
Bola.net - Tengah pekan ini, AC Milan dan Bologna akan berduel di final Coppa Italia. Laga di Stadio Olimpico ini bukan sekadar soal trofi, melainkan soal harga diri, momentum, dan penentuan musim. Bagi kedua tim, inilah titik balik yang bisa mengubah narasi sepanjang tahun.
Pertemuan terakhir mereka di Serie A memberi isyarat akan panasnya duel ini. Milan bangkit dari ketertinggalan untuk menang 3-1 di San Siro lewat gol Santiago Gimenez dan Christian Pulisic. Itu bukan hanya kemenangan, tapi peringatan keras bagi Bologna.
Kini semua mata tertuju ke kota Roma, tempat trofi dipertaruhkan. Di antara banyak kisah yang menyelimuti partai ini, satu hal pasti: tak akan ada ruang untuk kesalahan.
Luka Lama, Ambisi Baru
Bologna jelas belum melupakan luka di San Siro. Unggul lebih dulu, mereka akhirnya tumbang dan impian ke Liga Champions pun terguncang. Riccardo Orsolini, sang pencetak gol, tak menutupi rasa kecewanya.
“Kami memberi mereka nyawa,” katanya. “Kalau main seperti itu di Roma, kami bisa habis.” Ucapan yang memperlihatkan tekad sekaligus kekhawatiran.
Orsolini dan kawan-kawan ingin membalikkan keadaan dengan cepat. Bagi mereka, balas dendam paling nikmat bukanlah yang dingin, melainkan yang membara di final.
Balas Dendam Theo dan Leao
Tak hanya Bologna yang menyimpan dendam. Theo Hernandez dan Rafael Leao punya urusan yang belum selesai di Olimpico. Saat ditahan 2-2 oleh Roma September lalu, keduanya jadi sorotan karena tak ikut mendekat ke pelatih saat cooling break.
Kini, mereka kembali ke stadion itu dengan misi pribadi. Leao, yang absen di laga Serie A karena sanksi, siap tampil sejak awal. Dia ingin menulis sejarah, bukan hanya jadi figuran seperti di Supercoppa.
Theo dan Leao punya ambisi besar: membawa Milan meraih trofi ketiga mereka bersama klub. Kali ini, tak ada ruang untuk adegan pasif. Mereka ingin jadi aktor utama.
Coppa yang Lama Hilang
Terakhir kali Milan mengangkat Coppa Italia, tahun 2003. Sudah 22 tahun berlalu sejak kemenangan atas Roma itu. Sejak mencapai final terakhirnya pun bahkan sudah tujuh tahun.
Kali ini, bukan Juventus yang hadir sebagai penghalang. Sang rival tersingkir lebih awal oleh Empoli. Sebuah peluang terbuka lebar bagi Milan untuk menuntaskan penantian panjang.
Formasi, Taktik, dan Percikan Magis
Milan kini tampil dengan sistem tiga bek dan hasilnya mulai terasa. Dalam enam laga dengan skema itu, hanya tiga gol bersarang di gawang mereka. Namun, kemenangan atas Genoa dan Bologna datang dari perubahan formasi di tengah laga.
Sergio Conceicao tak kaku. Dia fleksibel dan paham kapan harus menyesuaikan taktik. Kunci permainan pun datang dari bangku cadangan, seperti Joao Felix dan Santiago Gimenez.
Leao akan kembali jadi starter dan ini bisa berarti sedikit penyesuaian lagi. Akan tetapi, kepercayaan pada sistem dan pelatih tetap utuh di ruang ganti. Itu modal besar Milan di partai puncak.
Panggung Milik Leao dan Pulisic?
Rafael Leao akan tampil di final Coppa Italia untuk pertama kalinya sejak menit awal. Di Supercoppa, dia hanya jadi supersub. Kini, dia ingin mencetak gol dan menciptakan momen abadi untuk klub.
Christian Pulisic juga tak kalah tajam. Dia mencetak gol kemenangan di Serie A lalu dan statistiknya musim ini mengesankan. Dengan 11 gol, dia jadi pemain non-striker pertama yang tembus dua digit dalam dua musim beruntun sejak era Chiarugi.
Duo ini jadi sumber kreativitas utama. Menariknya, mereka juga punya kontribusi ganda: total 40 gol dan assist sejak musim lalu. Kombinasi yang bisa menghancurkan pertahanan mana pun, termasuk Bologna.
Orsolini, Pemimpin dan Pemicu
Di kubu Bologna, Riccardo Orsolini jadi nyawa permainan. Dia sudah mencetak 15 gol musim ini dan melayani tim dengan total 18 kontribusi gol. Dia juga kapten tim, bukti statusnya sebagai panutan di lapangan.
Isunya bahkan berkembang: Orsolini diincar Milan untuk musim depan. Jika benar, malam final bisa jadi semacam audisi pribadi baginya. Namun, Samuel Chukwueze yang kemungkinan dia gantikan pun tampil baik belakangan ini.
Bologna tak hanya bergantung pada Orsolini. Mereka punya bangku cadangan berisi pemain-pemain pengubah permainan. Siapa yang memulai, mungkin tak sepenting siapa yang mengakhirinya.
Raja Comeback, Raja Piala
Milan adalah raja comeback musim ini di Serie A. Dengan 22 poin dari posisi tertinggal, mereka jadi tim paling tangguh dalam mengejar ketertinggalan. Sebanyak 19 poin itu diraih saat Sergio Conceicao memimpin.
Hanya Atletico Madrid yang lebih baik di lima liga top Eropa. Namun, Milan tak ingin tertinggal lebih dulu lagi, terutama di laga final. Sekali lengah bisa jadi fatal.
Conceicao sendiri memang spesialis piala. Dia pernah mengangkat tujuh trofi sebagai pemain dan delapan lagi sebagai pelatih. Musim ini, dia sudah memberi Milan satu dan bisa menambah satu lagi.
Italiano, Nasib Si Runner-up
Di sisi lain, Vincenzo Italiano belum berdamai dengan nasibnya. Dia terus jadi runner-up di berbagai final. Coppa Italia, Conference League—semuanya berujung tangis, bukan tawa.
Sebagai pemain, trofinya pun minim. Sekarang, peluang untuk menebus semua itu ada di depan mata. Namun, itu tidak bakal mudah.
Dari pertemuan terakhir, Bologna kurang difavoritkan. Akan tetapi, seperti lazimnya di dunia sepak bola, apa pun bisa terjadi dalam satu laga final.
Sumber: SempreMilan
Baca Artikel-artikel Menarik Lainnya:
- Kala Tinta di Kertas Bernilai Triliunan: Kontrak-kontrak Termahal Pemain Sepak Bola
- Perlawanan Terakhir Real Madrid
- Ballon d'Or: Medan Pertarungan Abadi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo
- AC Milan, Bologna, dan Akhir Sebuah Penantian Panjang di Kota Roma
- 2 'Tiket Neraka' Serie A: Jay Idzes dan Perjuangan Menahan Tenggelamnya Venezia
- Prediksi Real Madrid vs Real Mallorca 15 Mei 2025
- Prediksi AC Milan vs Bologna 15 Mei 2025
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
AC Milan Minta Diskon untuk Transfer Kyle Walker dari Manchester City
Liga Italia 13 Mei 2025, 23:28 -
Kembalinya Xabi Alonso ke Real Madrid Bisa Jadi Ancaman Bagi Milan
Liga Spanyol 13 Mei 2025, 21:37 -
AC Milan vs Bologna: Dari San Siro ke Duel di Olimpico
Liga Italia 13 Mei 2025, 15:06 -
AC Milan, Bologna, dan Akhir Sebuah Penantian Panjang di Kota Roma
Liga Italia 13 Mei 2025, 12:01
LATEST UPDATE
-
Prediksi Chelsea vs Liverpool 4 Oktober 2025
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 11:08 -
Oliver Glasner Tidak akan Pikir Dua Kali untuk Gabung MU!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:52 -
Inilah Deretan Laga yang Harus Dijalani Liverpool Tanpa Alisson
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:51 -
Prediksi Inter Milan vs Cremonese 4 Oktober 2025
Liga Italia 3 Oktober 2025, 10:48 -
Didesak Boikot Israel dari Piala Dunia 2026, Begini Respon FIFA
Piala Dunia 3 Oktober 2025, 10:40 -
Hasil FP1 MotoGP Mandalika 2025: Luca Marini dan Honda Catat Waktu Tercepat
Otomotif 3 Oktober 2025, 10:40 -
Misteri Senne Lammens di MU: Sebenarnya Kiper Utama atau Pelapis Sih?
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:36 -
Mengapa Transfer Robert Lewandowski ke AC Milan Tak Semudah yang Dibayangkan?
Liga Italia 3 Oktober 2025, 10:35
LATEST EDITORIAL
-
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29 -
5 Top Skor Sepanjang Masa Liga Champions, Mbappe Mulai Mendekat
Editorial 2 Oktober 2025, 13:55
KOMENTAR