Arema Cronus: Klub Wajib Mengedukasi Suporter

Arema Cronus: Klub Wajib Mengedukasi Suporter
Aremania saat mendukung Arema berlaga (c) AFP

Bola.net - - Kekerasan yang masih menghantui suporter sepakbola nasional mendapat sorotan Arema Cronus. Mereka menilai klub memiliki kewajiban untuk mendidik suporter, termasuk untuk menghindari aksi kekerasan.

"Ada hubungan sinergis antara klub dan suporter. Kewajiban manajemen klub, salah satunya adalah mengedukasi dan berkomunikasi dengan suporter. Jadi harus rutin ada komunikasi dan edukasi ini," ujar General Manager Arema Cronus, Ruddy Widodo.

Menurut Ruddy, cara paling efektif untuk meredam kekerasan antar suporter adalah dengan melibatkan suporter itu sendiri. Karenanya, klub harus memiliki hubungan baik dengan suporter mereka. "Ini yang selalu kita coba dan usahakan," tuturnya.

Sebelumnya, sepakbola Indonesia kembali memakan tumbal. Seorang bobotoh harus meregang nyawa karena dikeroyok jelang menyaksikan pertandingan Persib Bandung melawan Persegres Gresik United di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Sabtu .

Bobotoh naas tersebut bernama Muhammad Rovi Arrahman. Remaja yang karib disapa Omen ini, dikeroyok puluhan orang saat melintas di Jalan Raya Inspeksi Kalimalang, Cikarang Selatan, Jawa Barat. Ia dan dua rekannya dilempari batu dan helm. Omen yang dibonceng motor paling belakang terjatuh dan terseret sekitar tujuh meter.

Usai terjatuh, remaja 17 tahun ini dipukuli menggunakan tangan, batu, benda tumpul dan senjata tajam. Saat ditolong, Omen sudah dalam kondisi kritis akibat luka robek di pipi kanan, memar di bagian belakang kepala, luka lecet di tangan kanan dan kiri serta kedua kakinya. Sempat dilarikan ke Rumah Sakit Harapan Keluarga, nyawa Omen akhirnya tak tertolong. Ia mengembuskan nafas terakhir pada Minggu (23/10).

Kematian Omen menambah panjang daftar kelam kekerasan di sepakbola Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) SOS, Omen adalah korban nyawa ke-51 sejak Liga Indonesia digelar pada 1994/1995.

Lebih lanjut, Ruddy berharap agar akar kebencian tak terus tumbuh di sepakbola Indonesia. Rivalitas, sambungnya, hanya ada selama 90 menit di lapangan. Itupun hanya sebatas adu kreasi mendukung tim pujaan mereka.

"Ini yang harus terus menerus diedukasikan oleh manajemen klub ke suporter," tandasnya. (den/asa)


KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE