
Bola.net - Cabang olahraga Petanque kembali mencuri perhatian di ajang SEA Games 2025. Permainan melempar bola besi ini terlihat santai namun menegangkan.
Meski sekilas tampak sederhana, Petanque membutuhkan tingkat fokus dan akurasi tinggi. Atlet harus melempar bola sedekat mungkin ke target.
Olahraga ini sejatinya memiliki sejarah panjang dari negeri Prancis. Di Indonesia, Petanque kini bertransformasi menjadi salah satu lumbung medali andalan.
Lantas, bagaimana sebenarnya asal-usul dan cara main olahraga petanque ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Filosofi Petanque, 'Kaki Rapat' di Tanah
Nama Petanque ternyata diambil dari istilah Les Ped Tanco. Dalam dialek Provencal, kata ini memiliki arti "kaki rapat".
Filosofi ini menjadi teknik paling dasar dalam permainannya. Kaki pemain harus menapak rapat di tanah saat melempar bola.
Pemain dilarang keras mengangkat kaki mereka sebelum bola mendarat. Aturan ini menuntut keseimbangan tubuh yang sempurna dari sang atlet.
Versi modern permainan ini diperkenalkan oleh Jules Boule Lenoir. Ia mempopulerkannya pada tahun 1907 di kota La Ciotat, Prancis Selatan.
Asal Usul Petanque
Jauh sebelum populer di Prancis, akar permainan ini sudah ada sejak zaman kuno. Bangsa Yunani Kuno memainkannya sejak abad ke-6 Sebelum Masehi.
Kala itu, mereka menggunakan koin atau batu datar sebagai alat main. Bangsa Romawi lantas memodifikasinya dengan menambahkan target bola kayu.
Sempat dilarang oleh Raja Inggris dan Prancis di abad pertengahan, olahraga ini bertahan. Kini, Petanque telah memiliki induk organisasi dunia bernama FIPJP.
Induk organisasi ini berdiri di Marseille pada tahun 1958. Sejak saat itu, aturan baku Petanque mulai berlaku secara universal.
Sejarah Petanque Masuk Indonesia
Sejarah masuknya Petanque ke Indonesia terbilang cukup unik. Olahraga ini awalnya dibawa oleh para ekspatriat Prancis.
Mereka membangun fasilitas lapangan di hotel-hotel yang dikelola orang Prancis. Hotel Novotel di Lombok dan Kuta menjadi salah satu saksi awalnya.
Selain hotel, konsulat Prancis di Yogyakarta juga turut mempopulerkannya. Awalnya, permainan ini hanya terbatas di kalangan ekspatriat saja.
Salah satu tokoh pentingnya adalah Eddie Lim asal Singapura. Ia belajar Petanque di Ancol pada tahun 1990-an sebelum membawanya ke negaranya.
Bosi, Boka, dan SEA Games
Momentum besar Petanque di Indonesia terjadi jelang SEA Games 2011. Saat itu, Indonesia menjadi tuan rumah di Jakarta dan Palembang.
Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bergerak cepat mencari bibit atlet. Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI) akhirnya resmi dibentuk.
Istilah lokal pun diciptakan agar olahraga ini mudah diterima lidah orang Indonesia. Ada istilah "Bosi" untuk Bola Besi dan "Boka" untuk Bola Kayu.
Kini, Petanque sudah menyebar luas ke berbagai kampus di Indonesia. Dari sekadar hobi di hotel, ia menjelma menjadi cabang olahraga prestasi yang membanggakan.
Bedah Peralatan Petanque: Tak Sekadar Lempar Batu
Bermain Petanque tidak membutuhkan peralatan yang rumit, namun semuanya harus sesuai standar. Lapangan permainannya berukuran lebar 4 meter dan panjang 15 meter.
Permukaannya pun cukup fleksibel bisa dimainkan di mana saja. Mulai dari rumput, kerikil (batu split), tanah liat, hingga permukaan buatan asalkan rata.
Senjata utama atlet tentu saja adalah bola besi atau sering disebut Boules. Satu set permainan terdiri dari tiga bola besi dengan berat 650 hingga 800 gram.
Diameter bola ini berkisar antara 70,5 hingga 80,0 mm. Khusus untuk kompetisi resmi, setiap bola wajib memiliki nomor seri unik sebagai pembeda.
Si Kecil 'Jake' dan Lingkaran Keramat
Selain bola besi, ada satu bola kecil yang menjadi sasaran utama bernama Jake. Bola ini terbuat dari kayu atau plastik padat dengan diameter mungil 30 mm.
Warna Jake biasanya dibuat mencolok agar mudah dilihat dari kejauhan. Inilah target yang harus didekati oleh para pelempar.
Pemain melempar bola dari dalam sebuah lingkaran yang disebut Circle. Alat ini berdiameter 50 cm dan bisa terbuat dari plastik maupun rotan.
Fungsinya sebagai batas pijakan kaki pemain saat melakukan eksekusi. Ingat, kaki tidak boleh keluar atau terangkat dari lingkaran ini.
Terakhir, ada alat pengukur atau meteran yang menjadi "hakim" di lapangan. Alat ini digunakan untuk mengukur jarak bola ke Jake jika terlihat sama dekatnya.
Meteran ini sangat krusial untuk menyelesaikan perdebatan poin yang sengit. Ketelitian milimeter bisa menentukan siapa pemenang sesungguhnya.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Jabar Siap Prakarsai Berdirinya Petanque se-Indonesia
Olahraga Lain-Lain 8 Januari 2013, 07:15
LATEST UPDATE
-
Cerita di Balik Emas Ke-6 Indonesia di SEA Games 2025 dari Rendy Varera Sanjaya
Olahraga Lain-Lain 11 Desember 2025, 15:06
-
Update Perolehan Medali SEA Games 2025, Kamis 11 Desember Pukul 14.50 WIB
Olahraga Lain-Lain 11 Desember 2025, 14:58
-
PSIM Siap Gelar Laga Home BRI Super League Malam Hari
Bola Indonesia 11 Desember 2025, 14:31
-
Kesuksesan Ganda Gabriel Martinelli Usai Laga Club Brugge vs Arsenal di Liga Champions
Liga Champions 11 Desember 2025, 13:42
-
Efek Absennya Kylian Mbappe: Dorongan Psikologis untuk Manchester City
Liga Champions 11 Desember 2025, 13:41
LATEST EDITORIAL
-
5 Kandidat Pengganti Xabi Alonso di Real Madrid, Zidane Kembali ke Bernabeu?
Editorial 9 Desember 2025, 10:48
-
5 Calon Pengganti Mohamed Salah di Liverpool jika Sang Bintang Benar-benar Pergi
Editorial 9 Desember 2025, 10:19
-
Dari Salah hingga Neymar, 8 Pemain Top yang Anjlok Drastis di Musim 2025/2026
Editorial 5 Desember 2025, 14:58
-
Jika Arne Slot Lengser, Ini 11 Pelatih Nganggur yang Cocok untuk Liverpool
Editorial 5 Desember 2025, 14:49
-
5 Pemain yang Memberikan Dampak Tak Terduga di Serie A Musim Ini
Editorial 4 Desember 2025, 13:02


















KOMENTAR