Keripik Tempe Rohani: Merajut Sukses dari Dapur Rumahan, Berkembang Berkat BRI

Keripik Tempe Rohani: Merajut Sukses dari Dapur Rumahan, Berkembang Berkat BRI
Penampakan depan toko Rohani yang berkembang berkat BRI kini bisa ditemui di Jl. Tumenggung Suryo 90, Malang. (c) dok.keripiktemperohani

Bola.net - Di sudut Kampung Sanan, Kota Malang, tahun 1988, keluarga Rohani setiap hari bergelut dengan kedelai dan ragi untuk membuat tempe. Ketika ada sisa yang tak terjual, sang ibu dengan kreatif mengolahnya menjadi keripik tempe - sebuah inovasi sederhana yang kelak mengubah nasib keluarga ini.

Seperti halnya setiap usaha pasti ada pasang surutnya, begitu juga dengan bisnis keluarga Rohani. Krisis moneter 1998 hampir meruntuhkan usaha yang telah bertahun-tahun mereka bangun. Namun krisis itu justru memicu ide kreatif yang akhirnya melahirkan merek "Keripik Tempe Rohani". Nama yang diambil dari sang ayah ini menjadi simbol ketangguhan, sekaligus awal dari perjalanan panjang sebuah UMKM yang pantang menyerah.

Perlahan tapi pasti, keripik tempe “Rohani” ini mulai dikenal sebagai oleh-oleh khas Malang. Tahun 2011 menjadi titik balik ketika mereka memutuskan ekspansi dengan bantuan KUR BRI. "Modal dari BRI itu seperti oksigen bagi usaha kami," kenang Maria Ulfa, generasi kedua yang kini melanjutkan bisnis keluarga.

Kisah Toko Rohani ini bukan sekadar tentang keripik tempe, tapi tentang bagaimana UMKM bisa bertahan di tengah krisis, bangkit dengan inovasi, dan berkembang berkat dukungan perbankan. BRI melalui KUR-nya telah membantu ribuan UMKM seperti Rohani untuk bertransformasi dari usaha rumahan menjadi bisnis berdaya saing global.

1 dari 4 halaman

Awal Mula Berdirinya Keripik Tempe Rohani

Perjalanan toko keripik tempe Rohani dimulai dari toko kecil di Jalan Sanan 125 Malang. (c) dok.keripiktemperohaniPerjalanan toko keripik tempe Rohani dimulai dari toko kecil di Jalan Sanan 125 Malang. (c) dok.keripiktemperohani

Keripik Tempe Rohani berawal dari kreativitas orang tua Maria Ulfa yang mengolah tempe sisa menjadi camilan lezat. Di Kampung Sanan, Malang, tradisi membuat tempe telah mengakar sejak lama, namun belum banyak yang melirik peluang keripik tempe sebagai usaha utama.

Pada masa-masa awal, keripik tempe buatan keluarga Maria dijual tanpa merek di pasar-pasar sekitar. Respons positif dari pelanggan membuat mereka semakin yakin untuk mengembangkan usaha ini lebih serius.

“Awalnya, orang tua saya, khususnya ayah, adalah pengusaha tempe di Kampung Sanan, Malang. Karena jualan tempe itu tidak selalu habis setiap hari, maka tempe sisa itu akhirnya diolah oleh ibu saya menjadi keripik tempe. Dan ternyata respon pasar sangat baik” kenang Maria.

Momentum krisis moneter di akhir tahun 90-an justru menjadi pemicu munculnya identitas brand yang kuat. Ketika harga bahan baku tempe bergejolak dan pengepul menolak harga baru, mereka memutuskan untuk mandiri dengan menciptakan merek dagang "Keripik Tempe Rohani" yang diambil dari nama sang ayah.

“Saat krisis moneter sekitar akhir 90-an, orang tua saya memutuskan untuk membuat merek sendiri, yaitu ‘Keripik Tempe Rohani’. Nama ‘Rohani’ diambil dari nama ayah saya, supaya mudah dikenali. Pemasaran pun dilakukan secara langsung dari warung ke warung, membangun jaringan pelanggan termasuk dari luar kota,” tambahnya.

2 dari 4 halaman

Ekspansi dan Transformasi: Peran BRI dalam Perkembangan Toko Rohani

Penampakan dalam toko Rohani pada tahun 2017 dengan etalase dipenuhi bungkusan keripik tempe. (c) dok.keripiktemperohaniPenampakan dalam toko Rohani pada tahun 2017 dengan etalase dipenuhi bungkusan keripik tempe. (c) dok.keripiktemperohani

Memasuki era 2000-an, Toko Rohani mulai bertransformasi dari usaha rumahan menjadi bisnis yang lebih terstruktur. Keluarga Maria mulai bekerja sama dengan pengusaha tempe lain untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Tahun 2011 menjadi momen penting ketika mereka berhasil membeli ruko sendiri pinggir jalan raya Kota Malang. Ekspansi ini tidak lepas dari dukungan pembiayaan melalui program KUR BRI yang menawarkan bunga rendah dan proses pengajuan yang mudah.

Dengan modal tambahan dari BRI, Toko Rohani mampu meningkatkan kapasitas produksi dan merekrut lebih banyak karyawan dari lingkungan sekitar. Dampak sosialnya pun terasa, karena usaha ini kini menjadi sumber penghidupan bagi sekitar 30 orang.

“Pada tahun 2011 kami mengajukan pembiayaan melalui program KUR dari BRI. Dana itu digunakan untuk membeli ruko, yang sampai sekarang menjadi pusat usaha” jelas Maria.

“Setelah punya ruko dan produksi bertambah, kami merekrut karyawan dari lingkungan sekitar. Sekarang, total tim kami ada sekitar 30 orang yang bekerja di bagian produksi dan pemasaran. Jadi bisa dikatakan peran BRI sangat penting di fase krusial itu hingga bisa seperti saat ini,” lanjutnya.

3 dari 4 halaman

Bertahan di Tengah Pandemi: Inovasi dan Digitalisasi Penjualan

Proses pembuatan keripik tempe Rohani yang menjadi oleh-oleh khas Malang. (c) Bola.net/Afdholud DzikryProses pembuatan keripik tempe Rohani yang menjadi oleh-oleh khas Malang. (c) Bola.net/Afdholud Dzikry

Pandemi COVID-19 menjadi ujian berat bagi Toko Rohani, terutama saat penjualan menurun drastis di masa-masa puncak permintaan seperti Lebaran. Stok yang sudah disiapkan menumpuk, sementara aktivitas masyarakat dibatasi.

Kondisi ini mendorong Maria dan timnya untuk beradaptasi dengan cepat, mengaktifkan penjualan online melalui berbagai platform digital. Selalu ada hikmah di setiap kejadian. Demikian yakin Maria.

Perlahan, penjualan mulai bangkit dan bahkan menjangkau pelanggan di luar negeri. Pesanan dari Hong Kong dan Taiwan mulai berdatangan, terutama dari para pekerja migran Indonesia yang rindu cita rasa tanah air.

“Pandemi sangat berdampak. Bahkan karyawan sempat kami rumahkan karena adanya peraturan pembatasan kegiatan dari pemerintah. Tapi dari situ kami jadi mengaktifkan dan mengoptimalkan penjualan online lewat berbagai platform marketplace. Alhamdulillah, penjualan perlahan bangkit,” ujar Maria.

“Dari penjualan online kami mulai menerima pesanan dari luar negeri seperti Hong Kong dan Taiwan, terutama dari TKI yang rindu makanan Indonesia. Selain itu, kami akhirnya juga melek digital," tambahnya.

4 dari 4 halaman

KUR BRI Membantu UMKM Menghadapi Tantangan dan Berkembang

Komitmen dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dalam memperkuat ekonomi kerakyatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) semakin tegas terbukti.

Buktinya, hingga akhir kuartal I tahun 2025, BRI telah menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 42,23 triliun atau setara 24,13% dari alokasi tahun 2025 sebesar Rp 175 triliun yang ditetapkan pemerintah.

“Penyaluran KUR yang berfokus pada sektor produktif merupakan bentuk keberpihakan nyata BRI terhadap pembangunan ekonomi nasional. BRI meyakini bahwa pembiayaan yang tepat sasaran dapat menciptakan multiplier effect yang signifikan, khususnya dalam mendorong kemandirian usaha dan membuka lapangan pekerjaan,” ungkap Corporate Secretary BRI, Agustya Hendy Bernadi baru-baru ini.

Sementara bagi Maria dan keluarganya, KUR BRI bukan sekadar pinjaman, tapi jembatan menuju perubahan besar. Kini mereka tak hanya berjualan, tapi juga membuka lapangan kerja dan membawa produk lokal ke level global.

Kisah mereka membuktikan bahwa dengan dukungan yang tepat, UMKM Indonesia bisa bertahan bahkan dalam masa sulit. Dan saat peluang datang, mereka siap melesat lebih jauh.

*Artikel ini ditujukan untuk mengikuti program BRI Fellowship Journalism 2025.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL