
Bola.net - Josep Guardiola selalu tampil sebagai sosok yang sulit diprediksi dalam dunia sepak bola. Selama dua dekade berkarier sebagai pelatih, ia telah membangun reputasi sebagai arsitek sepak bola modern yang penuh dengan paradoks.
Filosofi sepak bolanya memang sudah dibedah habis melalui berbagai buku dan analisis mendalam. Meski demikian, Guardiola tetap mampu menjaga misteri dan selalu membuat langkah yang tak terduga.
Keputusannya mendatangkan Erling Haaland sempat menuai keraguan dari berbagai pihak. Namun striker asal Norwegia itu justru berhasil menghancurkan berbagai rekor di Premier League.
Kini giliran Gianluigi Donnarumma yang masuk dalam proyek besar Guardiola di Manchester City. Langkah ini kembali memunculkan pertanyaan besar tentang arah evolusi tim dan perubahan wajah Citizens.
Guardiola dan Filosofi yang Tak Terduga
Guardiola memang bukan tipe pelatih yang mudah ditebak gerak-geriknya. Ia bahkan menolak istilah "Tiki-Taka" yang sudah melekat padanya sejak era gemilang di Barcelona, meski gaya tersebut identik dengan dominasinya.
Keputusan-keputusannya sering kali bertolak belakang dengan ekspektasi umum publik. Pernah membangun tim yang dipenuhi gelandang, namun justru meraih treble dengan formasi empat bek tengah.
Ia juga pernah bermain tanpa striker klasik dalam waktu lama. Kemudian tiba-tiba menghadirkan Haaland yang merupakan predator murni di area penalti.
Paradoks inilah yang membuat Guardiola selalu relevan dalam perkembangan sepak bola modern. Ia tak pernah terjebak dalam satu pola permainan dan seolah ingin menunjukkan bahwa sepak bola adalah ruang tanpa batas untuk melakukan inovasi.
Haaland: Paradoks yang Membuahkan Hasil Gemilang
Ketika Manchester City merekrut Haaland, banyak kalangan yang menunjukkan sikap skeptis. Striker Norwegia tersebut dianggap tidak sesuai dengan gaya Guardiola yang menuntut penyerang ikut serta dalam membangun permainan.
Analisis detail mengenai kelemahan Haaland sempat mendominasi perdebatan publik. Mulai dari sentuhan bola hingga keterlibatannya dalam build-up play menjadi sorotan utama.
Namun City justru melihat aspek yang lebih penting dari semua kritik tersebut. Insting mencetak gol yang luar biasa dari Haaland menjadi faktor utama yang diperhitungkan.
Hasilnya sangat mencengangkan karena Haaland menjadi pemain tercepat yang mencapai 50 gol di Premier League. Ia juga langsung meraih Sepatu Emas pada musim debutnya, membuktikan ketajaman insting Guardiola lebih akurat daripada kalkulasi para kritikus.
Donnarumma: Haaland dalam Versi Penjaga Gawang
Donnarumma kini hadir dengan label yang hampir serupa dengan Haaland sebelumnya. Ia merupakan pemain dengan kekurangan yang terlalu dibesar-besarkan oleh berbagai pihak.
Kritik soal kemampuan distribusi bola dengan kakinya kerap menjadi sorotan utama. Padahal faktanya, ia adalah salah satu shot stopper terbaik di dunia saat ini.
Perjalanan karier Donnarumma sejak remaja sudah menunjukkan hal yang luar biasa. Debut di AC Milan pada usia 16 tahun, menjadi juara Euro 2020 bersama Italia, hingga meraih trofi Yashin sebagai kiper terbaik dunia.
Meski begitu, pencapaian-pencapaiannya sering dibayangi kontroversi kontrak dan ekspektasi tinggi dari publik. Guardiola tampaknya melihat hal yang sama seperti saat menilai Haaland, bahwa talenta utama Donnarumma dalam menyelamatkan gawang jauh lebih penting daripada narasi tentang kelemahannya.
Ekspektasi dan Perubahan Baru di Etihad
Manchester City selama ini memang identik dengan kiper yang mahir membangun serangan dari lini belakang. Mulai dari Claudio Bravo hingga Ederson, peran "outfielder in gloves" telah menjadi standar baru.
Namun melihat tren dua juara Liga Champions terakhir sangat menarik untuk dicermati. Real Madrid dengan Thibaut Courtois dan Chelsea dengan Kepa menunjukkan pentingnya shot stopper berkualitas tinggi.
Guardiola tampaknya menyadari bahwa shot stopper superhuman masih memiliki peran yang tak tergantikan. Dengan kehadiran Donnarumma, City mungkin akan sedikit kehilangan kendali dalam penguasaan bola.
Namun justru hal tersebut bisa membuat tim lebih siap menghadapi transisi cepat lawan. Sebuah evolusi yang berpotensi membuat City lebih berbahaya dalam berbagai skenario pertandingan yang berbeda.
Jangan sampai ketinggalan infonya
- Bryan Mbeumo Jadi Pemain Tercepat Kedua di Premier League Musim Ini, Siapa Nomor Satu?
- Jika MU Tumbang dari City dan Chelsea, Apakah Ruben Amorim Tetap Aman?
- Rasmus Hojlund Punya Klausul Spesial, Manchester United Bisa Untung Besar
- Senne Lammens Diprediksi Bakal Langsung Dapat Cobaan Berat di Man United
- Tertipu! Eks Chelsea Ini Mengira Onana Bakal Seperti Schmeichel di Man United
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Bukan Hanya PSG, Ini Klub-Klub yang Dulu Ikut Perburuan Mbappe
Liga Spanyol 8 September 2025, 08:29 -
Kisah 20 Tahun Presnel Kimpembe di PSG Resmi Berakhir
Liga Eropa Lain 7 September 2025, 22:22 -
Luis Enrique Alami Kecelakaan Saat Bersepeda, Harus Jalani Operasi
Liga Eropa Lain 6 September 2025, 09:01
LATEST UPDATE
-
Dua Gol Haaland Tak Cukup Selamatkan Man City, Pertanda Belum Bisa Bangkit?
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 06:59 -
Kevin De Bruyne Bungkam Kritik dengan 7 Sentuhan Ajaib di Liga Champions
Liga Champions 3 Oktober 2025, 06:49 -
Kylian Mbappe: Pemain dengan Kaki Api, Bebas Bergerak, dan Sangat Berbahaya!
Piala Dunia 3 Oktober 2025, 05:51 -
Alisson Becker Cedera Parah, Liverpool Kehilangan Kiper Utama Cukup Lama!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 05:46 -
Terungkap! MU Hampir Bawa Pulang Solskjaer Sebelum Tunjuk Amorim sebagai Pelatih
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 05:41 -
David Silva Ungkap Impian Besar untuk Pep Guardiola, Apa Itu?
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 05:36 -
Frank Lampard Angkat Coventry City, Dari Tim Terlupakan Jadi Penantang Promosi
Liga Inggris 2 Oktober 2025, 23:38
LATEST EDITORIAL
-
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29 -
5 Top Skor Sepanjang Masa Liga Champions, Mbappe Mulai Mendekat
Editorial 2 Oktober 2025, 13:55
KOMENTAR