Krisis di Luar Anfield: Mengapa Liverpool-nya Arne Slot Sangar Rapuh di Laga Tandang?

Krisis di Luar Anfield: Mengapa Liverpool-nya Arne Slot Sangar Rapuh di Laga Tandang?
Ekspresi kekecewaan pemain Liverpool, Ryan Gravenberch usai dikalahkan Manchester City 0-3, Minggu 9 November 2025. (c) AP Photo/Jon Super

Bola.net - Hujan deras di Manchester seakan mencerminkan suasana hati Liverpool. Segala optimisme yang muncul usai kemenangan beruntun atas Aston Villa dan Real Madrid lenyap begitu saja di Etihad.

Tim asuhan Arne Slot tak hanya kalah, tetapi juga kalah kelas dalam segala aspek permainan saat menghadapi Manchester City.

Kekalahan itu menjadi yang terburuk sepanjang era Slot di Premier League, sekaligus menandai kali pertama mereka gagal mencetak gol dalam hampir 14 bulan.

Dalam bayang-bayang kekalahan telak ini, Slot menghadapi kenyataan pahit bahwa tim juara bertahan kini terdampar di papan tengah klasemen.

Slot tak menutup mata terhadap kenyataan tersebut. “Hal terakhir yang seharusnya saya pikirkan sekarang adalah perebutan gelar,” ujarnya. “Kenyataannya, kami berada di posisi kedelapan.”

Pernyataan itu menggambarkan perubahan nasib yang begitu cepat. Hanya sepekan sebelumnya, Liverpool terlihat solid melawan Madrid, kini mereka tampil tanpa arah di Etihad.

Lima kekalahan dari sebelas laga pembuka Premier League menjadi sinyal bahaya. Satu-satunya juara bertahan yang lebih buruk di tahap ini adalah Chelsea pada musim 2015/2016.

1 dari 3 halaman

Pertahanan Rapuh, Masalah Utama yang Tak Kunjung Terselesaikan

Duel udara Virgil van Dijk dengan Erling Haaland di laga Man City v Liverpool, Minggu (09/11/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Duel udara Virgil van Dijk dengan Erling Haaland di laga Man City v Liverpool, Minggu (09/11/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Pertahanan menjadi titik paling rawan dalam struktur Liverpool saat ini. Dalam 11 pertandingan, mereka sudah kebobolan 17 gol — lebih buruk daripada tim papan bawah seperti Fulham.

Bandingkan dengan musim lalu, saat pada periode yang sama mereka hanya kebobolan enam gol. Angka itu menjelaskan segalanya: stabilitas yang dulu menjadi identitas Liverpool kini menghilang.

Performa tandang semakin memperburuk keadaan. Empat laga beruntun di luar Anfield, melawan Crystal Palace, Chelsea, Brentford, dan Manchester City, semuanya berakhir tanpa satu pun poin. Itu menjadi catatan terburuk sejak era Kenny Dalglish pada 2012.

Kesalahan individu juga berulang. Ibrahima Konate menjadi sorotan setelah pelanggarannya berujung penalti untuk City, meski berhasil ditepis Giorgi Mamardashvili.

Namun peringatan itu tak digubris. Beberapa menit kemudian, Konate kembali gagal membaca arah bola silang dari Matheus Nunes yang berujung gol Erling Haaland.

Ketidakpastian masa depan Konate disebut ikut memengaruhi performanya. Dengan kontrak yang bisa dinegosiasikan klub lain dalam 52 hari, bek asal Prancis itu belum menunjukkan alasan kuat bagi klub untuk memperpanjang masa baktinya.

2 dari 3 halaman

Krisis Identitas di Lini Depan: Salah Mandul, Ekitike Terisolasi

Skuad Liverpool merayakan kesuksesan Giorgi Mamardashvili menepis penalti striker Man City, Haaland, Minggu (9/11/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Skuad Liverpool merayakan kesuksesan Giorgi Mamardashvili menepis penalti striker Man City, Haaland, Minggu (9/11/2025). (c) AP Photo/Jon Super

Masalah Liverpool tak berhenti di pertahanan. Lini depan mereka tampak kehilangan taring. Hugo Ekitike hanya mencatat 11 sentuhan sebelum diganti di babak kedua.

Cody Gakpo yang masuk sebagai pengganti pun gagal memanfaatkan peluang emas, sementara Jeremy Doku memastikan kemenangan City dengan gol ketiga yang memalukan Konate.

Mohamed Salah, yang biasanya menjadi tumpuan, kali ini benar-benar tenggelam. Untuk pertama kalinya sejak 2020, ia gagal mencetak gol atau assist melawan City dalam 10 penampilan liga beruntun.

Dominik Szoboszlai hanya mampu menciptakan satu tembakan tepat sasaran, dan keputusan Slot menunda masuknya Federico Chiesa hingga menit akhir memancing tanda tanya.

Keputusan taktis Slot pun dipertanyakan. Bermain dengan Florian Wirtz sebagai false nine setelah Ekitike ditarik keluar terbukti tak efektif.
Liverpool butuh kecepatan dan kreativitas di lini depan, namun justru kehilangan keduanya di momen krusial.

Jika tren ini terus berlanjut, target minimal untuk finis empat besar bisa terancam.
Krisis di sektor ofensif ini mempertegas betapa besar pekerjaan rumah yang menanti Slot di sisa musim.

3 dari 3 halaman

Bangun Mental dan Performa Tandang

Kemenangan atas Villa dan Madrid terbukti hanyalah jeda singkat dalam periode sulit. Liverpool masih tampak seperti tim yang belum padu secara mental maupun taktik.

Banyak yang menilai tim ini lebih berpeluang bersinar di Liga Champions ketimbang bersaing di Premier League. Secara posisi, mereka memang masih di jalur lolos ke babak 16 besar Eropa, tapi itu belum cukup untuk menutupi kekacauan domestik.

Performa tandang, terutama, menjadi masalah utama yang harus segera diselesaikan.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL