Kutukan Olimpico: Bisakah Parma Akhiri Puasa Kemenangan di Markas Roma?

Kutukan Olimpico: Bisakah Parma Akhiri Puasa Kemenangan di Markas Roma?
Pelatih Parma, Carlos Cuesta, memperhatikan jalannya pertandingan Serie A melawan Como di Parma, Italia, Sabtu, 25 Oktober 2025 (c) Massimo Paolone/LaPresse via AP

Bola.net - AS Roma dan Parma bersiap bentrok di Stadio Olimpico dalam lanjutan pekan ke-9 Serie A 2025/2026, Kamis, 30 Oktober 2025, pukul 00.30 WIB. Laga ini bukan sekadar perebutan tiga poin, tetapi juga ujian sejarah bagi tim tamu.

Sudah 28 tahun lamanya Parma tak pernah menang di markas Roma. Terakhir kali I Crociati pulang dengan kemenangan adalah pada April 1997, ketika masih dilatih Carlo Ancelotti, lewat gol tunggal Hernan Crespo. Sejak saat itu, 21 laga tandang di Olimpico berakhir tanpa satu pun kemenangan bagi Parma.

Meski sejarah tidak berpihak, situasi Roma saat ini membuka sedikit harapan. Giallorossi sedang rapuh di kandang sendiri, dengan tiga kekalahan beruntun di Olimpico musim ini.

Bagi pelatih muda Carlos Cuesta, yang baru berusia 3- tahun, laga ini bisa menjadi momentum untuk menulis sejarah baru—membawa Parma mematahkan kutukan panjang dan menegaskan kebangkitan tim asuhannya di Serie A.

1 dari 5 halaman

Roma dan Luka di Kandang Sendiri

Paulo Dybala dari AS Roma bereaksi setelah gagal memanfaatkan peluang dalam pertandingan Serie A melawan Inter Milan di Roma, Sabtu, 18 Oktober 2025 (c) AP Photo/Andrew Medichini

Paulo Dybala dari AS Roma bereaksi setelah gagal memanfaatkan peluang dalam pertandingan Serie A melawan Inter Milan di Roma, Sabtu, 18 Oktober 2025 (c) AP Photo/Andrew Medichini

Roma saat ini duduk di peringkat ketiga klasemen Serie A dengan 18 poin dari delapan laga. Mereka baru saja menang 1-0 atas Sassuolo lewat gol Paulo Dybala, yang mulai menemukan kembali sentuhannya setelah cedera.

Namun, di balik performa solid di liga, masalah besar muncul di Stadio Olimpico. Tim asuhan Gian Piero Gasperini gagal menjadikan kandang mereka sebagai benteng. Sejak awal September, Roma sudah menelan empat kekalahan di depan pendukungnya sendiri.

Mereka tumbang 0-1 dari Lille di Liga Europa, kalah dengan skor sama dari Inter di Serie A, serta dipermalukan 1-2 oleh Viktoria Plzen. Sebelumnya, Torino juga sempat menaklukkan mereka di Olimpico. Hanya dua tim yang berhasil mereka kalahkan di rumah sendiri: Hellas Verona dan Bologna.

Rekor buruk ini memberi harapan bagi Parma, apalagi tim asuhan Cuesta sedang dalam tren positif di laga tandang, tak terkalahkan dalam dua laga terakhir di luar kandang. Ini momentum yang bisa dimanfaatkan untuk mencoba mengakhiri penantian panjang di Roma.

2 dari 5 halaman

Ketangguhan di Bawah Mistar dan Dinding Pertahanan Parma

Kiper Parma, Zion Suzuki (c) Instagram/parmacalcio1913

Kiper Parma, Zion Suzuki (c) Instagram/parmacalcio1913

Carlos Cuesta datang ke Parma dengan reputasi menjanjikan. Mantan asisten Mikel Arteta di Arsenal itu membawa filosofi pertahanan solid yang mulai terlihat nyata di Serie A. Hingga pekan ke-8, Parma baru kebobolan tujuh gol—lebih baik dibanding Napoli maupun Inter Milan.

Di balik tembok pertahanan Parma, berdiri sosok Zion Suzuki. Kiper asal Jepang berusia 23 tahun itu tampil gemilang sejak awal musim. Ia sudah mencatat tiga clean sheet dan menjadi penentu hasil dalam beberapa laga penting.

Salah satu momen terbaiknya terjadi pekan lalu ketika Suzuki menggagalkan penalti Maxwel Cornet pada menit ke-97, memastikan Parma pulang dengan satu poin. Catatan tiga penyelamatan per laga dan nihil kesalahan yang berujung gol menjadikannya figur penting dalam sistem Cuesta.

Kinerja apik Suzuki akan kembali diuji di Olimpico. Roma musim ini hanya mampu mencetak delapan gol di Serie A—lebih sedikit dari Cremonese, Udinese, dan Lazio. Top skor mereka, Matias Soule, baru mengoleksi tiga gol. Jika lini depan Roma kembali tumpul, peluang Parma untuk mencuri poin bahkan kemenangan terbuka lebar.

3 dari 5 halaman

Senjata Kecepatan dan Rencana Cuesta di Olimpico

Patrick Cutrone dari Parma melepaskan tembakan di antara Ivan Smolcic dan kiper Jean Butez dari Como dalam pertandingan Serie A di Parma, Italia, Sabtu, 25 Oktober 2025 (c) Massimo Paolone/LaPresse via AP

Patrick Cutrone dari Parma melepaskan tembakan di antara Ivan Smolcic dan kiper Jean Butez dari Como dalam pertandingan Serie A di Parma, Italia, Sabtu, 25 Oktober 2025 (c) Massimo Paolone/LaPresse via AP

Cuesta tahu betul kekuatan dan keterbatasan timnya. Parma berada di urutan ke-18 dalam statistik penguasaan bola di Serie A dengan rata-rata 42,5 persen per laga. Artinya, mereka harus siap bertahan dan menunggu momen untuk menyerang balik dengan cepat.

Roma, dengan rata-rata penguasaan bola 59 persen, akan mendominasi permainan. Situasi ini membuat Parma perlu mengandalkan transisi cepat dan disiplin tinggi di lini belakang. Di sinilah kecepatan pemain sayap mereka menjadi kunci.

Christian Ordonez, gelandang bertahan yang diubah menjadi wing-back, memiliki stamina dan determinasi tinggi untuk naik-turun sisi kanan. Sementara itu, di kiri, Cuesta mempercayakan posisi itu kepada Sascha Britschgi, bek muda Swiss berusia 19 tahun yang mulai menonjol.

Britschgi bahkan mencetak gol perdananya untuk Parma saat menyingkirkan Spezia di Coppa Italia pada 24 September lalu. Kecepatan dan agresivitas dua pemain sayap ini bisa menjadi senjata kejutan bagi Parma untuk melancarkan serangan balik berbahaya di Olimpico.

4 dari 5 halaman

Inikah Saatnya?

Suporter Parma (c) Official X Parma/@ParmaCalcio_en

Suporter Parma (c) Official X Parma/@ParmaCalcio_en

Sejarah memang tidak berpihak pada Parma setiap kali berkunjung ke Roma. Akan tetapi, kali ini situasinya berbeda. Roma tengah rapuh di kandang sendiri, sementara Parma membawa pertahanan solid, kiper yang sedang naik daun, dan semangat muda dari pelatihnya.

Jika Carlos Cuesta mampu meramu strategi tepat dan timnya tampil disiplin, bukan tidak mungkin laga di Olimpico nanti menjadi malam ketika kutukan 28 tahun itu akhirnya berakhir.

Sumber: FootItalia


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL