Dosa Finansial Ronaldo: Juventus Masih Bayar Mahal Kesalahan Empat Tahun Lalu

Dosa Finansial Ronaldo: Juventus Masih Bayar Mahal Kesalahan Empat Tahun Lalu
Cristiano Ronaldo merayakan gol dalam pertandingan final Nations League antara Portugal vs Spanyol di Allianz Arena, Senin, 9 Juni 2025. (c) AP Photo/Martin Meissner

Bola.net - Cristiano Ronaldo sudah lama pergi dari Turin, tapi jejaknya belum benar-benar hilang. Dalam laporan keuangan Juventus, namanya kini hanya tertulis sebagai 'mantan pemain terdaftar', sebuah istilah dingin yang justru menegaskan luka panjang yang belum sembuh.

Empat tahun setelah meninggalkan klub dengan kerugian 14 juta euro, Ronaldo masih menjadi bagian dari persoalan hukum Juventus. Sengketa soal pemotongan gaji selama pandemi kembali ke meja arbitrase, dan megabintang asal Portugal itu kini menuntut hampir 20 juta euro plus bunga.

Ironisnya, di saat Juventus bersiap menghadapi Real Madrid di Santiago Bernabeu, stadion tempat kisah besar Ronaldo dimulai, bayangan masa lalu justru kembali menghantui. Klub masih berusaha menambal lubang finansial yang tercipta sejak transfer megah musim panas 2018 itu.

Kasus ini menjadi simbol bahwa investasi besar untuk mendatangkan bintang sekelas Ronaldo tak selalu berujung gemilang. Di atas kertas, Juventus masih membayar harga dari mimpi besar yang gagal menjadi kenyataan.

1 dari 4 halaman

Ronaldo, Gugatan, dan Luka Finansial yang Belum Selesai

Eks striker Juventus, Cristiano Ronaldo. (c) AP Photo

Eks striker Juventus, Cristiano Ronaldo. (c) AP Photo

Laporan keuangan terbaru Juventus menyebut sengketa dengan Ronaldo sebagai salah satu 'peristiwa penting musim lalu.' Dalam bahasa birokrasi, kalimat itu terasa biasa saja, namun dampaknya jelas terasa besar.

Ronaldo menuntut klub karena menilai kesepakatan pemotongan gaji saat pandemi tidak sah. Juventus sempat membayar sebagian dari jumlah yang diperdebatkan, namun sang pemain melanjutkan gugatan untuk memperoleh sisa pembayaran penuh berikut bunga. Sidang terakhir digelar Maret 2025, dengan putusan dijadwalkan keluar awal tahun depan.

Bagi Juventus, ini bukan sekadar soal uang. Kasus ini menyoroti konsekuensi panjang dari keputusan transfer yang dulu dianggap visioner. Saat merekrut Ronaldo dari Real Madrid pada 2018, klub berharap bukan hanya prestasi di lapangan, tetapi juga lonjakan pendapatan komersial dan global branding.

Namun realitas berbicara sebaliknya. Pandemi COVID-19 menghantam keras, dan gaji Ronaldo sebesar 31 juta euro per musim, empat kali lipat pemain termahal berikutnya di skuad, menjadi beban tak tertanggungkan.

Bahkan setelah sang megabintang pergi ke Manchester United, Juventus masih terjebak di tengah badai keuangan yang ia tinggalkan.

2 dari 4 halaman

Harapan yang Tak Terwujud: Bring Us the Champions

Kisah ini bermula dari malam di Turin pada April 2018, ketika Ronaldo mencetak hat-trick untuk Real Madrid di perempat final Liga Champions.

Gol saltonya yang spektakuler disambut tepuk tangan berdiri dari para pendukung Juventus, momen yang, tanpa disadari, menjadi awal dari kisah rumit antara kedua pihak.

Beberapa bulan kemudian, Juventus menandatangani kontrak dengan Ronaldo. Chairman Andrea Agnelli saat itu menyebut keputusan itu sebagai langkah strategis untuk mengembalikan Juventus ke puncak Eropa. Para suporter meneriakkan satu kalimat sederhana: “Bring us the Champions.”

Ronaldo memenuhi ekspektasi di Serie A, mencetak 100 gol tercepat dalam sejarah klub dan membawa dua gelar liga.

Namun, di Eropa, trofi yang diimpikan tak pernah datang. Juventus tersingkir di perempat final pada musim pertamanya, lalu dua kali di babak 16 besar, dikalahkan oleh Ajax, Lyon, dan Porto secara beruntun.

Keputusan yang dulu tampak revolusioner kini terlihat seperti perjudian yang gagal. Ketika pandemi melanda, mimpi menjadi beban, dan transfer Ronaldo berubah dari investasi ambisius menjadi sumber krisis yang masih menghantui hingga kini.

3 dari 4 halaman

Krisis dan Kekacauan Setelah Era Agnelli

Eks superstar Juventus, Cristiano Ronaldo. (c) AP Photo

Eks superstar Juventus, Cristiano Ronaldo. (c) AP Photo

Runtuhnya proyek Ronaldo menjadi awal dari kejatuhan struktur manajemen Juventus. Andrea Agnelli, arsitek di balik kesuksesan sembilan gelar Serie A beruntun, terseret dalam berbagai penyelidikan keuangan.

Investigasi atas laporan keuangan selama periode pandemi menguak berbagai pelanggaran administratif dan dugaan manipulasi nilai transfer. Akibatnya, klub dikenai pengurangan poin, denda hingga 20 juta euro, dan larangan tampil di Eropa selama satu musim.

Agnelli, Pavel Nedved, dan Fabio Paratici semuanya akhirnya dijatuhi hukuman larangan sementara dari sepak bola.

Setelah Agnelli mundur pada 2022, Juventus mencoba menata ulang arah klub. Di bawah kepemimpinan John Elkann, mereka berusaha mengakhiri era konflik dan tekanan hukum.

Meski begitu, masa transisi berjalan sulit, pelatih datang dan pergi, proyek jangka panjang gagal berkembang, dan kerugian keuangan tetap tinggi, 58 juta euro tahun ini, meski sudah jauh lebih baik dibanding 123 juta pada tahun sebelumnya.

4 dari 4 halaman

Juventus Kini: Muda, Tak Stabil, Tapi Masih Bernafas

Juventus saat ini adalah tim yang masih mencari identitas. Mereka lebih muda, lebih eksplosif, tetapi tidak konsisten. Dalam sembilan laga terakhir, mereka belum mencatat kemenangan, bahkan kalah dari Como dan ditahan imbang Milan tanpa gol.

Namun ada secercah harapan pada sosok Kenan Yildiz. Pemain berusia 20 tahun itu dianggap sebagai bintang masa depan klub, simbol generasi baru yang ingin bangkit dari bayang-bayang masa lalu.

Juventus berharap Yildiz bisa menorehkan kisah seperti Alessandro Del Piero pada 2008, ketika ia mencetak dua gol di Bernabeu dan mendapat standing ovation dari publik Madrid.

Masalahnya, Juventus hari ini masih memikul beban dari masa lalu yang belum tuntas. Kasus Ronaldo, kegagalan transfer, dan manajemen yang berantakan menjadikan setiap langkah menuju stabilitas terasa berat.

Empat tahun setelah kepergian sang megabintang, Juventus masih berjuang menutup luka yang ia tinggalkan, luka yang lebih dalam daripada sekadar defisit neraca keuangan.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL