Lingkaran Setan Timnas Italia: Mengapa Azzurri Gagal di Kualifikasi Piala Dunia (Lagi)?

Lingkaran Setan Timnas Italia: Mengapa Azzurri Gagal di Kualifikasi Piala Dunia (Lagi)?
Tim Italia berpose sebelum kickoff melawan Norwegia di Kualifikasi Piala Dunia 2026, 17 November 2025. (c) AP Photo/Luca Bruno

Bola.net - Kekalahan 4-1 Timnas Italia dari Norwegia memadamkan sisa harapan terakhir Azzurri di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Mimpi untuk lolos otomatis ke Piala Dunia tahun depan resmi terkubur.

Kenyataannya, Azzurri memang butuh keajaiban menang 9-0 di San Siro. Namun, yang terjadi adalah pembantaian di babak kedua oleh tim tamu.

Hasil ini mengkonfirmasi takdir pahit Italia. Mereka harus melalui neraka play-off Piala Dunia untuk ketiga kalinya secara beruntun.

Ini bukan lagi kesialan, melainkan siklus penderitaan yang terus berulang. Sebuah penyakit kronis yang menggerogoti sepak bola Italia hingga ke akarnya.

1 dari 5 halaman

Para Bintang yang Mendadak jadi Versi Berbeda di Timnas

Pemain Inter Milan, Alessandro Bastoni, dalam pertandingan Serie A melawan Fiorentina, Rabu (29/10/2025). (c) AP Photo/Antonio Calanni

Pemain Inter Milan, Alessandro Bastoni, dalam pertandingan Serie A melawan Fiorentina, Rabu (29/10/2025). (c) AP Photo/Antonio Calanni

Pemandangan di San Siro akhir pekan kemarin adalah sebuah kekecewaan masif. Ironisnya, kekecewaan terbesar datang dari para pemain bintang.

Laga melawan Norwegia, dan hampir sepanjang kualifikasi, para bintang ini tampil jauh di bawah standar. Mereka yang seharusnya jadi pembeda, justru jadi beban.

Nama-nama seperti Giovanni Di Lorenzo dan Alessandro Bastoni tampil buruk. Mereka terlihat seperti "imitasi murahan" dari versi klub mereka di Napoli dan Inter.

Di lini tengah, Manuel Locatelli dan Nicolo Barella juga gagal total. Keduanya gagal membangun momentum dan takluk dalam pertarungan lini tengah.

2 dari 5 halaman

Keberanian Gattuso yang Hilang

Pelatih Italia, Gennaro Gattuso bereaksi saat laga melawan Norwegia, 17 November 2025. (c) AP Photo/Luca Bruno

Pelatih Italia, Gennaro Gattuso bereaksi saat laga melawan Norwegia, 17 November 2025. (c) AP Photo/Luca Bruno

Saat awan gelap menyelimuti, Anda berharap pelatih mengambil risiko. Namun, Gennaro Gattuso justru memilih bermain aman di laga yang sudah "mati".

Dalam laga yang sudah tidak menentukan (selain mengejar selisih 9 gol), Gattuso tetap saja konservatif. Ia seolah takut mencoba hal baru.

Parahnya lagi, ia hanya menurunkan satu pemain di bawah usia 25 tahun. Sosok itu adalah Francesco Pio Esposito dari Inter.

Ironisnya, Esposito-lah yang mencetak satu-satunya gol Italia. Ia menjadi satu-satunya pemain yang tidak tampil mengecewakan malam itu.

3 dari 5 halaman

Pemilihan Pemain yang Aneh?

Pelatih Timnas Italia, Gennaro Gattuso. (c) Marco Bucco/LaPresse via AP

Pelatih Timnas Italia, Gennaro Gattuso. (c) Marco Bucco/LaPresse via AP

Keputusan Gattuso membuktikan satu hal. Timnas Italia masih terjebak dalam pemilihan pemain berdasarkan "nama besar" atau "nilai pasar".

Banyak talenta yang sedang dalam performa terbaiknya justru diabaikan. Para pemain muda yang lapar di kompetisi domestik tidak diberi kesempatan.

Pemain seperti Domenico Berardi dan Riccardo Orsolini tampil luar biasa musim ini. Namun, mereka tidak mendapat banyak perhatian nasional.

Padahal, banyak negara sukses karena membangun tim meritokrasi. Pemain dipilih berdasarkan performa, bukan sejarah masa lalu.

4 dari 5 halaman

Epidemi Cedera Merusak Generasi

Bek Timnas Italia, Leonardo Spinazzola (c) AP Photo

Bek Timnas Italia, Leonardo Spinazzola (c) AP Photo

Selain masalah di dalam lapangan, ada faktor eksternal yang tak terkendali. Italia sedang menghadapi epidemi cedera tendon dan ligamen yang serius.

Bencana ini terus-menerus menghambat perkembangan talenta baru. Bahkan para veteran pun kesulitan untuk kembali ke bentuk terbaiknya.

Leonardo Spinazzola adalah contoh nyata. Sejak cedera Achilles di Euro 2020, ia hanya bermain delapan kali dalam empat tahun untuk Italia.

Hal serupa dialami Federico Chiesa. Meski Gattuso berkilah, sang winger kesulitan kembali ke level semula pasca cedera ACL.

5 dari 5 halaman

Serie A yang Tak Lagi 'Italia'

Bek tengah Atalanta, Giorgio Scalvini. (c) AP Photo/Armando Franca

Bek tengah Atalanta, Giorgio Scalvini. (c) AP Photo/Armando Franca

Masalah tidak berhenti di situ. Cedera parah juga menghancurkan talenta muda bahkan sebelum mereka sempat bersinar.

Giorgio Scalvini dan Giovanni Leoni adalah dua contoh tragis. Scalvini (21) harus absen setengah musim dan terus mengalami komplikasi.

Leoni (18) bahkan lebih parah. Ia menderita cedera ACL pada laga debutnya di Liverpool dan harus absen sepanjang musim.

Pada akhirnya, kesalahan juga harus dilimpahkan ke Serie A. Klub-klub Italia kini lebih percaya pada talenta asing daripada mengembangkan pemain lokal.

Sumber: Football Italia


BERITA TERKAIT

KOMENTAR

BERIKAN KOMENTAR

LATEST UPDATE

LATEST EDITORIAL