Bola.net - - Masih berusia 25 tahun, Scott Redding tak disangka-sangka harus mengakhiri kariernya di MotoGP pada 2018. Usai membela Gresini Honda, Marc VDS Honda, Pramac Racing Ducati dan Aprilia Racing, rider Inggris ini tak kunjung meraih hasil signifikan karena tak pernah mendapatkan motor yang mumpuni.
Runner up Moto2 2013 ini sempat diprediksi menjadi bintang MotoGP, menyaingi rival sekaligus kawan dekatnya, Marc Marquez. Sayang, usai lima tahun turun di kelas tertinggi, ia hanya meraih dua podium dan sulit masuk peringkat 10 besar. Prestasi ini jelas jauh berbeda dengan Marquez, yang justru meraih lima gelar dalam enam tahun terakhir.
"Uang adalah pembeda terbesar di antara tempat saya dan Marc berdiri sekarang. Saya rasa ia dan semua orang tahu itu. Kami punya talenta yang sama, latar belakang kami juga mirip. Kami datang dari keluarga yang biasa-biasa saja, ini alasan saya sangat menghormatinya. Tapi ia beruntung berasal dari Spanyol," ujarnya kepada Crash.net.
Redding sendiri mengawali kariernya di kejuaraan Spanyol, namun tak mendapat dukungan yang layak. "Saya memang pernah turun di Spanyol, tapi tidak dengan langkah yang tepat. Saya sempat ikut MotoGP Academy, tapi saya tak cocok. Saya tak cocok dengan banyak aturan. Saya keluar dari akademi dan saya malah kompetitif lagi," ungkapnya.
Jalani Debut Bersama, Beda Dukungan

Redding dan Marquez menjalani debut di GP125 pada 2008, dan keduanya sama-sama meraih podium perdana di Donington Park, Inggris. Saat itu Redding meraih kemenangan, sementara Marquez finis ketiga. Meski begitu, hasil ini tak mampu memungkiri fakta bahwa Marquez memiliki dukungan uang dan teknis yang jauh lebih mumpuni darinya.
"Saya tak punya uang walau, motor saya bagus. Saya naik ke kejuaraan dunia tapi pindah tim ini dan itu, jadi saya kesulitan lagi. Sementara itu, Marc punya timnya sendiri, dengan bantuan Repsol dan KTM. Setelahnya ia dapat Red Bull Factory KTM. Sepanjang hidupnya, Marc didukung oleh Red Bull dan Repsol. Ia bahkan punya tim Moto2 sendiri. Tentu Anda tak bisa menyaingi hal ini," tutur Redding.
Masa-Masa di Marc VDS

Meski meraih hasil jeblok di GP125, Redding bertubuh lebih besar naik ke Moto2 lebih dulu ketimbang Marquez, yakni pada 2010. Ia membela tim prestisius, Marc VDS, selama empat tahun dan bertahap memperbaiki performa. Saat Marquez naik ke Moto2 2011, mereka kembali bertarung bersama selama dua musim, dan Redding menyebut bahwa masa-masa itulah mereka terbukti punya talenta setara.
"Hanya saat di Marc VDS saya dan Marc punya level setara. Ia juga lebih banyak pengalaman sejak belia, dan didampingi Emilio Alzamora. Saat saya berusia 15, saya bahkan tak tinggal di rumah. Bersama Marc VDS, saya belajar banyak. Anda memang bisa pergi jauh dengan talenta, tapi uang dan tuntunan bakal membuat Anda bisa pergi lebih jauh lagi. Jadi, saya beruntung bisa membela Marc VDS," ungkapnya.
Sayangkan Kegagalan 2013
Usai Marquez merebut gelar dunia Moto2 2012 dan langsung naik ke MotoGP, Redding punya peluang besar merebut gelar 2013. Usai mendominasi puncak klasemen sepanjang musim, dua kecelakaan di Australia dan Valencia membuat harus rela melihat gelar jatuh ke tangan Pol Espargaro.
"Satu-satunya hal yang saya inginkan adalah gelar Moto2 2013. Saya akan melakukan apa pun demi meraihnya, apa pun demi merebutnya. Ini semua hanya demi bisa berkata, 'Kami berhasil'. Apa pun yang saya lakukan, baik di GP125 maupun Moto2, adalah demi merebut gelar dunia, dan saat itu kami begitu dekat," pungkasnya.
Usai hengkang dari MotoGP, Redding dipastikan bakal turun di ajang British Superbike (BSB) bersama tim papan atas, Paul Bird Motorsport dengan mengendarai Ducati Panigale V4 R.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Redding: Saya Mirip Marquez, Bedanya Hanya Uang
Otomotif 18 Januari 2019, 09:40
-
Alex Marquez Sarankan Kakak Santai Pulihkan Cedera
Otomotif 17 Januari 2019, 09:25
-
Rossi Sebut Marquez Pemberani, Salut Kegigihannya
Otomotif 16 Januari 2019, 09:35
-
Ducati: Memang Mudah Bicara Peluang Gaet Marquez
Otomotif 15 Januari 2019, 13:35
-
Koleksi Lima Gelar MotoGP, Marquez Ogah Berpuas Diri
Otomotif 15 Januari 2019, 10:40
LATEST UPDATE
-
Adrien Rabiot dan Dilema Derby: Analisis Kebugaran, Strategi, dan Alternatif AC Milan
Liga Italia 18 November 2025, 20:08
-
Langkah dan Strategi Luciano Spalletti untuk Mengembalikan Juventus ke Jalur Kejayaan
Liga Italia 18 November 2025, 19:35
-
Tempat Menonton Timnas Indonesia U-23 vs Mali U-23 di Indosiar - Friendly Match
Tim Nasional 18 November 2025, 18:01
-
Link Live Streaming La Liga 2025/26: Barcelona vs Athletic Bilbao, Tayang di Vidio
Liga Spanyol 18 November 2025, 17:51
-
Simak Jadwal La Liga 2025/26 Pekan ke-13, Tayang Eksklusif di Vidio
Liga Spanyol 18 November 2025, 17:41
-
Man United vs Arsenal: Duo EPL Berebut Wonderkid 18 Tahun Olympiakos yang Lagi Naik Daun
Liga Inggris 18 November 2025, 17:01
-
Nonton Live Streaming Timnas Indonesia U-23 vs Mali di Indosiar Malam Ini
Tim Nasional 18 November 2025, 17:01
-
Rekam Jejak Timur Kapadze di Timnas Uzbekistan: Berapa Kemenangan yang Mampu Diraih?
Tim Nasional 18 November 2025, 16:54
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55

























KOMENTAR