
Bola.net - Final Liga Europa musim 2024/2025 menampilkan laga krusial antara dua tim besar asal Inggris, Tottenham Hotspur dan Manchester United, yang berlangsung di San Mames, Bilbao.
Pertarungan ini sangat penting bagi kedua klub untuk mengakhiri musim dengan trofi, mengingat performa mereka yang kurang optimal di liga domestik.
Dalam pertandingan ini, Tottenham berhasil meraih kemenangan tipis 1-0 berkat gol yang dicetak oleh Brennan Johnson pada menit ke-42. Hasil ini mengakhiri penantian 17 tahun Tottenham untuk mendapatkan gelar juara.
Kemenangan ini juga memastikan mereka mendapatkan satu tempat di Liga Champions musim depan, sebuah pencapaian krusial bagi skuad yang dipimpin oleh Ange Postecoglou tersebut.
Laga final ini bukan hanya ditentukan oleh hasil akhir, tetapi juga oleh adu taktik antara dua pelatih yang memiliki filosofi berbeda. Berikut adalah analisis singkat mengenai strategi kedua tim yang memengaruhi hasil akhir pertandingan.
Pendekatan Taktik Tottenham: Efisiensi dan Disiplin
Ange Postecoglou memilih menggunakan formasi 4-3-3, dengan fokus utama pada pertahanan yang kokoh dan serangan balik yang cepat.
Meskipun hanya memiliki 26% penguasaan bola, Spurs menunjukkan efisiensi yang luar biasa dalam memaksimalkan setiap peluang yang mereka dapatkan.
Satu-satunya gol dalam pertandingan ini lahir dari kerja sama apik antara Pape Matar Sarr dan Brennan Johnson, yang berhasil memanfaatkan kelengahan di lini belakang United.
Meski hanya memiliki satu tembakan tepat sasaran di babak pertama, Spurs mampu mempertahankan keunggulan mereka hingga peluit akhir dibunyikan.
Pertahanan Tottenham bermain dengan sangat disiplin. Terbukti, Micky van de Ven melakukan penyelamatan vital di garis gawang, sementara kiper Guglielmo Vicario berhasil menggagalkan beberapa peluang emas milik United.
Pendekatan pragmatis ini menyoroti kemampuan Spurs untuk beradaptasi dan fokus pada hasil akhir.
Strategi Manchester United: Dominasi Tanpa Efektivitas
Manchester United mendominasi jalannya pertandingan dengan penguasaan bola yang sangat tinggi, namun mereka kesulitan untuk menembus pertahanan Tottenham yang rapat.
Formasi 3-4-2-1 yang diterapkan oleh Ruben Amorim memang menekankan kontrol permainan, tetapi terbukti kurang efektif dalam menciptakan peluang berbahaya.
Amad Diallo menjadi pemain paling menonjol bagi United, sering menciptakan ancaman dari sisi sayap. Namun, ia kurang mendapatkan dukungan dari rekan-rekan setimnya.
Rasmus Hojlund, yang dipasang sebagai penyerang tunggal, gagal memanfaatkan peluang yang ada dan akhirnya harus digantikan.
Keputusan Amorim untuk memainkan Mason Mount dibandingkan Alejandro Garnacho juga sempat menjadi pertanyaan, mengingat Garnacho menunjukkan dampak positif setelah masuk sebagai pemain pengganti.
Secara keseluruhan, United gagal mengonversi dominasi mereka menjadi gol.
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Bye MU? Liam Delap Melipir ke Chelsea!
Liga Inggris 22 Mei 2025, 19:03 -
Ruben Amorim Balas Nyinyiran Alejandro Garnacho: Salahmu Sendiri!
Liga Eropa UEFA 22 Mei 2025, 18:46
LATEST UPDATE
-
Prediksi Chelsea vs Liverpool 4 Oktober 2025
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 11:08 -
Oliver Glasner Tidak akan Pikir Dua Kali untuk Gabung MU!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:52 -
Inilah Deretan Laga yang Harus Dijalani Liverpool Tanpa Alisson
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:51 -
Prediksi Inter Milan vs Cremonese 4 Oktober 2025
Liga Italia 3 Oktober 2025, 10:48 -
Didesak Boikot Israel dari Piala Dunia 2026, Begini Respon FIFA
Piala Dunia 3 Oktober 2025, 10:40 -
Hasil FP1 MotoGP Mandalika 2025: Luca Marini dan Honda Catat Waktu Tercepat
Otomotif 3 Oktober 2025, 10:40 -
Misteri Senne Lammens di MU: Sebenarnya Kiper Utama atau Pelapis Sih?
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:36 -
Mengapa Transfer Robert Lewandowski ke AC Milan Tak Semudah yang Dibayangkan?
Liga Italia 3 Oktober 2025, 10:35
LATEST EDITORIAL
-
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29 -
5 Top Skor Sepanjang Masa Liga Champions, Mbappe Mulai Mendekat
Editorial 2 Oktober 2025, 13:55
KOMENTAR