
Bola.net - Perjuangan Inter Milan di ajang Piala Dunia Antarklub menjadi cerminan dari semangat pantang menyerah mereka. Semangat inilah yang coba diungkapkan oleh salah satu pilar utama mereka, Nicolo Barella.
Gelandang andalan Timnas Italia itu baru-baru ini angkat bicara mengenai perjalanan timnya yang penuh lika-liku. Ia mengenang kembali musim lalu yang mengajarkan banyak pelajaran berharga.
Barella dengan jujur mengakui betapa menyakitkannya kekalahan di final Liga Champions. Ia juga mengungkapkan perasaannya saat harus berpisah dengan pelatih Simone Inzaghi.
Namun, di tengah semua kenangan pahit itu, terselip sebuah optimisme dan harapan baru. Lantas, bagaimana Barella memaknai semua itu dan menyambut era baru Inter di bawah asuhan Cristian Chivu?
Inter akan Belajar dari Musim yang Penuh Lika-liku

Nicolo Barella menegaskan bahwa pelajaran terbesar yang ia dapat dari musim lalu adalah pentingnya untuk terus bersaing. Baginya, filosofi ini sangat mencerminkan perjalanan Nerazzurri.
Meskipun tidak berhasil memenangkan trofi apa pun, ia merasa musim lalu memberikan banyak pelajaran berharga. Ada sisi positif dan negatif yang membuat tim menjadi lebih kuat.
Kini, dengan semangat baru, ia dan rekan-rekannya bertekad untuk bangkit. Mereka ingin memberikan yang terbaik di setiap kesempatan yang ada.
"Frasa 'Anda harus selalu bersaing' adalah sesuatu yang saya setujui 100 persen. Itu sangat mencerminkan musim lalu," ujar Barella kepada DAZN.
"Kami tidak berhasil memenangkan apa pun tetapi itu adalah tahun yang mengajarkan kami banyak hal, baik positif maupun negatif. Sekarang kami ingin bangkit kembali dan melakukan yang terbaik," tegasnya.
Luka Final Liga Champions yang Tak Terlupakan

Salah satu momen paling menyakitkan bagi Inter musim lalu adalah kekalahan di final Liga Champions. Ini adalah kegagalan kedua mereka di final dalam tiga tahun terakhir.
Kali ini, mereka harus mengakui keunggulan PSG dengan skor telak 0-5. Barella mengakui bahwa kekalahan tersebut meninggalkan luka yang mendalam.
Namun, ia juga melihatnya sebagai bagian dari perjalanan karier seorang pesepak bola. Menurutnya, kemampuan untuk bangkit kembali setelah terjatuh adalah yang terpenting.
"Itu akan tetap ada di benak kami, itu adalah kekalahan yang menjadi bagian dari perjalanan karier Anda. Itu adalah kekalahan telak yang menyakitkan tetapi dalam hidup, seperti dalam sepak bola, Anda harus tahu cara untuk bangkit kembali dan kami telah menunjukkan bahwa kami bisa melakukannya," kata Barella.
"Kami kehilangan dua gelar liga dengan selisih satu poin dan kalah di dua final Liga Champions tetapi, di sela-sela itu, kami juga pernah menang. Kami tahu bahwa sepak bola penuh dengan pasang surut dan Anda harus selalu terus bekerja lebih keras untuk mencapai titik di mana Anda bisa bersaing memperebutkan trofi. Itulah pola pikirnya," jelasnya.
Kepergian Inzaghi dan Rasa Terima Kasih

Setelah musim yang berat, Inter harus menghadapi satu lagi perubahan besar. Pelatih kepala mereka, Simone Inzaghi, memutuskan untuk mengakhiri kebersamaan setelah empat musim menukangi tim.
Barella menggambarkan berita kepergian Inzaghi sebagai sesuatu yang terasa aneh. Pasalnya, kebersamaan selama empat tahun telah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilupakan.
Meskipun ia sudah pernah mengalami pergantian pelatih di klub-klub sebelumnya, ia mengaku tidak akan pernah bisa terbiasa dengan hal itu. Namun, di atas semua itu, ada satu perasaan yang paling dominan di dalam dirinya.
Satu-satunya hal yang ia rasakan adalah keinginan untuk mengucapkan terima kasih. Ia sangat menghargai empat tahun yang fantastis dan penuh emosi bersama sang pelatih.
"Itu adalah berita yang aneh. Setelah empat tahun, kebersamaan telah menjadi sebuah kebiasaan," ujar Barella.
"Di Cagliari saya mengalami banyak pergantian pelatih dan bahkan sedikit di Inter. Saya tahu cara kerjanya tetapi saya tidak bisa mengatakan saya sudah terbiasa," lanjutnya.
"Satu-satunya hal yang saya rasakan adalah kebutuhan untuk berterima kasih kepada Inzaghi dan stafnya atas empat tahun yang fantastis – tahun-tahun pertumbuhan dan emosi yang kuat," ungkapnya.
Harapan Baru di Bawah Asuhan Cristian Chivu

Kursi kepelatihan Inter Milan kini diisi oleh mantan pemain legendaris mereka, Cristian Chivu. Barella mengaku sudah mengenal sang pelatih baru karena sebelumnya Chivu menangani tim Primavera.
Ia pun tidak ragu untuk melontarkan pujian kepada pelatih barunya itu. Menurutnya, Chivu memiliki satu kualitas istimewa yang tidak dimiliki oleh semua pelatih.
Barella merasa Chivu datang di momen yang tepat untuk memberikan dorongan semangat bagi tim. Ia sangat optimistis bisa meraih sesuatu yang spesial bersama-sama.
"Saya sudah mengenalnya, kami berbicara beberapa kali setelah pertandingan latihan di Appiano ketika dia menangani tim Primavera," kata Barella.
"Saya memperhatikan empati besarnya terhadap para pemain – dia mengerti apa yang mereka butuhkan. Tidak setiap pelatih memiliki itu dan itu adalah kualitas yang penting," pujinya.
"Ini adalah masa yang sulit bagi kami dan dia memberi kami dorongan yang sangat besar. Dia lugas dan bersemangat untuk berbuat baik – ada peluang untuk mencapai sesuatu yang istimewa bersama-sama," tutupnya.
Jangan Sampai Ketinggalan ini Bolaneters!
- Terjebak Perang Iran-Israel, Ini Alasan Mehdi Taremi Absen di Piala Dunia Antarklub 2025 Bersama Inter Milan
- Leganya Lautaro Martinez Usai Inter Milan Akhirnya Menang
- Sebenarnya Apa Target Inter Milan di Piala Dunia Antarklub 2025?
- Bukan Kemenangan Biasa! Chivu Bongkar Strategi di Balik Kemenangan Perdana Inter
- Kabar Inter Milan: Trio Denzel Dumfries, Marcus Thuram, dan Davide Frattesi Comeback Lawan River Plate?
TAG TERKAIT
BERITA TERKAIT
-
AS Monaco: Klub Elite dari Wilayah Mini dan Bergelimang Trofi
Liga Eropa Lain 23 Juni 2025, 10:42
-
Lionel Messi Pernah Takut Lawan Gelandang Inggris Ini, Siapa Dia?
Liga Champions 23 Juni 2025, 07:19
LATEST UPDATE
-
Blunder Pemain Naturalisasi Malaysia Saat Sidang FIFA: Salah Sebut Asal Nenek
Tim Nasional 18 November 2025, 22:37
-
2 Laga Timnas Indonesia U-22 vs Mali: Kalah di Laga Pertama, Imbang di Laga Kedua
Tim Nasional 18 November 2025, 22:36
-
Bermain Api: Risiko Besar Perlakuan Tuchel pada Bellingham di Timnas Inggris
Piala Dunia 18 November 2025, 21:51
-
Calhanoglu dan Misi 'Anti-Modric': Kunci Taktik Chivu Menghadapi Panasnya Derby Milan
Liga Italia 18 November 2025, 21:02
-
Adrien Rabiot dan Dilema Derby: Analisis Kebugaran, Strategi, dan Alternatif AC Milan
Liga Italia 18 November 2025, 20:08
-
Langkah dan Strategi Luciano Spalletti untuk Mengembalikan Juventus ke Jalur Kejayaan
Liga Italia 18 November 2025, 19:35
-
Tempat Menonton Timnas Indonesia U-23 vs Mali U-23 di Indosiar - Friendly Match
Tim Nasional 18 November 2025, 18:01
-
Link Live Streaming La Liga 2025/26: Barcelona vs Athletic Bilbao, Tayang di Vidio
Liga Spanyol 18 November 2025, 17:51
-
Simak Jadwal La Liga 2025/26 Pekan ke-13, Tayang Eksklusif di Vidio
Liga Spanyol 18 November 2025, 17:41
LATEST EDITORIAL
-
Tempat Lahirnya Legenda: 10 Stadion Paling Ikonik dalam Sejarah Sepak Bola
Editorial 13 November 2025, 10:55
-
Florian Wirtz Selanjutnya? 10 Rekrutan Terburuk dari Juara Bertahan Premier League
Editorial 12 November 2025, 11:23
-
6 Gelandang yang Bisa Jadi Target Manchester United pada Bursa Transfer Januari 2026
Editorial 12 November 2025, 10:55

























KOMENTAR