Bola.net - Pertanyaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) seputar QNB League yang menggantikan titel Indonesia Super League (ISL), akhirnya mendapatkan jawaban langsung dari PT Liga Indonesia (PT LI).
CEO PT LI, Joko Driyono, memaparkan bahwa hal tersebut digunakan karena menjadi hak penuh pihak QNB sebagai sponsor utama.
Hal tersebut, diungkapkan Joko Driyono saat ditanya BOPI dalam pertemuan di Kantor Kemenpora, Rabu (8/4). Joko melanjutkan, QNB League tidak membuat ISL. Pasalnya ditegaskan Joko, ISL tetap ada karena produk PSSI.
"ISL produk dan program PSSI. ISL ada selamanya sampai diputuskan lain oleh PSSI. ISL tetap ada sebagai strata dan dalam piramida kompetisi. Dalam implementasinya, produk memiliki opportunity business, yang salah satu propertinya titel bagi event tersebut," terangnya.
"Dalam kontrak komersial itu ada right dan hak sponsor utama. QNB atau apapun sebagai titel event, bukan berarti ISL hilang. Produk itu tetap eksis. Bedakan produk dengan judul produknya," imbuhnya.
Tidak hanya itu, namun Joko Driyono juga membeberkan jika perubahan nama sudah biasa terjadi di sebuah kompetisi. Misalnya saja, dicontohkan Joko Driyono, yang terjadi dalam kompetisi di Inggris.
"Tidak pas mengatakan ISL hilang dan diganti QNB League. Kalau tidak ada sponsor utama, maka nama tetap ISL. Pernah juga Liga Kansas, Djarum dan di Inggris English Premier League merupakan produk federasi sepak bola Inggris, tapi titelnya Barclays Premier League. Kami pahami ada respon lantaran tidak ada nama Indonesia. Dalam kontrak sebetulnya QNB League by ISL," pungkasnya. (esa/dim)
CEO PT LI, Joko Driyono, memaparkan bahwa hal tersebut digunakan karena menjadi hak penuh pihak QNB sebagai sponsor utama.
Hal tersebut, diungkapkan Joko Driyono saat ditanya BOPI dalam pertemuan di Kantor Kemenpora, Rabu (8/4). Joko melanjutkan, QNB League tidak membuat ISL. Pasalnya ditegaskan Joko, ISL tetap ada karena produk PSSI.
"ISL produk dan program PSSI. ISL ada selamanya sampai diputuskan lain oleh PSSI. ISL tetap ada sebagai strata dan dalam piramida kompetisi. Dalam implementasinya, produk memiliki opportunity business, yang salah satu propertinya titel bagi event tersebut," terangnya.
"Dalam kontrak komersial itu ada right dan hak sponsor utama. QNB atau apapun sebagai titel event, bukan berarti ISL hilang. Produk itu tetap eksis. Bedakan produk dengan judul produknya," imbuhnya.
Tidak hanya itu, namun Joko Driyono juga membeberkan jika perubahan nama sudah biasa terjadi di sebuah kompetisi. Misalnya saja, dicontohkan Joko Driyono, yang terjadi dalam kompetisi di Inggris.
"Tidak pas mengatakan ISL hilang dan diganti QNB League. Kalau tidak ada sponsor utama, maka nama tetap ISL. Pernah juga Liga Kansas, Djarum dan di Inggris English Premier League merupakan produk federasi sepak bola Inggris, tapi titelnya Barclays Premier League. Kami pahami ada respon lantaran tidak ada nama Indonesia. Dalam kontrak sebetulnya QNB League by ISL," pungkasnya. (esa/dim)
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
PT LI Percepat Umumkan Kelanjutan QNB League
Bola Indonesia 9 April 2015, 23:36 -
BOPI Pastikan Ada Sanksi Dari Kemenpora Untuk PT LI dan PSSI
Bola Indonesia 9 April 2015, 07:15 -
Kembali Ditegur BOPI, PT LI Adakan Rapat Implementasi QNB League
Bola Indonesia 9 April 2015, 07:10 -
PT LI Paparkan Sebutan QNB League Kepada BOPI
Bola Indonesia 9 April 2015, 06:16 -
BOPI Bisa Jadi Bakal Bekukan PT Liga Indonesia
Bola Indonesia 6 April 2015, 15:25
LATEST UPDATE
-
Ryan Gravenberch Siap Antar Liverpool Bangkit di Stamford Bridge
Liga Inggris 4 Oktober 2025, 11:47 -
Real Madrid Disebut-sebut dalam Lagu di Album Baru Taylor Swift, Ada Apa Nih?
Bolatainment 4 Oktober 2025, 11:22 -
Gabriel Magalhaes Diragukan Tampil, Arsenal Pincang Lawan West Ham
Liga Inggris 4 Oktober 2025, 10:30
LATEST EDITORIAL
-
5 Pemain Manchester United yang Bakal Diuntungkan Jika Ruben Amorim Dipecat
Editorial 3 Oktober 2025, 15:31 -
7 Pemain yang Mampu Cetak Lebih dari 800 Gol, Ronaldo Nomor 3
Editorial 3 Oktober 2025, 15:04 -
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29
KOMENTAR