
Bola.net - Atalanta beberapa waktu lalu telah memastikan diri lolos ke babak perempat final Liga Champions 2019/20 usai menyingkirkan Valencia. Atalanta menang agregat 8-4. Namun, pandemi virus Corona telah mengubah atmosfer penuh suka cita itu menjadi situasi yang sangat mencekam.
Italia adalah negara Eropa yang paling terdampak oleh pandemi virus Corona. Kasus aktifnya saat ini hampir mencapai 25.000, sedangkan angka kematiannya telah melebihi 1.800 orang. Serie A pun sudah dihentikan untuk sementara.
Atalanta adalah klub yang berbasis di Bergamo, Lombardia. Sementara itu, Lombardia merupakan pusat penyebaran virus corona paling parah di Italia, dan sejak beberapa waktu lalu telah diisolasi total.
Pemain Atalanta, Robin Gosens, mengungkapkan seperti apa situasi di Bergamo saat ini. Menurutnya, kota ini sudah seperti kota mati.
Ketakutan Itu Nyata
"Saya tak mengerti satu hal: kenapa mereka membiarkan kami main tanpa penonton, sementara masih ada fans memadati kota-kota Eropa lain di Liga Champions? Itu tak masuk akal," kata Gosens, seperti dikutip Football Italia.
"Saya merasakan ketakutan itu, ketika mereka menjelaskan bahwa Lombardia adalah pusat dari segalanya, dan wilayah-wilayah lain di Eropa kasusnya tak sebanyak itu. Waktu itu, saya bilang pada diri saya sendiri: 'OK, sebelumnya di Wuhan, begitu jauhnya, dan sekarang di sini. Sekarang kita berada dalam bahaya'."
"Ketakutan bukan cuma melanda wilayah-wilayah sekitar, tapi Bergamo pada khususnya, yang saat ini telah menjadi kota mati."
"Mereka mengatakan tentang surat kabar Eco Di Bergamo yang isinya penuh dengan berita kematian. Itu menakutkan."
"Saya pun bilang pada diri saya lagi: 'Saya dan Rabea, tunangan saya, kami harus bicara. Mungkin dia harus pulang ke Jerman'. Namun, dia ingin tetap bersama saya, jadi kami pun memutuskan kalau dia tetap tinggal."
Di Situasi yang Sama
Bek Juventus, Daniele Rugani, adalah kasus positif Corona pertama di Serie A. Saat mendengar itu, Gosens mengakui bahwa pikirannya jadi semakin kalut.
"Ketika dengar kabar tentang terinfeksinya dia (Rugani), kami semua berpikir: 'sekarang kita tak tahu kapan kita akan kembali bermain'. Saya memikirkan tentang karantian, untuknya, untuk rekan-rekannya, lawan-lawannya. Saya rasa kami semua berada di situasi yang sama."
"Nyatanya, sejak hari ini, saya juga mengisolasi diri. Namun, belum ada yang berubah. Saya sudah melakukannya sejak Rabu. Kecemasan saya sama seperti sejak beberapa hari lalu, tak kurang atau lebih."
Sempat Meremehkan Virus Ini
Atalanta memainkan pertandingan terakhirnya di stadion tertutup, yakni melawan Valencia di babak 16 besar Liga Champions, di Mestalla, Spanyol.
"Kami 99 persen yakin kalau kami akan tetap main di Liga Champions, jadi kami berusaha berlatih dengan baik, dan bekerja keras," kata Gosens.
"Namun, tidak mudah untuk berkonsentrasi. Kami mengulang-ulang apa yang kami lakukan di atas lapangan, dan bagaimana kami telah menulis sejarah, supaya bisa setidaknya membuat para pendukung kami tersenyum. Kami membuat kota ini bahagia setidaknya selama dua jam."
"Kami semua meremehkannya (virus Corona), dan saya termasuk. Saya bilang pada diri sendiri kalau itu paling buruk cuma flu. Saya pergi keluar, ke restoran, bertemu teman-teman."
"Kami tak tahu tentang musuh ini, dan apa yang bisa dilakukannya. Kami baru sadar setelah sudah begitu banyak kasus. Itu ketika mereka menjelaskan arti dari dua kata itu: zona merah."
"Di situasi ini, muncullah sisi-sisi bagusnya. Keberanian, solidaritas, jati diri orang-orang. Kami jadi menghargai kehidupan. Membaca tentang orang-orang yang keluar ke balkon, dan memberi aplaus pada para dokter dan perawat, itu membuat saya terharu."
Menanti Kelanjutan
Kelanjutan Serie A, juga Liga Champions, dan kompetisi-kompetisi lainnya belum bisa dipastikan.
"Entah apa keputusannya, apa solusi yang bisa memuaskan semua orang," lanjut Gosens.
"Di masa karantina ini, saya jadi punya lebih banyak waktu dengan tunangan saya, belajar dan mempersiapkan diri untuk ujian psikologi, juga membaca buku-buku yang ada."
"Saya juga menyempatkan berlatih sedikit di rumah, meski rasanya aneh. Bukan karena ini dilakukan di rumah, tapi aneh karena kita tidak tahu kapan kita akan membutuhkannya," pungkas bek kiri 25 tahun berdarah Jerman-Belanda tersebut.
Sumber: Football Italia
Baca juga artikel-artikel lainnya:
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
Cerita Pemain Atalanta Tentang Bergamo yang Kini Jadi Kota Mati
Liga Italia 17 Maret 2020, 16:01 -
Tersingkirnya Liverpool dari Liga Champions Disebut sebagai Hukum Alam
Liga Champions 17 Maret 2020, 09:15 -
Harry Kane Jadi Rebutan MU, City, dan Juventus
Liga Italia 16 Maret 2020, 12:27 -
Alternatif Euro 2020: Mundur ke Desember
Piala Eropa 15 Maret 2020, 13:36
LATEST UPDATE
-
Prediksi Chelsea vs Liverpool 4 Oktober 2025
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 11:08 -
Oliver Glasner Tidak akan Pikir Dua Kali untuk Gabung MU!
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:52 -
Inilah Deretan Laga yang Harus Dijalani Liverpool Tanpa Alisson
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:51 -
Prediksi Inter Milan vs Cremonese 4 Oktober 2025
Liga Italia 3 Oktober 2025, 10:48 -
Didesak Boikot Israel dari Piala Dunia 2026, Begini Respon FIFA
Piala Dunia 3 Oktober 2025, 10:40 -
Hasil FP1 MotoGP Mandalika 2025: Luca Marini dan Honda Catat Waktu Tercepat
Otomotif 3 Oktober 2025, 10:40 -
Misteri Senne Lammens di MU: Sebenarnya Kiper Utama atau Pelapis Sih?
Liga Inggris 3 Oktober 2025, 10:36 -
Mengapa Transfer Robert Lewandowski ke AC Milan Tak Semudah yang Dibayangkan?
Liga Italia 3 Oktober 2025, 10:35
LATEST EDITORIAL
-
7 Pemain Premier League yang Kariernya Bisa Selamat Jika Pindah Januari
Editorial 2 Oktober 2025, 14:29 -
5 Top Skor Sepanjang Masa Liga Champions, Mbappe Mulai Mendekat
Editorial 2 Oktober 2025, 13:55
KOMENTAR