Taktik Jenius Luis Enrique: PSG Dominasi Atletico dengan Strategi 'Jalan Santai'

Taktik Jenius Luis Enrique: PSG Dominasi Atletico dengan Strategi 'Jalan Santai'
Vitinha (PSG) dan Julian Alvarez (Atletico Madrid) berebut bola dalam laga Club World Cup Grup B di Pasadena, California (c) AP Photo/Jae Hong

Bola.net - Dalam kondisi cuaca California yang mencapai 30 derajat Celsius, PSG berhasil meraih kemenangan telak 4-0 atas Atletico Madrid. Tim besutan Luis Enrique ini memamerkan performa gemilang hanya 15 hari usai meraih gelar Liga Champions.

Cuaca ekstrem di Piala Dunia Antarklub 2025 justru memaksa PSG mengadaptasi total pendekatan bermain mereka. Mereka meninggalkan gaya pressing tinggi dan serangan kilat, beralih ke penguasaan bola dengan tempo yang lebih terkendali namun tetap efektif.

Kemenangan ini makin memperkuat reputasi PSG sebagai tim paling fleksibel di benua Eropa. Tim Prancis ini berhasil menjadikan tantangan cuaca panas sebagai keunggulan taktis yang mematikan.

1 dari 4 halaman

Taktik 'Jalan Santai' PSG yang Mematikan

Desire Doue (PSG) menguasai bola di tengah penjagaan Pablo Barrios (Atletico Madrid) di laga Club World Cup Grup B di Pasadena, California (c) AP Photo/Jae Hong

Desire Doue (PSG) menguasai bola di tengah penjagaan Pablo Barrios (Atletico Madrid) di laga Club World Cup Grup B di Pasadena, California (c) AP Photo/Jae Hong

PSG dengan sengaja menurunkan intensitas permainan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi iklim California. Strategi pressing agresif diganti dengan dominasi bola melalui 817 umpan akurat - hampir empat kali lebih banyak dari Atletico yang hanya 275.

"Kondisi bermain sangat menantang," ungkap Vitinha yang tampak kepanasan dengan wajah memerah. "Tapi situasi ini jauh lebih berat bagi Atletico yang harus terus mengejar bola."

Gelandang asal Portugal ini kerap mundur ke lini belakang untuk memberi ruang bagi Nuno Mendes dan Hakimi menyerang. Pola ini memungkinkan kedua bek sayap bergerak lebih bebas mendukung ofensif.

PSG hanya mengirim 10 crossing dan 1 umpan panjang setiap 16 operan untuk menjaga jarak antar pemain tetap rapat. Hasilnya, Atletico Madrid cuma mampu melakukan 3 intersep sepanjang 90 menit.

2 dari 4 halaman

Pola Serangan PSG yang Tak Terbendung

Gol pembuka lahir dari skema khas yang dikembangkan Luis Enrique. PSG membangun serangan hampir satu menit penuh setelah memaksa Oblak melakukan umpan jauh, berujung pada tembakan Fabian Ruiz dari luar kotak penalti.

Senny Mayulu yang mencetak gol kelima di final Champions League kembali menjadi ancaman dari bangku cadangan. "Kami wajib beradaptasi dengan kondisi lapangan terbuka dan cuaca yang menantang," tutur Mayulu.

Lee Kang-in menyempurnakan pesta gol melalui titik putih sebagai bukti kedalaman skuad PSG. Tanpa mengandalkan Dembele sebagai false nine, mereka tetap produktif lewat variasi serangan yang sulit diprediksi.

3 dari 4 halaman

Filosofi Luis Enrique: Bertahan dengan Menguasai Bola

Pemain Paris Saint-Germain merayakan gol Lee Kang-in (tengah) ke gawang Atletico Madrid di Piala Dunia Antarklub 2025 pada 16 Juni 2025. (c) AP Photo/Jae Hong

Pemain Paris Saint-Germain merayakan gol Lee Kang-in (tengah) ke gawang Atletico Madrid di Piala Dunia Antarklub 2025 pada 16 Juni 2025. (c) AP Photo/Jae Hong

Data dari SkillCorner menunjukkan fakta mengejutkan bahwa PSG termasuk tim dengan total jarak tempuh terendah di lima liga elite Eropa musim lalu. Mereka lebih memilih "bertahan" melalui penguasaan bola daripada melakukan pressing konstan.

Cesar Azpilicueta sebelum pertandingan mengakui: "Mereka hidup bersama bola, itulah filosofi Luis Enrique." "Tim ini memaksa lawan tetap waspada karena selalu mencari celah sekecil apapun."

Luis Enrique sendiri mengakui tantangan bermain dalam cuaca ekstrem: "Jadwal ini menguntungkan penonton Eropa, namun sangat menyiksa para pemain." Namun PSG membuktikan bahwa adaptasi yang tepat bisa mengatasi kondisi apapun.

4 dari 4 halaman

Masa Depan PSG Pasca Gelar Champions League

Pertanyaan tentang target PSG setelah meraih Champions League dijawab Luis Enrique dengan matang: "Babak baru telah dimulai di mana kami harus membuktikan kemampuan terus berkembang."

Kemenangan atas Atletico menjadi bukti konkret kematangan tim ini. Perpaduan antara talenta muda seperti Mayulu dan Doue dengan pemain berpengalaman seperti Donnarumma menciptakan keseimbangan ideal.

Penampilan di California mungkin tidak sedramatis final di Munchen, namun cukup membuktikan evolusi PSG. Mereka kini bukan sekadar tim dengan kekuatan finansial, melainkan mesin sepakbola yang mendekati kesempurnaan.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL