
Bola.net - Tak pelak lagi bahwa Gigi Dall'Igna merupakan salah satu insinyur terbaik di MotoGP saat ini. Tak hanya sukses membantu Ducati bangkit dari keterpurukan dan paceklik kemenangan, ia juga menghadirkan begitu banyak inovasi baru pada motornya, yang kini justru kerap ditiru oleh pabrikan-pabrikan lain.
Dall'Igna tadinya orang kepercayaan Piaggio Group, dijadikan Direktur Teknis Derbi dan kemudian Aprilia. Selama di Aprilia, ia merebut gelar dunia GP125 2006 bersama Alvaro Bautista, GP250 2006 dan 2007 dengan Jorge Lorenzo, WorldSBK 2010 dan 2012 bersama Max Biaggi, serta masih banyak gelar dunia lainnya.
Namun, pada akhir 2013, Dall'Igna secara menghebohkan meninggalkan Aprilia Racing demi menuju Ducati Corse. Ia menjabat sebagai General Manager, menggantikan Bernhard Gobmeier. Sejak itu lah Ducati kembali ke papan atas, sampai akhirnya mengakhiri enam tahun puasa kemenangan lewat Andrea Iannone di Austria 2016.
Meski belum berhasil membantu Ducati merebut gelar dunia pembalap pertama sejak 2007 lewat Casey Stoner, Dall'Igna telah panen sukses di MotoGP. Di bawah bimbingannya, Ducati meraih gelar dunia konstruktor pada 2020 dan 2021, serta empat kali jadi runner up di klasemen pembalap lewat Andrea Dovizioso dan Pecco Bagnaia.
Senang Bisa Sukses dengan Banyak Rider Berbeda

Berkat kepemimpinan Dall'Igna pula, Ducati kini tak hanya cocok untuk satu rider. Seluruh pembalapnya punya kans besar naik podium, bahkan tujuh di antaranya mampu menang. Tak hanya itu, Dall'Igna juga sosok yang memperkenalkan winglet, wing fairing, holeshot device, dan rear ride-height device, yang kini justru ditiru para rival.
Disebut-sebut sebagai jenius, Dall'Igna pun telah mengubah dinamika kompetisi MotoGP dan menggores sejarah baru dalam kejuaraan tersebut. Namun, pria berusia 55 tahun ini tak mau dielu-elukan. Baginya, melihat seluruh Ducati tampil kompetitif sudah menjadi prestasi yang cukup membanggakan.
"Saya tak tertarik dikenang jadi orang penting dalam sejarah. Tapi salah satu hal yang bikin saya bangga adalah bisa meraih hasil baik dengan orang-orang berbeda. Saya melakukannya di suatu pabrikan (Aprilia), kemudian di pabrikan lain (Ducati), yang kebetulan juga rival sengit," ujarnya kepada Tuttosport seperti yang dikutip MowMag, Jumat (17/12/2021).
Bagai Pelatih Sepak Bola yang Sukses di Banyak Tim

Menurut Dall'Igna, kesuksesan yang ia raih di Derbi, Aprilia, dan Ducati bersama rider yang berbeda-beda bagaikan seorang pelatih sepak bola yang sukses dengan banyak klub berbeda. Namun, pria Italia ini mengakui bahwa tahun-tahun pertamanya di Ducati tidaklah mudah, karena ia datang dari pabrikan kompetitor.
Menurut pengakuannya, para insinyur dan teknisi Ducati agak sulit beradaptasi dengan cara kerja dan gagasan yang ia miliki. Namun, Dall'Igna tak menyerah, dan terbukti kini tangan dinginnya membuat Ducati kembali diperhitungkan. Ia meyakini, ketelatenan dalam memimpin sebuah departemen balap memang sangat penting dalam menghadapi kompetisi seketat MotoGP.
"Saya bagaikan manajer tim sepak bola yang mampu menang dengan tim-tim berbeda. Uniknya, ketika saya bergabung dengan Ducati, saya mungkin lebih dipandang sebagai seorang musuh ketimbang seorang pimpinan. Tapi ini berarti saya bisa mengatur orang-orang dan perusahaan dengan baik. Hal ini sangat fundamental di MotoGP pada masa sekarang," pungkasnya.
Sumber: Tuttosport, MowMag
Baca Juga:
- Nyaman di Ducati, Jorge Martin Lebih Cocok Kerja dengan Gaya Italia Ketimbang Jepang
- Ducati Turun di MotoE, Gigi Dall'Igna: Moto3 Sejatinya Lebih Penting
- Fabio Quartararo Minta Yamaha Naikkan Gaji Jadi 20 Juta Euro di MotoGP 2023?
- Ducati Resmi Pamerkan Motor MotoE, Sudah Dijajal di Misano
- Mengenal Red Bull KTM Ajo, Skuad Bertangan Dingin Pengorbit Nama-Nama Besar di MotoGP
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Darryn Binder: Brad Selalu Ada untuk Saya, Bantu Adaptasi di MotoGP
Otomotif 21 Desember 2021, 16:00
-
Galeri Foto dan Fakta Unik Seputar Motor Elektrik Anyar Ducati untuk MotoE 2023
Open Play 21 Desember 2021, 14:45
-
Datang dari Aprilia, Gigi Dall'Igna Akui Sempat Dijuteki Orang-Orang Ducati
Otomotif 21 Desember 2021, 13:45
-
Nyaman di Ducati, Jorge Martin Lebih Cocok Kerja dengan Gaya Italia Ketimbang Jepang
Otomotif 21 Desember 2021, 12:35
-
Ducati Turun di MotoE, Gigi Dall'Igna: Moto3 Sejatinya Lebih Penting
Otomotif 21 Desember 2021, 11:52
LATEST UPDATE
-
BRI Super League: Persib Bandung Kehilangan Adam Alis karena Cedera Kaki
Bola Indonesia 18 November 2025, 04:37
-
Derby della Madonnina: Mentalitas dan Kualitas Modric, Faktor Pembeda bagi AC Milan
Liga Italia 18 November 2025, 00:02
-
Juventus cuma Punya 1 Gelandang Top: Analisis, Masalah Struktural, Agenda Transfer
Liga Italia 17 November 2025, 23:14
-
Juventus Butuh Regista: Tuntutan Spalletti yang Tak Bisa Ditawar
Liga Italia 17 November 2025, 23:03
-
Mesin Gol Belum Berkarat: Lewandowski Bukan Cadangan, Barcelona Masih Membutuhkannya!
Liga Spanyol 17 November 2025, 22:46
-
Real Madrid Siap Ambil Risiko? Xabi Alonso Pertimbangkan Transfer Striker West Ham
Liga Spanyol 17 November 2025, 21:07
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55
























KOMENTAR