Bola.net - Bola.net - Mereka yang baru mengenal mungkin menilai kalau klub ini hanyalah sebuah klub biasa di La Liga, terlebih sejak persepakbolaan Spanyol didominasi oleh Atletico Madrid, Real Madrid dan Barcelona. Kenyataannya, meski belakangan ini sedang terpuruk, Valencia juga pernah memiliki masa-masa kejayaan mereka.
Salah satu periode terbaik dalam sejarah Valencia adalah 2001-2004. Waktu itu, di bawah kepelatihan Rafael Benitez dengan Santiago Canizares, Roberto Ayala, Ruben Baraja, David Albelda, Vicente dan Pablo Aimar sebagai pilarnya, Valencia dua kali menjuarai La Liga dan sekali mengangkat trofi UEFA Cup.
Kala itu, Kelelawar dari Mestalla ini termasuk tim yang ditakuti, tak cuma di Negeri Matador namun juga di seantero Benua Biru Eropa.
Salah satu kunci kesuksesan Valencia selama periode tersebut adalah formasi 4-2-3-1 racikan Benitez yang ditunjang oleh talenta-talenta berbakat di skuatnya.
Sekilas tentang 4-2-3-1 Benitez di Valencia
Formasi 4-2-3-1 begitu populer di Eropa pada era 2000-an. Formasi ini mulai berkembang di medio 1990-an.
Ada beberapa tim yang disebut-sebut sebagai pelopornya. Termasuk di antaranya adalah Manchester United 1994, Arsenal besutan Arsene Wenger dan Real Madrid racikan John Toshack.
Namun, 4-2-3-1 mereka sebenarnya hanya modifikasi dari 4-4-2, dengan dua gelandang bertahan, dua winger dan salah satu penyerang yang bermain lebih dalam. Valencia-nya Benitez beda. Tim ini murni memakai empat pemain bertahan dan tiga pemain di belakang satu ujung tombak.
Perbedaan utamanya adalah satu pemain yang diposisikan tepat di belakang striker. United punya Eric Cantona, sedangkan Arsenal mengandalkan Dennis Bergkamp, dan Madrid memiliki Raul. Di posisi tersebut, Benitez memasang Pablo Aimar - gelandang serang Argentina dengan dribbling skill, visi permainan, kemampuan mengoper dan kreativitas mengagumkan - yang waktu itu bahkan dilabeli 'The Next Maradona'.
Dengan demikian, ada lima gelandang pada posisi '2' dan '3' di lini tengah Valencia.
Juara La Liga 2001/02
Benitez diangkat menggantikan Hector Cuper pada 2001 setelah sebelumnya melatih Tenerife. Benitez membawa serta dari klub sebelumnya ke Mestalla, di mana dia kemudian akan menjadi pemain penting di Valencia.
Tak butuh waktu lama bagi Benitez untuk merebut hati para pendukung Valencia. Salah satunya adalah berkat organisasi permainan yang lebih rapi daripada yang diterapkan Cuper.
Musim itu, Benitez sukses membawa Valencia menjuarai La Liga untuk pertama kalinya dalam 31 tahun. Valencia juara dengan keunggulan tujuh poin atas peringkat dua Deportivo La Coruna.
Efektivitas di atas segalanya. Musim itu, Valencia hanya mencetak total 51 gol. Produktivitas gol mereka kalah dari tim-tim lain di lima besar (Deportivo 65 gol, Real Madrid 69 gol, Barcelona 65 gol, Celta Vigo 64 gol). Namun, Valencia musim itu adalah masternya kemenangan 1-0, dan itu sukses membawa mereka ke tangga juara.
Kuncinya adalah penggunaan tiga gelandang sentral, di saat tim-tim lain seantero Spanyol hanya memasang dua. Itu membuat Valencia hampir tak pernah kalah possession. Ketika kehilangan bola, mereka dengan cepat menempatkan sembilan pemain dalam mode defensif.
Keberadaan Ruben Baraja dan David Albelda benar-benar krusial. Mereka berdua bisa dibilang sebagai pasangan gelandang terbaik di era itu. Keduanya sama-sama pengoper brilian dan memiliki kemampuan menempatkan posisi yang hebat di depan empat pemain belakang. Baraja diberi kebebasan lebih untuk naik, karena dia memiliki tembakan yang bisa diandalkan. Namun, pada umumnya, mereka menyerahkan tugas menyerang pada Vicente, Rufete/Jorge Lopez, Aimar dan Mista.
Double 2003/04
Musim 2002/03, Valencia gagal memenuhi harapan. Mereka tak mampu mempertahankan gelar La Liga, finis peringkat lima dengan selisih 18 poin di belakang sang juara Real Madrid. Musim itu, Benitez melakoni debut kepelatihannya di Liga Champions, lolos sampai perempat final sebelum dikandaskan Inter Milan.
Masuk musim 2003/04, tak banyak perubahan di skuat Valencia. Namun, musim itu, Valencia menunjukkan bahwa 4-2-3-1 sama sekali bukan skema defensif. Benitez meramunya sedemikian rupa hingga Valencia jadi lebih ofensif.
Musim itu, Valencia jadi lebih tajam. Mereka pun kembali menjuarai La Liga, dan kali ini bahkan ditambah dengan trofi UEFA Cup.
Valencia musim itu finis sebagai juara dengan keunggulan lima poin atas Barcelona. Valencia meraih gelar La Liga keenam mereka, sekaligus yang terakhir sejauh ini.
Angka kebobolan Valencia sama dengan ketika jadi juara musim 2001/02, yakni 27 gol. Hebatnya, kali ini Valencia lebih garang. Mereka mencetak total 71 gol (20 gol lebih banyak daripada 2001/02) dan hanya kalah satu gol dari Real Madrid - tim paling produktif di La Liga musim itu.
Di final UEFA Cup, Valencia juara usai mengalahkan Marseille 2-0 lewat penalti dan gol .
Musim itu, Mista finis sebagai top scorer Valencia dengan torehan 24 gol di semua ajang.
Kenapa Valencia ditakuti?
Yang menakutkan dari Valencia 2001-2004 adalah ketika mereka sudah masuk attacking third atau wilayah pertahanan lawan. Dengan operan-operan satu sentuhan yang dikombinasi dengan pergerakan-pergerakan pemain ofensifnya, Valencia sulit dihentikan.
Attacking style itu juga yang membuat Valencia melahirkan salah satu gol terbaik dalam sejarah Liga Champions.
Gol itu dicetak Aimar ketika menang 2-0 menjamu Liverpool di fase grup musim 2002/03 (satu gol lainnya dicetak Ruben Baraja).
Akhir era Benitez di Mestalla
Benitez mundur dari jabatan pelatih Valencia pada Juni 2004. Keputusan itu diambilnya gara-gara perselisihan dengan direktur Jesus Garcia Pitarch terkait transfer pemain dan kegagalan klub memperkuat skuat dengan pemain-pemain baru yang dia inginkan.
Waktu itu, Benitez berkata: "Saya mengharapkan sebuah sofa (seorang bek), tapi mereka malah membelikan saya sebuah lampu (gelandang serang Fabian Canobbio)."
Benitez meninggalkan Valencia setelah membawa klub itu meraih dua gelar La Liga dan satu trofi UEFA Cup. Dia kemudian direkrut Liverpool.
Benitez telah berhasil membangun Valencia jadi sebuah tim hebat - menjadikan Kelelawar Mestalla ditakuti seantero Spanyol dan Eropa.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Jese: Barca Balikkan Keunggulan PSG? Cuma Madrid yang Bisa
Liga Champions 1 Maret 2017, 16:00 -
Robben Ingatkan Arsenal: Saya Masih Punya Senjata Lain
Liga Champions 1 Maret 2017, 14:00 -
Guti: Saya Ingin Barca Singkirkan PSG dan Pique Cetak Gol
Liga Champions 1 Maret 2017, 13:50 -
Moreno: Para Pemain PSG Bakal Mati di Markas Barca
Liga Champions 28 Februari 2017, 14:20
LATEST UPDATE
-
Prediksi Sevilla vs Barcelona 5 Oktober 2025
Liga Spanyol 3 Oktober 2025, 14:58 -
Florian Wirtz di Liverpool: Pemain yang Belum Meyakinkan, tapi Pantas Ditunggu?!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 14:58 -
Bukan Cuma Minta Maaf, Korea Selatan Rombak Total Regulasi Program Adopsi Internasional
News 3 Oktober 2025, 14:44 -
Prediksi Fiorentina vs AS Roma 5 Oktober 2025
Liga Italia 3 Oktober 2025, 14:28 -
Meski Bersinar di Crystal Palace, Oliver Glasner Dinilai Tak Cocok untuk MU
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 14:26
LATEST EDITORIAL
-
7 Pemain yang Mampu Cetak Lebih dari 800 Gol, Ronaldo Nomor 3
Editorial 3 Oktober 2025, 15:04 -
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29 -
5 Top Skor Sepanjang Masa Liga Champions, Mbappe Mulai Mendekat
Editorial 2 Oktober 2025, 13:55
KOMENTAR