksikan dan Nonton LaLiga 2025/26 Sevilla vs Barcelona, Eksklusif di Vidio
Liga Spanyol 3 Oktober 2025, 16:02
LATEST EDITORIAL
-
5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan Jika Ruben Amorim Dipecat
Editorial 3 Oktober 2025, 15:31 -
7 Pemain yang Mampu Cetak Lebih dari 800 Gol, Ronaldo Nomor 3
Editorial 3 Oktober 2025, 15:04 -
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29
KOMENTAR