Dari Championship ke Papan Atas Premier League: Bedah Taktik Sunderland di Tangan Regis Le Bris

Dari Championship ke Papan Atas Premier League: Bedah Taktik Sunderland di Tangan Regis Le Bris
Selebrasi pemain Sunderland usai membobol gawang Chelsea pada laga pekan ke-9 Premier League 2025/2026 (c) AP Photo/Joanna Chan

Bola.net - Sunderland menjadi sorotan di Premier League musim 2025/2026. Di bawah asuhan Regis Le Bris, tim promosi ini tampil di luar ekspektasi.

Mereka kini berada di posisi empat besar klasemen sementara. Catatan 19 poin dari 11 pertandingan cukup untuk menempatkan The Black Cats di zona Liga Champions.

Keberhasilan ini tentu mengejutkan banyak pihak. Di awal musim, tidak ada yang memprediksi Sunderland mampu bersaing dengan tim-tim elite.

Namun, racikan taktik Le Bris membuat semua pandangan itu berubah. Sunderland kini dikenal sebagai tim dengan permainan cerdas, disiplin, dan berani mengambil risiko.

Berikut adalah analisis mendalam tentang strategi mereka seperti dilansir BBC.

1 dari 3 halaman

1. Tekanan Tinggi dan Fleksibilitas Pertahanan

Regis Le Bris menunjukkan kecerdasan taktik melalui pendekatan bertahan Sunderland. Tim ini tidak hanya menunggu di area sendiri, tetapi aktif menekan lawan sejak awal laga.

Para pemain diarahkan untuk melakukan pressing tinggi secara man-to-man. Strategi ini tergolong berani bagi tim promosi, namun sejauh ini berhasil membuahkan hasil positif.

Contohnya terlihat saat Sunderland menang 2-1 atas Chelsea pada 25 Oktober. Tekanan tinggi mereka memaksa Chelsea kehilangan ritme dan gagal membangun serangan dari belakang.

Saat tekanan tinggi tidak efektif, Sunderland dengan cepat beralih ke blok pertahanan dalam formasi 4-4-2 atau bahkan 5-3-2. Perubahan ini dilakukan secara mulus tanpa mengganggu keseimbangan tim.

Pertahanan mereka juga kuat ketika bermain lebih dalam. Para bek seperti Robin Roefs mampu menghadapi duel udara maupun situasi satu lawan satu dengan percaya diri.

Roefs menjadi salah satu penjaga gawang terbaik musim ini. Berdasarkan data xG, ia mencegah tiga gol lebih banyak dibanding rata-rata kiper lain di Premier League.

Adaptabilitas menjadi senjata utama Sunderland. Mereka bisa bertahan rapat dan tetap agresif ketika momen menekan lawan datang.

Pendekatan dua lapis seperti ini menjadikan Sunderland sulit ditebak dan sangat efisien menghadapi berbagai gaya permainan lawan.

2 dari 3 halaman

2. Kekuatan Saat Menguasai Bola

Ketika menguasai bola, Le Bris menerapkan gaya bermain berbasis posisi. Setiap pemain memiliki peran tetap dalam mengisi zona tertentu di lapangan.

Sunderland memulai serangan dari lini belakang dengan membangun permainan perlahan. Granit Xhaka dan Noah Sadiki menjadi penghubung utama antara pertahanan dan lini serang.

Kedua gelandang ini sering turun untuk membantu distribusi bola. Jika lawan menekan ketat, Sunderland tidak ragu menggunakan umpan panjang langsung ke Wilson Isidor.

Setelah bola dikuasai, Xhaka menjadi otak permainan. Ia piawai mengatur tempo dan sering mengirimkan umpan diagonal akurat ke arah sayap untuk membuka ruang.

Bek tengah Omar Alderete juga memainkan peran penting. Mantan pemain Getafe ini dikenal sebagai salah satu bek paling progresif dalam mengubah bola dari situasi bertahan menjadi serangan.

Kemampuan Alderete dalam melakukan umpan vertikal membuat serangan Sunderland lebih efisien. Ia sering mengecoh lawan dengan arah umpan yang tak terduga.

Sunderland pun mampu membangun serangan dengan pola cepat dan terstruktur. Struktur ini membuat transisi dari bertahan ke menyerang berjalan sangat mulus.

Kombinasi antara ketenangan Xhaka dan ketepatan Alderete menjadikan permainan Sunderland terlihat matang dan terencana.

3 dari 3 halaman

3. Ancaman di Sisi Sayap dan Bola Mati

Fokus serangan Sunderland banyak datang dari sisi sayap. Le Bris menekankan pentingnya menciptakan situasi crossing berbahaya melalui kombinasi full-back dan winger.

Para full-back tidak hanya berfungsi sebagai pelindung lini belakang. Mereka juga aktif membantu serangan lewat overlap, underlap, dan umpan silang.

Xhaka sering bergeser ke sisi sayap untuk menciptakan segitiga kecil bersama winger dan full-back. Pola ini membuat serangan Sunderland lebih cair dan sulit diprediksi.

Kombinasi tersebut menghasilkan peluang berbahaya dari berbagai sisi. Rotasi antar pemain juga memastikan lawan kesulitan membaca arah serangan.

Trai Hume menjadi pemain yang paling beradaptasi dalam sistem ini. Ia mampu bermain di kedua sisi dan bahkan berperan sebagai gelandang serang ketika tim beralih ke formasi 4-3-3.

Kehadirannya membuat Sunderland lebih fleksibel saat transisi menyerang. Saat bertahan, Hume tetap bisa turun membantu membentuk blok lima pemain di lini belakang.

Selain permainan terbuka, Le Bris juga memaksimalkan situasi bola mati. Sunderland telah mencetak beberapa gol dari skema sepak pojok, tendangan bebas, dan lemparan ke dalam jarak jauh.

Pendekatan ini memperlihatkan bahwa mereka tidak hanya bergantung pada permainan terbuka, tetapi juga unggul dalam situasi statis yang sering menentukan hasil pertandingan.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL