Manchester United Dipermalukan Grimsby: Fans Mulai Berang, Era Bulan Madu Amorim Berakhir?

Manchester United Dipermalukan Grimsby: Fans Mulai Berang, Era Bulan Madu Amorim Berakhir?
Pelatih Manchester United, Ruben Amorim. (c) AP Photo/Dave Thompson

Bola.net - Ruben Amorim mendapat sambutan meriah dari fans Manchester United sejak tiba di Old Trafford pada November lalu. Namanya terus digaungkan di setiap pertandingan, terlepas dari rentetan kekalahan yang dialami tim.

Kesetiaan fans tersebut seakan mencerminkan keyakinan yang lebih besar dari sekadar hasil di lapangan. Namun situasi berubah drastis dalam waktu singkat setelah satu malam yang mengubah segalanya.

Kekalahan dari Grimsby Town di kompetisi piala domestik menghadirkan salah satu episode terkelam dalam sejarah klub. Suporter yang biasanya vokal dalam memberikan dukungan tiba-tiba membisu, bahkan sebagian mulai melampiaskan frustrasi kepada para pemain.

Momen tersebut menandai pergeseran suasana hati yang jarang terlihat sebelumnya. Keterpurukan United kali ini terasa lebih menyakitkan karena mereka tidak bermain di kompetisi Eropa, menjadikan ajang domestik sebagai satu-satunya harapan tersisa.

Justru di kompetisi itulah mereka tersandung, membuka pertanyaan besar tentang masa depan Amorim dan arah yang akan ditempuh tim. Kegagalan ini semakin memperdalam krisis kepercayaan yang sudah mulai terkikis.

1 dari 4 halaman

Dukungan Fans Mulai Luntur

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim dan para pemain MU usai laga melawan Arsenal di Old Trafford, 17 Agustus 2025 lalu. (c) AP Photo/Dave Thompson

Pelatih Manchester United, Ruben Amorim dan para pemain MU usai laga melawan Arsenal di Old Trafford, 17 Agustus 2025 lalu. (c) AP Photo/Dave Thompson

Di Craven Cottage akhir pekan lalu, nama Amorim masih bergema penuh semangat dari tribun. Hanya membutuhkan tiga hari bagi atmosfer tersebut berubah total ketika United dipermalukan oleh Grimsby.

Tribun tandang yang biasanya riuh dengan nyanyian dukungan berubah sunyi senyap. Hal ini menjadi tanda jelas bahwa kepercayaan mulai terkikis dari basis suporter yang paling loyal.

Kemarahan fans juga mulai terarah pada pemain-pemain tertentu di lapangan. Andre Onana menjadi sasaran ejekan setelah melakukan blunder fatal yang berujung pada gol lawan.

Diogo Dalot juga tidak luput dari kritik keras suporter yang hadir. Salah satu saksi mata melaporkan, "Bahkan fans garis keras pun kini ikut mencemooh, tidak ada satu pun nyanyian untuk Amorim."

Namun tidak semua menggambarkan situasi dengan nada marah yang eksplisit. Beberapa fans justru menunjukkan sikap apatis yang lebih dominan, sesuatu yang berpotensi lebih mengkhawatirkan dari sekadar kemarahan.

Ketika dukungan bergeser menjadi ketidakpedulian, hal ini menandakan jarak antara tim dan suporter semakin melebar. Kondisi ini bisa menjadi ancaman serius bagi stabilitas mental pemain dan staf pelatih.

2 dari 4 halaman

Kritik pada Sistem Taktik Amorim

Hasil buruk yang terus berlanjut memicu sorotan tajam terhadap sistem permainan Amorim yang dinilai terlalu kaku. Banyak pihak menilai pelatih asal Portugal tersebut tidak mampu beradaptasi dengan cepat ketika rencana awal gagal di lapangan.

Analogi Mike Tyson bahwa "semua orang punya rencana sampai kena pukulan pertama" terasa sangat relevan dengan kondisi United saat ini. Tim terlihat kehilangan arah ketika menghadapi tekanan dari lawan yang tidak terduga.

Meski demikian, masih ada pemain yang menunjukkan keyakinan pada filosofi sang pelatih. Matthijs de Ligt menegaskan bahwa taktik bukan sekadar soal formasi angka-angka di papan.

Menurutnya, yang terpenting adalah koneksi antar pemain di lapangan. De Ligt berargumen bahwa sepak bola modern terlalu dinamis untuk dibatasi oleh struktur formasi yang kaku.

Pandangan tersebut memang masuk akal secara teoritis. Namun United terjebak dalam tuntutan yang tidak mengenal kata sabar dari berbagai pihak.

Media, pemilik klub, dan suporter sama-sama menginginkan perubahan instan. Tekanan tersebut membuat proyek Amorim terasa rapuh sejak awal kepemimpinannya.

3 dari 4 halaman

Deja Vu Musim 2014/15

Reaksi pelatih Manchester United, Ruben Amorim di laga melawan Arsenal, 17 Agustus 2025 lalu. (c) AP Photo/Dave Thompson

Reaksi pelatih Manchester United, Ruben Amorim di laga melawan Arsenal, 17 Agustus 2025 lalu. (c) AP Photo/Dave Thompson

Keterpurukan United di awal musim ini mengingatkan banyak pihak pada musim 2014/15 yang kelam. Kala itu, mereka juga menjalani pramusim yang meyakinkan di Amerika Serikat.

Namun optimisme tersebut sirna ketika mereka memulai kompetisi dengan kekalahan di laga pembuka. Lebih parah lagi, mereka juga tersingkir dari tim kasta bawah di ajang piala domestik.

Kesamaan lainnya terlihat jelas pada pola aktivitas transfer yang dilakukan. Seperti musim tersebut, United saat ini kembali berencana melepas sejumlah pemain setelah melakukan belanja besar di musim panas.

Situasi finansial yang menekan juga memaksa klub untuk bergerak cepat di bursa transfer. Meski begitu, langkah-langkah tersebut belum tentu berujung pada solusi jangka panjang yang diharapkan.

Yang menarik, lawan berikutnya di liga juga sama dengan musim tersebut: Burnley. Pada 2014, pertandingan kontra Burnley berakhir imbang dan United akhirnya finis di posisi keempat.

Kini, fans bertanya-tanya apakah Amorim mampu mengulang kebangkitan serupa. Ataukah dia justru akan terjebak dalam siklus kegagalan yang menimpa manajer-manajer sebelumnya.

4 dari 4 halaman

Lingkaran Krisis yang Berulang

Sejarah mencatat hampir semua manajer United era pasca-Ferguson berakhir dengan kisah yang serupa. Dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer, hingga Erik ten Hag, semuanya gagal mengubah nasib klub secara permanen.

Amorim kini menghadapi tantangan yang persis sama dengan para pendahulunya. Bahkan para mantan pelatih mengakui betapa beratnya menempati kursi panas di Old Trafford.

Moyes, misalnya, menyebut masa baktinya berakhir dengan "sedikit kekecewaan". Dia masih merasa ada banyak faktor di luar kendalinya yang mempengaruhi kegagalan tersebut.

Pengakuan tersebut menggambarkan besarnya beban yang membebani siapa pun yang duduk di kursi pelatih United. Tekanan dari media, fans, dan manajemen membuat setiap keputusan menjadi sangat krusial.

Di tengah tekanan yang terus menggunung, fans semakin lelah dengan siklus yang berulang tanpa henti. Harapan baru selalu disambut dengan antusiasme tinggi, hanya untuk berakhir dengan perasaan yang sama: Kecewa total.

Amorim masih memiliki waktu untuk membuktikan kemampuannya di Old Trafford. Namun pertanyaan besarnya adalah, berapa lama lagi kesabaran fans dan manajemen klub akan bertahan menghadapi situasi ini.


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL