Wajah Baru Inter Milan: Semua Bisa Cetak Gol, Semua Bisa Menyerang

Wajah Baru Inter Milan: Semua Bisa Cetak Gol, Semua Bisa Menyerang
Lautaro Martinez (kiri) merayakan bersama Ange-Yoan Bonny setelah mencetak gol untuk Inter Milan dalam laga Serie A melawan Cremonese di San Siro, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Bola.net - Christian Vieri tak ragu melabeli Inter Milan sebagai tim paling menarik di Serie A saat ini. Bagi mantan penyerang Nerazzurri dan Timnas Italia itu, tak ada klub lain yang menampilkan permainan seagresif dan sekreatif Inter di bawah asuhan Cristian Chivu. “Tak ada yang bermain seperti Inter di Serie A,” ujarnya kepada DAZN dengan mantap.

Ucapan Vieri datang bukan tanpa alasan. Setelah sempat terpuruk di awal musim akibat dua kekalahan beruntun di liga, Inter kini bangkit dengan cara yang meyakinkan. Mereka memenangi tiga laga Serie A secara beruntun, termasuk kemenangan besar 4-1 atas Cremonese.

Chivu, yang baru kembali ke San Siro pada musim panas ini, berhasil mengubah wajah Inter menjadi tim yang bukan hanya kuat, tetapi juga menghibur. Setiap pemain memiliki kontribusi ofensif—dari bek sayap hingga gelandang tengah—semuanya bisa menjadi pencetak gol.

Di Liga Champions, Inter bahkan menunjukkan ketajaman luar biasa. Dua kemenangan dengan agregat 5-0 memperlihatkan seberapa efisien sistem baru mereka. Chivu membawa keseimbangan antara kedisiplinan dan kebebasan berkreasi.

Di balik semua itu, Vieri melihat sesuatu yang lebih dari sekadar strategi. Ia melihat Inter yang bermain dengan gairah, rasa lapar, dan mentalitas baru yang membuat mereka berbahaya bagi siapa pun.

1 dari 5 halaman

Transformasi Dimulai dari Bursa Transfer

Ange-Yoan Bonny merayakan setelah mencetak gol kedua Inter Milan dalam laga Serie A melawan Cremonese di Stadion San Siro, Milan, Italia, Sabtu, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Ange-Yoan Bonny merayakan setelah mencetak gol kedua Inter Milan dalam laga Serie A melawan Cremonese di Stadion San Siro, Milan, Italia, Sabtu, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Bagi Vieri, kebangkitan Inter tak lepas dari strategi transfer yang cermat. “Mereka membeli Manuel Akanji, bek terkuat di pasar,” katanya. “Ada pula Petar Sucic, Pio Esposito, dan Ange-Yoan Bonny, dua penyerang yang sangat kuat. Inter melakukan pekerjaan hebat di bursa transfer.”

Kedatangan nama-nama baru itu membawa energi segar. Akanji menjadi dinding tangguh di pertahanan, sementara Esposito dan Bonny menawarkan kecepatan dan variasi serangan. Kombinasi pemain muda dan berpengalaman membuat Inter kini punya kedalaman skuad yang luar biasa.

Inter bukan lagi tim yang hanya mengandalkan nama besar di depan. Kini, serangan mereka bisa datang dari mana saja—baik dari kombinasi umpan satu sentuhan, tembakan jarak jauh, hingga pergerakan cepat di sayap. Semua berjalan dalam satu pola pikir: menyerang dan mencetak gol.

2 dari 5 halaman

Cara Bermain yang Beda dari Semua

Romano Floriani Mussolini (kiri) berebut bola dengan Federico Dimarco dalam laga Serie A antara Cremonese dan Inter Milan di Stadion San Siro, Milan, Italia, Sabtu, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Romano Floriani Mussolini (kiri) berebut bola dengan Federico Dimarco dalam laga Serie A antara Cremonese dan Inter Milan di Stadion San Siro, Milan, Italia, Sabtu, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Vieri tak bisa menyembunyikan kekagumannya terhadap gaya bermain Inter. “Mereka menciptakan begitu banyak peluang, semua mencetak gol,” ujarnya. Menurutnya, inilah yang membedakan Inter dengan tim lain di Italia—cara mereka menekan, menyerang, dan terus menciptakan peluang.

Ia menyoroti satu nama yang menjadi simbol permainan menyerang Inter: Federico Dimarco. “Federico Dimarco mengirimkan umpan silang yang membuat saya gila. Tak ada yang seperti dia di Eropa. Saya bahkan mengatakan kepadanya, itu membuat saya gila. Karena itu saya memberinya nomor 32,” ucap Vieri sambil tersenyum.

Di bawah Chivu, Inter bermain dengan ritme tinggi dan transisi cepat. Pertahanan mereka solid, tetapi yang lebih mencolok adalah intensitas menyerang dari semua lini. Hasilnya, para lawan kerap kesulitan menebak dari mana ancaman datang—karena semua pemain bisa melakukannya.

3 dari 5 halaman

Cristian Chivu dan Mentalitas Baru Inter

Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu. (c) AP Photo/Antonio Calanni

Pelatih Inter Milan, Cristian Chivu. (c) AP Photo/Antonio Calanni

Vieri mengakui bahwa peran Chivu sangat vital dalam kebangkitan ini. “Inter sebelumnya kekurangan ketegasan dan agresivitas yang kini dibawa oleh pelatih baru,” ujarnya. “Direksi klub berani mengambil risiko dengan menunjuk pelatih muda yang punya sedikit pengalaman.”

Keputusan itu ternyata tepat. Chivu berhasil membangun tim yang tidak hanya disiplin secara taktik, tetapi juga memiliki karakter kuat di lapangan. Ia menanamkan semangat juang yang terlihat jelas di setiap pertandingan—Inter kini tidak mudah menyerah, bahkan dalam situasi sulit.

Bagi para pendukung, melihat Inter bermain sekarang terasa menyenangkan. Mereka menyerang tanpa takut, menikmati permainan, dan terus mencari gol berikutnya. Inilah ciri khas yang sempat hilang, dan kini hidup kembali di bawah tangan Chivu.

4 dari 5 halaman

Lautaro dan Inter yang Penuh Keyakinan

Pemain Inter Milan, Lautaro Martinez, mencetak gol untuk timnya dalam laga Serie A antara Inter Milan dan Cremonese di Stadion San Siro, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Pemain Inter Milan, Lautaro Martinez, mencetak gol untuk timnya dalam laga Serie A antara Inter Milan dan Cremonese di Stadion San Siro, 4 Oktober 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno

Di akhir pembicaraan, Vieri memberikan penilaian khusus untuk kapten tim. “Sembilan, dia fantastis,” ujarnya tentang Lautaro Martinez. “Mereka harus punya keinginan untuk menang, menjadi kejam dan agresif.”

Vieri menegaskan bahwa kekuatan Inter bukan hanya pada individu, melainkan pada kolektivitas. “Ketika saya mengatakan Inter punya skuad terkuat, orang menuduh saya bias. Namun, bahkan jika mereka kalah, saya tidak mengubah pendapat saya,” katanya.

Baginya, Inter adalah tim dengan potensi luar biasa. “Tak ada yang bermain seperti Inter—tim yang menyerang, dan di mana bek, gelandang, serta penyerang semua mencetak gol. Bahkan jika mereka tidak memenangkan Scudetto atau kalah di beberapa pertandingan, potensinya tetap luar biasa.”

Bagi seorang mantan striker seperti Vieri, melihat Inter versi Chivu adalah kepuasan tersendiri. Tim ini bukan hanya mengejar kemenangan, tapi juga menunjukkan bahwa sepak bola bisa indah ketika semua pemain ingin mencetak gol.

Sumber: DAZN, Sempre Inter


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL