
Bola.net - Sejak diperbarui pada tahun 1992 lalu, Liga Champions menjelma jadi kompetisi paling bergengsi di dunia sepak bola. Tim-tim terbaik dari liga-liga terbaik Eropa diadu untuk memperebutkan satu trofi paling bergengsi.
Jelas, menjuarai Liga Champions bukan perkara mudah. Ada banyak pemain-pemain terbaik yang hanya bisa memimpikan trofi Si Kuping Besar itu, tanpa benar-benar bisa mengangkat dan merayakannya.
Karena itulah umumnya klub-klub besar mencoba mendatangkan pelatih-pelatih istimewa untuk mencoba keberuntungan mereka di Liga Champions. Sebut saja Bayern Munchen dan PSG yang bergonta-ganti pelatih demi ambisi besar mereka.
Artinya, peran pelatih tidak kalah penting dari pemain. Liga Champions memang unik, kadang tim-tim paling kuat pun harus bertekuk lutut di hadapan tim-tim yang lebih lemah.
Taktik yang dipilih pelatih sangat penting, khususnya dalam duel dua leg fase gugur. Jelas, pelatih yang bisa menjuarai Liga Champions layak mendapat sanjungan, apalagi jika meraihnya berkali-kali.
Untuk itu, merangkum Squawka, paling tidak ada 5 pelatih terbaik pada kompetisi asuhan UEFA itu. Siapa saja? Selengkapnya di bawah ini ya, Bolaneters!
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
5. Sir Alex Ferguson
Klub: Manchester United
W/D/L: 105/50/39
Persentase kemenangan: 54%
Trofi: 1999, 2008
Daftar spesial ini dimulai dengan salah satu pelatih terbaik dalam sejarah sepak bola, Sir Alex Ferguson. Mantan bos Manchester United ini memegang rekor 194 pertandingan Liga Champions, tidak ada yang bisa menyamainya.
Memang benar Ferguson hanya bisa meraih dua trofi, tapi mungkin dia terbilang tidak beruntung karena harus menghadapi tim ajaib Barcelona di dua partai final lainnya (2009 dan 2011).
Meski demikian, Ferguson akan selalu dikenang sebagai salah satu yang terbaik. Dia adalah sosok genius di balik keajaiban MU di final 1999.
4. Jose Mourinho
Klub: Porto, Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, Manchester United, Tottenham Hotspur
W/D/L: 80/36/25
Persentase kemenangan: 56,74%
Trofi: 2004 (Porto), 2010 (Inter)
Ketika pertama kali muncul di sepak bola level top, Jose Mourinho langsung mencuri perhatian dengan kepercayaan dirinya yang nyaris berada di level arogan. Namun, jelas racikannya manjur untuk mendongkrak kekuatan tim.
Dia mengejutkan dunia ketika membawa Porto jadi juara Liga Champions 2004. Saat itu tidak ada yang menduga Porto bisa jadi juara, terlebih jika mengenang perjalanan mereka.
Porto hanya bisa jadi runner-up Grup F, lalu harus menghadapi Manchester United di babak 16 besar. Pada saat itulah dunia baru memahami kekuatan Porto, yang menyingkirkan MU dengan agregat 3-2.
Jelas, nama Mourinho langsung dikenal sebagai salah satu pelatih genius yang patut diperhatikan.
3. Carlo Ancelotti
Klub: Parma, Juventus, Milan, Chelsea, PSG, Real Madrid, Bayern Munich, Napoli
W/D/L: 91/38/36
Persentase kemenangan: 55.15%
Trofi: 2003, 2007 (Milan), 2014 (Real Madrid)
Don Carlo akan selalu dikenang sebagai spesialis Liga Champions. Dia hampir membuat sejarah luar biasa bersama Milan
Ancelotti tiba di Madrid sebagai legenda, usai menuntun Milan meraih dua trofi dan dua final lainnya. Lalu, di Madrid, Ancelotti bisa mempersembahkan trofi La Decima yang bergengsi itu.
Satu noda terburuk dalam karier Ancelotti adalah final 2005 Istanbul. Milan unggul 3-0, tapi dia terlambat melihat perubahan Liverpool yang bisa menyamakan kedudukan jadi 3-3 hanya dalam rentang 6 menit.
2. Pep Guardiola
Klub: Barcelona, Bayern Munich, Manchester City
W/D/L: 74/26/21
Persentase kemenangan: 61%
Trofi: 2009, 2011 (Barcelona)
Ini bukan tentang berapa banyak trofi, tapi tentang bagaimana bisa meraihnya. Mungkin tidak ada pelatih lain yang bisa menjuarai Liga Champions semeyakinkan Guardiola.
Dia mejalani musim ajaib Barca pada debutnya sebagai pelatih senior. Menyempurnakan tiki-taka, memaksimalkan bakat Lionel Messi, lalu mengalahkan tim sekelas Manchester United.
Trofi tahun 2009 luar biasa, tapi trofi 2011 jauh lebih baik lagi. Hanya karena sedikit ketidakberuntungan Barcelona gagal meraih trofi di edisi 2010 dan 2012, seharusnya Guardiola bisa meraih empat trofi Liga Champions beruntun.
1. Zinedine Zidane
Clubs: Real Madrid
W/D/L: 26/8/6
Persentase kemenangan: 65%
Trofi: 2016, 2017, 2018
Meraih satu trofi Liga Champions saja sudah sangat sulit, bagaimana bisa meraih tiga trofi secara beruntun? Ya, hanya Zinedine Zidane yang bisa melakukannya.
Sebagai pelatih, Zidane meraih trofi Liga Champions pertamanya pada musim 2015/16. Trofi ini luar biasa, sebab Zidane baru mulai bekerja di paruh kedua musim setelah Rafael Benitez dipecat.
Lalu dia mengulanginya lagi di musim 2016/17 dan 2017/18. Ketiganya melawan tim-tim kuat (Atletico Madrid, Juventus, dan Liverpool), tapi Zidane tahu betul bagaimana memodifikasi kekuatan Madrid untuk menghadapi lawan-lawannya.
Sebagai perbandingan, Ancelotti butuh 11 tahun untuk meraih 3 trofi Liga Champions, sementara Zidane bahkan tidak genap 3 tahun.
Sumber: Squawka
Baca ini juga ya!
- Di Mana Mereka Sekarang? Starting XI Porto Saat Juara Liga Champions Hari Ini 16 Tahun Lalu
- Tujuh Kandidat Pengganti Odion Ighalo di Manchester United, Mana yang Paling Realistis?
- Apa Kabar Skuat 'Patah Hati' AC Milan yang Dikalahkan Liverpool di Final Liga Champions 2005?
- 5 Pemain Italia dengan Assist Terbanyak di Premier League
- 6 Alasan Jack Miller Layak Bela Tim Pabrikan Ducati di MotoGP 2021
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Real Madrid Diam-Diam Perpanjang Kontrak Casemiro
Liga Spanyol 27 Mei 2020, 18:20
-
Sering Dicemooh Fans Real Madrid, Gareth Bale Sakit Hati
Liga Spanyol 27 Mei 2020, 17:40
-
Real Madrid 2007/08: Juara dan Guard of Honour dari Barcelona
Liga Spanyol 27 Mei 2020, 16:27
LATEST UPDATE
-
Imbang 2-2 Lawan Mali, Ini 3 Pemain Timnas Indonesia U-22 yang Layak Dapat Apresiasi
Tim Nasional 19 November 2025, 04:00
-
Kabar Buruk untuk Arsenal, Pemulihan Kai Havertz Alami Kemunduran
Liga Inggris 19 November 2025, 02:20
-
Arsenal Buka Peluang Lepas 4 Pemain di Bursa Transfer Januari, Siapa Saja?
Liga Inggris 19 November 2025, 00:56
-
Manchester United Bisa Jual Marcus Rashford dan Kobbie Mainoo untuk Patuhi PSR
Liga Inggris 19 November 2025, 00:30
-
3 Opsi Pengganti Mohamed Salah di Liverpool, Termasuk Pemain dari Klub Rival
Liga Inggris 19 November 2025, 00:00
-
Lupakan Ronaldo, Bruno Fernandes Buktikan Jadi Pemain Paling Penting di Timnas Portugal
Piala Dunia 18 November 2025, 23:41
-
Analisis Calon Pengganti Robert Lewandowski: Menimbang 4 Kandidat Ideal untuk Barcelona
Liga Spanyol 18 November 2025, 23:22
-
Kiper Persis Solo Gianluca Pandeynuwu Ukir Sejarah di BRI Super League 2025/2026
Bola Indonesia 18 November 2025, 23:11
-
Benjamin Sesko Absen Kontra Everton, Kembalinya Diperkirakan Desember
Liga Inggris 18 November 2025, 22:46
-
Blunder Pemain Naturalisasi Malaysia Saat Sidang FIFA: Salah Sebut Asal Nenek
Tim Nasional 18 November 2025, 22:37
-
2 Laga Timnas Indonesia U-22 vs Mali: Kalah di Laga Pertama, Imbang di Laga Kedua
Tim Nasional 18 November 2025, 22:36
-
Bermain Api: Risiko Besar Perlakuan Tuchel pada Bellingham di Timnas Inggris
Piala Dunia 18 November 2025, 21:51
-
Calhanoglu dan Misi 'Anti-Modric': Kunci Taktik Chivu Menghadapi Panasnya Derby Milan
Liga Italia 18 November 2025, 21:02
LATEST EDITORIAL
-
4 Pemain yang Bisa Didatangkan Liverpool di Januari untuk Selamatkan Musim
Editorial 19 November 2025, 01:56
-
3 Bintang Manchester United yang Bisa Ditukar dengan Antoine Semenyo
Editorial 19 November 2025, 01:37
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
























KOMENTAR