Bola.net - Kinerja Komisi Disiplin PSSI mendapat sorotan. Kali ini, sorotan datang dari Save Our Soccer (SOS). Lembaga yang concern tentang perbaikan tata kelola sepak bola Indonesia ini menilai kerja Komdis PSSI bak debt collector.
"Orientasi hukumannya adalah uang. Belum ada terobosan baru. Komdis bekerja layaknya debt collector," ucap Koordinator SOS, Akmal Marhali.
"Ini tidak sehat untuk kompetisi sepak bola Indonesia," sambungnya.
Menurut Akmal, Komdis PSSI nyaris seperti tertidur lelap sampai pekan keenam gelaran Liga 1 dan pekan keempat Liga 2. Namun, setelah adanya kritikan publik, mereka sotak bangun dan merapel pekerjaannya dengan menggelar sidang. Dari 26 kasus yang mereka putuskan pada sidang tersebut, Komdis menjatuhkan denda nyaris Rp 1 miliar.
Dari surat keputusan Komdis PSSI, total terdapat 12 kasus dari empat pelanggaran di Liga 1 yaitu kartu merah langsung, keterlambatan kick-off, lima kartu kuning atau lebih dalam satu laga, dan tamu VIP masuk ruang ganti.
Sementara, di Liga 2, total 14 kasus yang disidangkan. Rinciannya, perilaku mendiskreditkan keputusan PSSI, pelanggaran fair play, keterlambatan kick-off, dan lima kartu kuning atau lebih dalam satu laga.
Simak artikel selengkapnya di bawah ini.
Keputusan Tak Masuk Logika
Lebih lanjut, menurut Akmal, ada sejumlah keputusan Komdis PSSI yang tak masuk logika. Salah satunya, menurut eks wartawan olahraga ini, adalah keputusan soal kasus keterlambatan kick-off.
Akmal menyebut bahwa keterlambatan kick-off secara logika menjadi tanggung jawab LIB sebagai penyelenggara kompetisi bubble to bubble. Pasalnya, tidak ada klub yang sejatinya mempekerjakan panpel sendiri layaknya di kompetisi normal.
"Selain itu, sanksi yang dijatuhkan juga tak masuk logika hukum di tengah pandemi," kata Akmal.
Ia mencontohkan sanksi yang diterima Pelatih Persijap, Jaya Hartono. Dalam konteks Liga 2, sanksi sebulan sama artinya dengan separuh musim.
"Striker Badak Lampung, T.A Musyafry, dihukum enam laga. Padahal, Liga 2 hanya sepuluh laga, ia sudah selesai berkompetisi. Demikian pula dengan vonis Heri Setiawan selama 6 bulan. Padahal Liga 2 hanya berlangsung 2 bulan," tegasnya.
Orientasi Sebatas Uang
Akmal pun menilai bahwa pola pikir Komdis dalam menjatuhkan hukuman masih sebatas uang. Belum ada terobosan baru, sambung eks CEO Persiraja Banda Aceh ini, soal bentuk hukuman yang dijatuhkan. Padahal, menurut Akmal, sanksi denda uang tersebut selama ini tidak efektif dan tidak berefek jera buat pelakunya.
"Perlu ada modifikasi misalnya hukuman kerja sosial buat Heri Setiawan. Tugasnya membina pemain-pemain SSB/akademi misalnya. Ini akan lebih bermanfaat dibandingkan uang," papar Akmal.
"Sanksi kerja sosial pernah diberikan kepada Eric Cantona saat berperilaku buruk menendang kungfu penonton kala membela Manchester United," imbuhnya.
Menurut Akmal, dengan sanksi kerja sosial, pihak terhukum tak sampai menganggur. Heri Setiawan yang dihukum 6 bulan, misalnya, secara psikologi juga morilnya terangkat karena masih dipekerjakan membina pemain muda.
"Ini bagus untuk introspeksi sekalian. Kalau denda uang nggak ada efek psikologisnya karena yang bayar klub atau dipotong langsung dari subsidi," ia menegaskan.
Tidak Transparan
Akmal menambahkan, ada laga kerugian sanksi denda uang yang selama ini diterapkan PSSI. Kerugian tersebut adalah tidak adanya transparansi penggunaan uang hasil denda tersebut.
"Harusnya sanksi uang yang dijatuhkan digunakan untuk pembinaan terhadap pelanggar sanksi," kata Akmal.
"Bentuknya bisa edukasi rules of the game sampai untuk konsultasi ke psikiater untuk terhukum perilaku buruk," tandasnya.
(Bola.net/Dendy Gandakusumah)
Baca Juga:
- Hasil BRI Liga 1: Bekuk Borneo FC, Bhayangkara FC kembali ke Puncak Klasemen
- Hasil BRI Liga 1: Rafael Silva Antarkan Madura United Kalahkan Persiraja
- BRI Liga 1: 4 Pemain Penting Arema FC Ini Bisa Bikin Persita Ketar-ketir!
- BRI Liga 1: Clean Sheet Lawan Persija, Mimpi Jadi Kenyataan Bagi Andhika Ramadhani
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
SOS Sebut Kinerja Komdis PSSI bak Debt Collector
Bola Indonesia 27 Oktober 2021, 19:08
-
Minta Maaf ke Iwan Bule, Elkan Baggott Siap Kembali Membela Timnas Indonesia
Tim Nasional 25 Oktober 2021, 19:23
-
Iwan Bule: Elkan Baggott Tidak Mau Membela Timnas Indonesia
Tim Nasional 23 Oktober 2021, 00:37
LATEST UPDATE
-
Evaluasi Timnas Indonesia U-22 jelang SEA Games 2025: Progres Terlihat, PR Masih Ada
Tim Nasional 19 November 2025, 04:25
-
Imbang 2-2 Lawan Mali, Ini 3 Pemain Timnas Indonesia U-22 yang Layak Dapat Apresiasi
Tim Nasional 19 November 2025, 04:00
-
Kabar Buruk untuk Arsenal, Pemulihan Kai Havertz Alami Kemunduran
Liga Inggris 19 November 2025, 02:20
-
Arsenal Buka Peluang Lepas 4 Pemain di Bursa Transfer Januari, Siapa Saja?
Liga Inggris 19 November 2025, 00:56
-
Manchester United Bisa Jual Marcus Rashford dan Kobbie Mainoo untuk Patuhi PSR
Liga Inggris 19 November 2025, 00:30
-
3 Opsi Pengganti Mohamed Salah di Liverpool, Termasuk Pemain dari Klub Rival
Liga Inggris 19 November 2025, 00:00
-
Lupakan Ronaldo, Bruno Fernandes Buktikan Jadi Pemain Paling Penting di Timnas Portugal
Piala Dunia 18 November 2025, 23:41
-
Analisis Calon Pengganti Robert Lewandowski: Menimbang 4 Kandidat Ideal untuk Barcelona
Liga Spanyol 18 November 2025, 23:22
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain yang Bisa Didatangkan Liverpool di Januari untuk Selamatkan Musim
Editorial 19 November 2025, 01:56
-
3 Bintang Manchester United yang Bisa Ditukar dengan Antoine Semenyo
Editorial 19 November 2025, 01:37
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55



















KOMENTAR