5 Sorotan dari Laga Debut Cristian Chivu bersama Inter Milan: Era Baru Dimulai, Formasi 3 Bek Tinggal Kenangan?

Bola.net - Cristian Chivu resmi memulai babak baru dalam karier kepelatihannya bersama Inter Milan. Pelatih asal Rumania tersebut menjalani debutnya sebagai arsitek Nerazzurri dalam laga Piala Dunia Antarklub 2025 melawan Monterrey, yang digelar di Stadion Rose Bowl, California, Rabu (18/6/2025) waktu setempat.
Laga ini berakhir imbang 1-1. Inter sempat tertinggal lebih dulu melalui gol Sergio Ramos pada menit ke-25, sebelum Lautaro Martinez membalas pada menit ke-42. Meski gagal meraih kemenangan, laga ini menjadi potret awal dari wajah baru Inter Milan di bawah kepemimpinan Chivu.
Setelah sekian lama berada di bawah asuhan Simone Inzaghi, Inter kini memasuki masa transisi. Chivu, yang dikenal sebagai mantan bek tangguh dan sukses membina skuad muda Inter serta pernah menangani Parma, dipercaya memimpin tim utama menggantikan pendahulunya.
Pertandingan melawan Monterrey menjadi kesempatan pertama untuk melihat arah baru yang hendak dibawa Chivu. Performa Inter memang belum maksimal, dan tampaknya Chivu pun masih menyimpan banyak idenya. Berikut lima catatan penting dari pertandingan debut Chivu bersama Inter:
1. Kebugaran Pemain Jadi Kendala Awal

Kondisi fisik para pemain terlihat belum ideal. Hal ini diakui langsung oleh Chivu dalam sesi konferensi pers usai pertandingan.
“Mereka hampir tidak berlatih bersama kami, dan mereka langsung siap," katanya dikutip dari Sky Sports Italia.
"Mereka mencoba melakukan yang terbaik hari ini. Saya melihat beberapa hal yang bagus, tetapi jelas, itu tidak mudah ketika kondisinya tidak dalam kondisi terbaik," ujar Chivu.
Minimnya waktu persiapan membuat performa tim belum stabil, khususnya dalam hal ritme permainan dan ketahanan fisik. Ini menjadi tantangan awal yang harus segera diatasi Chivu, mengingat padatnya jadwal pramusim dan kompetisi resmi yang menanti.
2. Eksperimen Sistem Penandaan Zona

Salah satu perubahan mencolok dari era Inzaghi adalah pendekatan Chivu dalam mengantisipasi situasi bola mati. Ia menerapkan sistem pertahanan dengan penandaan zona. Namun, Sergio Ramos mendapat perlakuan khusus dengan penjagaan individu.
Sayangnya, sistem ini belum berjalan sempurna. Gol pembuka Monterrey berasal dari situasi bola mati, memperlihatkan bahwa lini belakang Inter masih belum sepenuhnya memahami sistem baru tersebut.
Selain itu, pressing tinggi yang coba diterapkan di babak kedua justru membuat pertahanan Inter lebih mudah terekspos oleh serangan balik lawan.
3. Keterbatasan Opsi di Lini Serang

Inter menurunkan duet Lautaro Martinez dan Sebastiano Esposito sebagai starter di lini depan. Namun, performa Esposito belum memuaskan dan ia harus digantikan oleh Marcus Thuram di paruh kedua.
Kepergian Joaquin Correa dan Marko Arnautovic menyisakan kekosongan yang signifikan di sektor penyerangan.
Pertandingan melawan Monterrey memperkuat fakta bahwa Inter membutuhkan tambahan pemain depan. Jika ingin bersaing di berbagai ajang musim ini, mendatangkan penyerang baru menjadi prioritas yang tidak bisa ditunda.
4. Adaptasi Pemain Baru Masih Berjalan

Penampilan debut Luis Henrique terbilang cukup menjanjikan. Ia menunjukkan kemampuan dalam duel satu lawan satu serta keberanian dalam mengambil keputusan. Namun, konsistensi penampilannya masih butuh waktu untuk berkembang.
Sementara itu, Petar Sucic yang dimainkan di babak kedua belum menunjukkan performa terbaiknya. Ia terlihat belum nyaman bermain dalam skema tiga gelandang yang diterapkan Chivu, yang berbeda dari sistem dua gelandang yang biasa ia mainkan sebelumnya.
5. Taktik Fleksibel, Ciri Baru Inter Era Chivu

Chivu menunjukkan keberanian dalam melakukan perubahan taktik selama pertandingan. Inter memulai laga dengan formasi tiga bek, namun beralih ke sistem empat bek dalam 30 menit terakhir.
Henrikh Mkhitaryan sempat berperan sebagai gelandang serang, mendukung duet Lautaro dan Thuram. Kemudian, Lautaro ditarik lebih dalam untuk membentuk trisula dengan Nicola Zalewski di belakang penyerang tunggal.
Fleksibilitas ini memperlihatkan pendekatan eksperimental dari Chivu. Meskipun implementasinya belum berjalan sempurna, potensi dari pendekatan ini patut dinantikan dalam laga-laga selanjutnya.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Mengejutkan! CEO Al Hilal Bongkar Fakta Soal Kepergian Inzaghi dari Inter
Liga Italia 18 Juni 2025, 16:18
LATEST UPDATE
-
Evaluasi Timnas Indonesia U-22 jelang SEA Games 2025: Progres Terlihat, PR Masih Ada
Tim Nasional 19 November 2025, 04:25
-
Imbang 2-2 Lawan Mali, Ini 3 Pemain Timnas Indonesia U-22 yang Layak Dapat Apresiasi
Tim Nasional 19 November 2025, 04:00
-
Kabar Buruk untuk Arsenal, Pemulihan Kai Havertz Alami Kemunduran
Liga Inggris 19 November 2025, 02:20
-
Arsenal Buka Peluang Lepas 4 Pemain di Bursa Transfer Januari, Siapa Saja?
Liga Inggris 19 November 2025, 00:56
-
Manchester United Bisa Jual Marcus Rashford dan Kobbie Mainoo untuk Patuhi PSR
Liga Inggris 19 November 2025, 00:30
-
3 Opsi Pengganti Mohamed Salah di Liverpool, Termasuk Pemain dari Klub Rival
Liga Inggris 19 November 2025, 00:00
-
Lupakan Ronaldo, Bruno Fernandes Buktikan Jadi Pemain Paling Penting di Timnas Portugal
Piala Dunia 18 November 2025, 23:41
-
Analisis Calon Pengganti Robert Lewandowski: Menimbang 4 Kandidat Ideal untuk Barcelona
Liga Spanyol 18 November 2025, 23:22
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain yang Bisa Didatangkan Liverpool di Januari untuk Selamatkan Musim
Editorial 19 November 2025, 01:56
-
3 Bintang Manchester United yang Bisa Ditukar dengan Antoine Semenyo
Editorial 19 November 2025, 01:37
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55


















KOMENTAR