
Bola.net - Gianluigi Donnarumma akhirnya bisa tersenyum lebar saat menghadapi Inter Milan, tim yang dulu sering memberinya luka mendalam. Bersama Paris Saint-Germain (PSG), dia sukses menaklukkan Nerazzurri di final Liga Champions 2025. Kemenangan ini bukan sekadar gelar, tapi juga penebusan emosional atas masa lalu yang pahit.
PSG meraih trofi Liga Champions pertamanya, sebuah pencapaian bersejarah bagi klub ibu kota Prancis. Di Allianz Arena, Munich, Les Parisiens tampil luar biasa dan menang telak 5-0 atas Inter Milan. Lima gol mereka dicetak oleh Achraf Hakimi, Desire Doue (dua gol), Khvicha Kvaratskhelia, dan Senny Mayulu.
Bagi Donnarumma, malam itu lebih dari sekadar final. Itu adalah panggung balas dendam yang dibungkus elegansi. Semua rasa sakit yang pernah dia alami seperti larut dalam euforia kemenangan yang akhirnya datang juga.
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
Derby Milan yang Tak Pernah Bersahabat
Sebelum merantau ke Paris, Donnarumma adalah wajah yang sangat dikenali di kota Milan. Dia sempat jadi andalan AC Milan, klub yang menjadi rival abadi Inter. Namun, dari 11 kali bermain di Derby della Madonnina, hanya dua kemenangan yang bisa dia rasakan.
Sisanya adalah mimpi buruk yang membekas. Enam kekalahan dan tiga hasil imbang mencoreng catatan kariernya. Gawangnya dijebol 21 kali oleh Inter, sementara hanya dua kali dia bisa pulang tanpa kebobolan. Angka-angka itu jadi bayang-bayang yang tak mudah dilupakan.
Salah satu luka terdalam datang pada Februari 2021. AC Milan kalah 0-3 dari Inter di San Siro. Dua gol Lautaro Martinez membuat Donnarumma terpaku di bawah mistar, menatap papan skor dengan tatapan kosong yang tak bisa disembunyikan.
Final Munich: Momen yang Sangat Personal
Final Liga Champions 2025 bukan hanya tentang trofi bagi Donnarumma. Dia datang ke Munich dengan tekad untuk menulis ulang takdir yang dulu tak berpihak. Ini bukan sekadar pertandingan besar, tapi pertarungan batin yang menuntut jawaban tuntas.
Ketika peluit panjang berbunyi, dia tak hanya menjadi saksi sejarah untuk PSG. Donnarumma juga menutup satu bab kelam dalam hidupnya, membuka halaman baru sebagai sosok yang telah berdamai dengan masa lalu. Malam itu, dia tidak hanya menang—dia bangkit sebagai pemenang sejati.
“Kami nyaris tersingkir beberapa kali sepanjang musim ini, tapi akhirnya kami bisa terus melaju dan menyelesaikan musim yang luar biasa,” ujarnya kepada Sky Sport. Kutipan itu menggambarkan betapa panjang dan berliku jalan yang harus dia tempuh hingga berdiri sebagai juara.
Luis Enrique, Arsitek Kepercayaan Diri
Di balik kegemilangan PSG, ada peran besar sang pelatih, Luis Enrique. Donnarumma tahu betul bahwa pria asal Spanyol itu bukan cuma perancang taktik, tapi juga penyelaras suasana ruang ganti. Enrique membangun ruang yang membuat para pemain merasa bebas dan percaya diri.
“Pelatih kami memberi kami kebebasan dan membuat kami tetap tenang. Inilah filosofinya. Dia mempersiapkan final ini dengan cara terbaik, dan kita semua bisa melihat hasilnya,” kata Donnarumma. Ucapan itu menegaskan peran penting pelatih dalam membangun mentalitas juara.
PSG meraih kemenangan bukan hanya karena kualitas individu. Mereka juara karena kolektivitas dan ketenangan yang mereka bawa hingga menit terakhir. Donnarumma menjadi simbol semua itu: dari luka menuju ketenangan, dari trauma menjadi euforia.
Donnarumma: Cerita Pahit yang Berakhir dengan Senyuman
Kisah Gianluigi Donnarumma bukan hanya tentang sepak bola, tapi juga tentang pengampunan dan pembuktian diri. Dia berdiri di Munich bukan sebagai mantan kiper AC Milan yang disakiti Inter, melainkan sebagai penjaga gawang PSG yang membawa harapan dan kemenangan.
Dari Derby della Madonnina yang penuh luka hingga final Liga Champions yang penuh sorak sorai, Donnarumma menempuh perjalanan yang tak mudah. Namun, dia tak pernah berhenti percaya, tak pernah berhenti berjuang.
Kini, cerita itu berakhir dengan senyuman. Donnarumma menatap masa depan, bukan lagi dengan bayang-bayang, melainkan dengan keyakinan bahwa segala luka, pada waktunya, bisa sembuh dengan kemenangan.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Istanbul dan Munich: Dua Kota, Satu Luka Nerazzurri
Liga Champions 1 Juni 2025, 17:51
-
Donnarumma dan Malam Balas Dendam yang Manis di Allianz Arena
Liga Champions 1 Juni 2025, 17:00
-
Achraf Hakimi dan Perjalanan 4 Tahun yang Penuh Ambisi
Liga Champions 1 Juni 2025, 15:57
LATEST UPDATE
-
Diskon Tiket Pesawat untuk Natal dan Tahun Baru, Penerbangan Dimulai 22 Desember 2025
News 17 November 2025, 14:35
-
Nestapa Pecco Bagnaia, Akui 2025 Musim Terburuknya di MotoGP: Tapi Saya Nggak Boleh Marah!
Otomotif 17 November 2025, 14:31
-
Italia Dibantai Norwegia di San Siro, Ini Pengakuan Pahit Locatelli
Piala Dunia 17 November 2025, 13:23
-
Gacor di Timnas Inggris, Harry Kane Lampaui Rekor Gol Pele
Piala Dunia 17 November 2025, 12:26
-
Apakah Portugal Lebih Baik Tanpa Cristiano Ronaldo? Ini Jawaban Roberto Martinez
Piala Dunia 17 November 2025, 12:12
-
Jadwal Live Streaming Formula 1 Las Vegas 2025 di Vidio, 21-23 November 2025
Otomotif 17 November 2025, 11:47
-
Link Live Streaming Formula 1 2025, Jangan Lupa Dukung Pembalap Jagoanmu!
Otomotif 17 November 2025, 11:47
-
Otomotif 17 November 2025, 11:47

-
Akhirnya! Lisandro Martinez Bakal Comeback di MU Pekan Ini?
Liga Inggris 17 November 2025, 11:44
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55

























KOMENTAR